Internasional
Gencatan Senjata Israel-Hamas, Ini Kesepakatan dan Poin Utamanya
Kaltimtoday.co - Setelah lebih dari 15 bulan konflik yang terus memanas, akhirnya tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kesepakatan ini memberikan harapan baru untuk menghentikan kekerasan di Gaza sekaligus membuka peluang bagi rekonstruksi dan pemulihan wilayah yang terdampak perang.
Pengumuman resmi disampaikan oleh Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, pada Rabu (15/1/2025). Kesepakatan ini dirancang untuk mengakhiri konflik yang telah mengakibatkan hilangnya lebih dari 46.000 nyawa warga Palestina dan lebih dari 1.200 nyawa warga Israel.
Kesepakatan gencatan senjata akan berlangsung selama 42 hari dan dibagi menjadi tiga fase utama, masing-masing berdurasi enam minggu. Pada fase pertama, pasukan Israel akan ditarik dari wilayah padat penduduk di Gaza untuk meredakan ketegangan.
Selain itu, sebanyak 33 sandera Israel, termasuk wanita, anak-anak, dan warga lanjut usia, akan dibebaskan. Bantuan kemanusiaan juga akan ditingkatkan dengan pembukaan perbatasan Rafah guna mempermudah pengiriman bantuan internasional.
Fase kedua akan mencakup penghentian total semua operasi militer dan permusuhan. Pada tahap ini, Israel dan Palestina akan melakukan pertukaran tahanan, termasuk sandera Israel dan tahanan Palestina. Fase ketiga akan diisi dengan proses pertukaran jenazah antara kedua belah pihak.
Selain itu, program rekonstruksi Gaza akan dimulai, yang mencakup pembangunan kembali rumah dan infrastruktur. Proses ini diperkirakan akan berlangsung selama tiga hingga lima tahun.
Kesepakatan gencatan senjata ini memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, menghentikan kekerasan yang telah merenggut puluhan ribu nyawa di kedua belah pihak. Kedua, memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza yang telah mengalami kehancuran akibat konflik dan blokade. Ketiga, memulihkan kehidupan warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal.
Sebagai bagian dari upaya ini, bantuan kemanusiaan akan difasilitasi dengan target hingga 600 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari. Selain itu, sekitar 2.000 tahanan Palestina juga akan dibebaskan, termasuk mereka yang ditahan setelah serangan Hamas pada Oktober 2023.
Meski kesepakatan ini membawa harapan baru, tantangan besar tetap ada. Beberapa anggota kabinet Israel mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap kesepakatan ini. Selain itu, masyarakat internasional terus memantau pelaksanaan gencatan senjata serta perkembangan proses perdamaian.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden optimistis bahwa kesepakatan ini akan berjalan sesuai rencana, termasuk pembebasan sandera. Namun, untuk mencapai perdamaian jangka panjang, diperlukan komitmen dari kedua belah pihak untuk mengatasi ketegangan yang masih ada.
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- Konflik Memanas, Israel Ancam Serang Seluruh Lebanon Jika Gencatan Senjata dengan Hizbullah Gagal
- Menlu Sugiono Tegaskan Dukungan Indonesia untuk Palestina di KTT BRICS Plus 2024
- Setahun Serangan Israel ke Gaza, 42.000 Warga Palestina Tewas
- Kemenlu Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Lebanon, Iran, dan Palestina karena Situasi Keamanan
- WHO: 28 Tenaga Medis di Lebanon Tewas dalam Sehari akibat Serangan Israel