Daerah
Progres Pembangunan 4 Shelter Insinerator Samarinda Capai 80 Persen, Ditarget Beroperasi Akhir Tahun

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus mempercepat pembangunan shelter instalasi insinerator sebagai langkah konkret mengatasi penumpukan sampah yang kian mengkhawatirkan.
Dari total 10 titik lokasi yang direncanakan, empat unit insinerator telah menunjukkan progres paling signifikan dengan capaian konstruksi antara 60 hingga 80 persen. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menargetkan seluruhnya dapat beroperasi pada Desember 2025.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH Samarinda, Suwarso, menyebutkan empat lokasi insinerator yang sudah menampakkan bentuk fisik berada di Kawasan Polder Air Hitam, Jalan Nusyirwan Ismail (Ring Road 2), Jalan Wanyi di Sempaja Utara, serta Jalan Lempake Jaya Gang Istiqomah. Ia menegaskan, percepatan proyek ini dilakukan untuk memastikan sistem pengelolaan sampah kota berjalan lebih efisien.
“Pembangunan ini kami awasi langsung agar progresnya tetap sesuai rencana. Prinsipnya, insinerator harus dibangun dengan perhitungan matang. Jarak dengan permukiman, sekolah, dan fasilitas publik tidak boleh terlalu dekat,” ujar Suwarso usai rapat bersama Komisi III DPRD Samarinda, Rabu (8/10/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa sistem insinerator telah dilengkapi pengendali emisi yang aman bagi lingkungan. Setiap unit memiliki empat bak penampungan karbon untuk menampung hasil pembakaran sebelum dilepaskan ke udara.
“Jadi, tidak akan ada asap hitam atau bau menyengat yang mencemari lingkungan,” tegasnya.
Di sisi lain, pembangunan satu insinerator yang mulanya ada di Jalan Jakarta I Lok Bahu, harus mengalami pergeseran lokasi ke Jalan Jakarta II. Alasannya, lokasi awal dinilai terlalu berdekatan dengan area sekolah. DLH menilai keputusan ini penting demi menjaga keselamatan serta kenyamanan warga sekitar.
Menanggapi kekhawatiran publik soal tumpang tindihnya proyek insinerator dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), Suwarso menegaskan bahwa keduanya memiliki fokus berbeda.
PLTSa merupakan program jangka panjang yang membutuhkan pasokan minimal 1.000 ton sampah per hari, sementara saat ini volume sampah Samarinda baru sekitar 600 ton per hari.
“PLTSa itu program besar yang perlu waktu panjang dan proses amdal yang ketat. Sementara penanganan sampah ini tidak bisa menunggu. Karena itu, kami kerjakan skala kecilnya dulu lewat insinerator supaya timbulan sampah tidak terus menumpuk,” jelasnya.
Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, menilai proyek ini strategis untuk mendukung distribusi pengelolaan sampah secara merata, terutama di kawasan yang jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Ia menyebutkan, setiap unit insinerator mampu mengolah hingga 10 ton sampah dalam waktu 8 jam. Jika 10 unit beroperasi penuh, sekitar 100 ton sampah per hari bisa ditangani.
“Kalau semua berjalan sesuai rencana, kapasitas ini akan menekan volume sampah harian dengan signifikan. Tapi partisipasi warga juga penting. Pemilahan sampah dari rumah tangga akan membuat proses pembakaran lebih efisien dan hasilnya bersih,” tutur Deni.
Dengan progres empat insinerator yang hampir rampung, Pemkot Samarinda optimistis target pengurangan sampah hingga 100 ton per hari bisa segera tercapai. Langkah ini menjadi pondasi penting sebelum pengoperasian PLTSa berskala besar diwujudkan.
[NKH | RWT]
Related Posts
- Antara Pelayanan dan Kekuasaan: Kritik atas Budaya Birokrasi dalam Reformasi Pelayanan Publik di Indonesia
- Setelah 9 Tahun Rehabilitasi, Orangutan Popi Kembali ke Alam Liar
- Prakiraan Cuaca Samarinda dan Sekitarnya Hari Ini, Jumat, 10 Oktober 2025
- Cara Scrape AI LLM dengan Residential Proxy
- DPRD Samarinda Apresiasi Warga dan Pelaku Usaha yang Lapang Dada Hadapi Kebijakan Satu Arah Jalan Abul Hasan