Internasional

Krisis Timur Tengah Memburuk, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Turun ke 4,6%

Network — Kaltim Today 15 April 2024 19:13
Krisis Timur Tengah Memburuk, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Turun ke 4,6%
Gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah hancur akibat serangan udara Israel, pada Senin 1 April 2024. (Beritasatu.com)

Kaltimtoda.co - Eskalasi konflik di Timur Tengah pasca serangan balasan Iran terhadap Israel dikhawatirkan berdampak buruk pada ekonomi Indonesia. Ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa turun dari target 5,2% menjadi 4,6% hingga 4,8% jika krisis Timur Tengah memburuk.

Mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, menjelaskan bahwa eskalasi konflik Timur Tengah dapat mengganggu keseimbangan eksternal dan memicu inflasi. Hal ini dikarenakan Indonesia bergantung pada impor bahan baku dan energi dari kawasan tersebut.

"Kalau eskalasi menjadi lebih besar atau lebih lama, atau menimbulkan kegamangan kepada berbagai pihak, rasanya akan menjadi tantangan untuk mencapai target 5%," kata Bambang dalam dialog virtual, Senin (15/4/2024).

Ekonom Celios, Bhima Yudhistira, menambahkan bahwa konflik Iran-Israel dapat menghambat ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat.

"Pengurangan ekspor tersebut akan menyebabkan pertumbuhan Indonesia melambat menjadi sekitar 4,6 hingga 4,8% tahun ini," kata Bhima.

Bhima juga memprediksikan bahwa konflik tersebut dapat berdampak pada harga minyak dunia, yang berakibat pada tingginya subsidi energi Indonesia dan melemahnya kurs rupiah. Selain itu, konflik Timur Tengah juga berpotensi memicu keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang.

Konflik Timur Tengah juga dikhawatirkan dapat memicu inflasi karena naiknya harga energi. Hal ini akan menambah tekanan daya beli masyarakat.

"Konflik juga bisa menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi sehingga tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar. Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen," ungkap Bhima.

Meskipun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2% tahun ini, para ekonom memprediksikan bahwa target tersebut sulit tercapai. Dampak ekonomi dari Pemilu 2024 diprediksi tidak akan signifikan karena banyak aktivitas kampanye yang dilakukan melalui media sosial.

Sedangkan, dampak ekonomi dari Pilkada yang akan digelar pada 27 November 2024 diharapkan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Eskalasi konflik di Timur Tengah menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk meminimalkan dampak negatif dari krisis tersebut.

[RWT]

Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp 



Berita Lainnya