Kaltim

Jembatan Mahakam Rawan Ambruk, LPJK Kaltim: Mestinya Pemerintah Lakukan Pengawasan Ketat

Kaltim Today
20 November 2019 18:58
Jembatan Mahakam Rawan Ambruk, LPJK Kaltim: Mestinya Pemerintah Lakukan Pengawasan Ketat
Padatnya lalulintas kapal tongkang batu bara di Sungai Mahakam membuat Jembatan Mahakam rawan mengalami tubrukan. (Zulkifli)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Sudah 33 tahun usia Jembatan Mahakam, sejak pertama kali didirikan pada 1986. Meski memiliki konstruksi yang kokoh. Namun tidak menutup kemungkinan jika jembatan ini akan roboh. Selain dari faktor usia yang sudah melewati lebih tiga dekade. Faktor kelalaian manusia juga bisa menjadi penyebabnya. Seperti perawatan yany tak dilakukan. Hingga tertabraknya pondasi jembatan oleh aktivitas kapal yang lalu-lalang di bawahnya.

"Jembatan itu juga punya resiko roboh jika tidak dijaga dengan baik," ucap Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kaltim Heru Cahyono saat dimintai pendapatnya, akibat kejadian terakhir Jembatan Mahakam ditabrak sebuah Kapal Tugboat pada Minggu (17/11/2019) lalu sekira pukul 20.20 Wita.

Selain itu, ia juga kembali mengingatkan jika Kaltim sendiri memiliki catatan kelam karena Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar) yang menghubungkan Tenggarong dan Tenggarong Seberang pada 26 November 2011, runtuh dan melenan begitu banyak korban jiwa.

Pembangunan jembatan ini mulai pada 1995 dan selesai pada 2012, bentuknya serupa dengan Jembatan Golden Gate di San Francisco, California. Semua jembatan punya risiko, apalagi fondasinya berulang kali ditabrak.

"Mestinya pemerintah bisa mengantisipasi dan melakukan pengawasan ketat," tegasnya.

Sebagai informasi, jembatan yang mulai dikerjakan sejak 1982 itu memang kerap ditabrak tongkang atau tugboat yang melintas. Misal pada 23 Januari 2010, tongkang yang mengangkut serpihan kayu menyeruduk pilar jembatan. Konstruksi jembatan ikut terganggu. Akses di jembatan sempat ditutup. Kemudian, pada 30 September 2011, pilar tiga jembatan ditabrak lima tongkang yang mengangkut batu bara secara bergantian. Kejadiannya malam hari. Jembatan sempat mengalami keretakan. Kemudian, pada 15 Desember 2012, tongkang kembali menabrak pilar tiga Jembatan Mahakam. Bahkan, benturan itu membuat badan jembatan bergoyang.

Lalu, pada 27 Desember 2015, tongkang yang mengangkut batu bara menabrak pilar tiga Jembatan Mahakam. Akibat benturan itu, terjadi kerusakan pada pilar bagian bawah. Selimut beton pilar bagian bawah juga terkelupas. Kemudian pada 25 Januari 2016, pengendara sepeda motor dan mobil di Jembatan Mahakam sempat kaget. Sebab, diduga sebuah tongkang pengangkut batu bara menabrak pilar tiga jembatan. Pada April 2018 hal yang sama kembali terjadi dan untuk 2019 ini saja pilar jembatan sudah tiga kali tertabrak. Pertama 29 April, kedua 30 Juni, terakhir 17 November kemarin.

"Masak iya mau dibiarkan terus. Sedangkan sampai saat ini pihak berwajib yang mampu memberikan sanksi pun tidak ada. Bahkan KSOP juga tidak memilimi kekuatan," tuturnya.

Dia menambahkan, yang sering terkena senggol atau tertabrak itu adalah pilar tiga (P3) atau pilar utama. Pilar ini menjadi rawan lantaran dekat dengan jalur lintas kapal. Bila terus berulang tanpa ada pengaman berlapis. Tidak menutup kemungkinan jika jembatan benar-benar bisa ambruk. Dari hasil forensic engineering LPJK Katim, pilar jembatan harus ada fender yang berfungsi untuk melindunginya. Sebab, konstruksi utama jembatan dan pilar tak didesain untuk menahan benturan.

"Kami sudah mengusulkan. Informasinya akan diadakan tender, tapi sampai sekarang tidak ada info lanjutannya lagi," tutupnya.

[JRO | TOS]


Related Posts


Berita Lainnya