Kutim
Legislator PPP Dorong Masyarakat Kutim Budidaya Tanaman Porang
Kaltimtoday.co, Sangatta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) beberapa waktu lalu melakukan kunjungan kerja ke salah satu pembudidaya Porang yang ada di daerah Madiun.
Dari Fraksi PPP legislator Kutim yang berangkat yakni Son Hatta, Hepnie Armansyah, Muhammad Ali dan Imam Turmudzi.
Saat dikonfirmasi, Son Hatta salah satunya yang ikut dalam rombongan kunker itu menceritakan melihat langsung proses penanaman tanaman yang lagi naik daun itu.
Anggota Komisi A DPRD Kutim itu pun mendorong agar masyarakat setempat membudidayakan tanaman porang. Pasalnya porang merupakan salah satu sektor yang dinilai sangat menjanjikan. Apalagi kondisi cuaca di Kutim maupun di Madiun dinilainya sama.
Porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang akan tumbuh bagus di kawasan tegakan hutan. Untuk mendapatkan hasil yang bagus dan diminati pasar ekspor, porang harus tumbuh alami tanpa bahan kimia sedikitpun. Butuh waktu 2-3 tahun untuk bisa memanennya.
“Budidaya porang tengah populer karena mempunyai nilai ekonomi yang besar di dalamnya. Tanaman porang adalah salah satu tanaman herbal yang bisa tumbuh sampai 1,5 meter tingginya dan mampu menghasilkan sejumlah umbi-umbian yang banyak,” ujarnya saat dikonfirmasi media ini, Kamis (15/7/2021).
Dalam beberapa tahun terakhir ini, negara Jepang menjadi negara yang banyak meminta ekspor tanaman porang. Nilai ekspornya ini bisa menyentuh ratusan juta.
“Dengan nilai ekonomis yang begitu banyaknya tersebut tanaman ini bisa mendongkrak penghasilan masyarakat kalau benar-benar dikelola,” sebutnya.
Dalam satu hektar lahan umumnya bisa ditanam hingga 40 ribu bibit porang. Waktu panen budidaya porang ini berkisar 1,5 tahun pasca penanaman dengan setiap tanaman yang akan memiliki berat sekitar 2 kg. itu artinya, setiap hektar akan mampu menghasilkan 80 ton porang.
Dengan harga jual yang hanya Rp10 ribu per kg, maka pada setiap hektar lahan porang akan mampu menghasilkan keuntungan sebanyak Rp800 juta. Keuntungan tersebut belum termasuk panen katak atau buahnya.
“Ketika menjelang masa panen umbi porang, katak atau buahnya ini bisa dipanen hingga 2 kali lebih banyak. Para petani di Madiun sana umumnya menjual katak porang dengan harga Rp230 ribu per kg,” paparnya.
Son menyebutkan, untuk bertani Porang memang membutuhkan modal yang besar. Namun, menurut Son itu bisa dilaksanakan dengan membentuk kelompok tani.
"Jadi karna modalnya ini memang besar jadi bisa saja di Kutim ini membentuk kelompok tani kemudian nantinya satu kelompok tani diberikan bantuan bisa dari perusahaan juga sebagai binaan," tutupnya.
[El | NON | ADV DPRD KUTIM]
Related Posts
- Gelaran Seni dan Kreasi Semarakkan Puncak Peringatan HUT Kemerdekaan ke-79 RI di Desa Bangun Jaya
- Keuskupan Agung Samarinda Promosikan Kesehatan Reproduksi dan Cegah Stunting
- Ingin Sampaikan Aspirasi ke Pj Gubernur Kaltim, Ratusan Warga Kampung Sidrap Gelar Demonstrasi
- Andry Fachriza, Penerima Beasiswa yang Hobi Mengembara untuk Belajar Budaya
- Mengenal Masnawati, Kader Posyandu Cekatan dari Desa Selangkau Kutim