Kaltim
Penjualan Sapi Jelang Lebaran di Samarinda Masih Sepi Pembeli
Kaltimtoday.co, Samarinda - Tidak lama lagi hari raya Iduladha menyapa, tetapi penjualan hewan qurban sapi maupun kambing masih sepi pembeli. Tidak seperti tahun sebelumnya, yang dikabarkan masih terbilang ramai. Berbeda dengan tahun sebelumnya, saat ini para pedagang merasa penjualan mereka sepi.
Sejumlah pedagang mengaku bila calon pembeli hanya sebatas bertanya mengenai harga jual, jenis maupun asal hewan kurban.
“Padahal tahun lalu ramai, apalagi H-3. Dalam sehari bisa jual 5 sapi,” ucap Mawan.
Walau begitu dia yakin, penjualan kembali ramai seperti sebelumnya. Dulu bisa jual sampai 100 ekor sapi, sekarang tak sampai, hanya puluhan saja.
“Rezeki tidak ke mana, yang penting usaha aja dulu,” ujarnya seraya tersenyum.
Mawan menuturkan, semua sapi yang dijualnya berasal dari Pulau Sulawesi, tepatnya dari daerah Bone, jenisnya pun beragam. Mulai dari limousine, bali dan simetal. Harganya mulai dari Rp 11-20 juta. Semuanya diangkut menggunakan kapal dari Bone lewat Balikpapan kemudian jalur darat menuju Samarinda.
“Sertifikat lengkap jadi masyarakat enggak perlu khawatir,” tegasnya.
Mawan bukanlah penjual yang baru berkecimpung di dunia seperti ini. Dia sudah menekuni bisnis jual hewan qurban sejak 10 tahun lalu. Saban tahun, bapak dua anak itu selalu datang ke Samarinda jelang hari raya kurban dari Bone, Sulawesi Selatan. “Biasanya dua bulan atau sebulan sebelum Iduladha,” akunya.
Meskipun terkesan buang tenaga dan dana, namun Mawan tak merasa demikian.
“Untung pasti ada, kalau tidak bisnis ini sudah lama saya tinggalkan,” ungkapnya.
Sementara itu pedagang hewan qurban lainnya, Misno dari gerai sapi dan kambing Restu Ibu Sinar Abadi di Jalan AW Sjahranie mengatakan hal senada, bila 2019 penjualan hewam kurban sepi peminat. Tahun lalu mendekati Idul Adha, penjualan sapinya nyaris menyentuh angka 200 ekor yang terjual.
“Tahun ini hanya 85 saja dalam tiga minggu, biasanya lebih,” paparnya.
Sejak 1999, Misno menekuni bisnis jual-beli sapi. Lokasinya pun tak pernah pindah dari Jalan AW Sjahranie. Sapi-sapi yang dijualnya berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi. Sementara jenisnya tak jauh berbeda dari penjual sebelumnya yakni, limousine, bali, ongole sumba dan simetal.
Sebelum memulai bisnis jual ternak, dia adalah pengusaha kontraktor. Lantaran merasa berjualan sapi lebih menguntungkan, maka banting setir menjadi pilihannya.
“Untuk surat-suratnya selalu lengkap, sebab sapi-sapi yang dimikinya pernah di karantina sebelum dikirim ke Samarinda. Tak hanya sertifikat kelayakan juga ada,” jelasnya.
Misno menerangkan sapi-sapi yang dijualnya beragam dari sisi berat dan harga. Nilai untuk satu sapi dengan berat 55-60 kilogram (kg) Rp 14 juta paing mahal itu limousine harganya bisa sapai Rp 70 kg. Sapi yang dijual di tokonya punya kualitas bagus, harganya pun belum berubah dari tahun lalu.
“Jadi warga tak perlu khawatir,” pungkasnya.
[JRO | TOS]
Related Posts
- Kolaborasi Kemenpora dan LPBBC Samarinda Fasilitasi Seminar Kepemudaan dan Workshop Barista bagi Puluhan Pemuda Trisari
- 12 Anggota DPR-DPD RI Asal Kaltim Dilantik Hari Ini, Berikut Daftar Namanya
- Imigrasi Samarinda Amankan WNA Langgar Izin Visa, Terancam 5 Tahun Penjara
- Ratusan Pemuda Desak Andi Harun Ketahui Arah Pembangunan Samarinda Lima Tahun Mendatang
- Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2024: Sejarah, Makna, dan Pedoman Upacara di Sekolah