Daerah
Kaltim Suarakan Refleksi 100 Hari Kinerja Prabowo-Gibran, Kupas Soal Kabinet Gemuk hingga Makan Bergizi Gratis
Kaltimtoday.co, Samarinda - Kalimantan Timur (Kaltim) menyuarakan refleksi 100 hari kinerja Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo-Gibran melalui diskusi yang diinisiasi oleh Tumbuk Movement. Diskusi ini menjadi wadah bagi para pemuda Kaltim untuk menyampaikan kritik dan masukan terhadap era kepemimpinan Prabowo-Gibran yang sedang berjalan.
Berlangsung pada Jumat (17/01/2025) pukul 20.00 WITA di Jalan Juanda Samarinda, tepatnya di Wijaya Foodcourt (ex D'Warna Coffe), Tumbuk Movement menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Direktur Pusat Studi Konstitusi Demokrasi dan Masyarakat, Suwardi Sagama, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Prof. Aswin, juga Founder Tirtonegoro Foundation Rahmad Azazi.
Ketiga narasumber memantik para pemuda yang hadir, dengan memaparkan isu-isu serta program-program yang sedang dijalankan oleh Prabowo-Gibran. Mulai dari Makan Bergizi Gratis, Kabinet Super Gemuk, Pernyataan Kontroversial soal Deforestasi, dan lain sebagainya.
Direktur Pusat Studi Konstitusi, Demokrasi, dan Masyarakat Suwardi Sagama menyoroti soal gemuknya kabinet yang dibentuk oleh Prabowo Subianto. Khususnya soal meningkatkannya jumlah menteri dan wakil menteri yang diangkat oleh Presiden RI saat ini.
"Banyaknya pengangkatan menteri dan wakil menteri akan menjadi obesitas. Ujung-ujungnya bisa sakit. Belum lagi soal tambahan anggaran yang diperlukan, terjadi pemborosan," tegas Suwardi.
Lebih lanjut, Suwardi pun turut memberikan komentar berkaitan dengan program Prabowo-Gibran yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak sekolah di Indonesia.
"Bicara soal MBG, ini harus beriringan juga dengan kualitas pendidikan. Boleh kasih makan untuk anak sekolah, tapi perhatikan juga soal sarana prasarana sekolah, kesejahteraan guru, dan lain sebagainya," tegasnya.
Selain itu, pernyataaan kontroversial Prabowo Subianto soal deforestasi pun menuai pro dan kontra di masyarakat. Ia menginginkan perluasan perkebunan kelapa sawit di tanah air berlanjut meski harus membabat hutan atau melakukan deforestasi yang dianggapnya tidak berbahaya. Hal ini juga menjadi sorotan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Prof. Aswin.
"Pertama kaitan dengan deforestasi. Itu tidak sama dengan pohon, karena menanam sawit sangat rakus terhadap air. Belum lagi proses pengerjaannya," bebernya.
"Tentu kegiatan itu sangat berbaya dari segi lingkungan," tambahnya.
Ia juga meminta kepada Prabowo Subianto, agar membuka kesempatan seluas-luasnya terhadap plasma yang ada di sekitar perusahaan perkebunan untuk mengelola lahan, khususnya para petani-petani kecil di sana.
"Catatannya harus transparan soal keuntungan, bagi hasil, bibit, dan lain-lain. Sebab, kesempatan bagi rakyat kecil khususnya petani sangat penting untuk diberdayakan," tutupnya.
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- Potensi Ganggu Kinerja di Lingkungan Pemerintah, Markaca Minta Posisi PPPK Diisi Pegawai Sesuai Bidang Keahlian
- Masyarakat Kaltim Menanti Program Pendidikan Gratis hingga S3, Jubir: Ini Bukan Prank Politik
- Gerakkan Ekonomi Lokal, PT Indexim Coalindo Resmikan Pusat Kuliner Kaliorang
- Dorong Pertumbuhan UMKM, BSI Gelar Roadshow Talenta Wirausaha di Balikpapan
- Lindungi Privasi Data hingga Keamanan Siber, 10 Negara Ini Larang Penggunaan Tik Tok