Samarinda
PSSI Kaltim Sesalkan Kondisi Stadion Palaran
Kaltimtoday.co, Samarinda - Kondisi kompleks Stadion Palaran sungguh memprihatinkan. Dengan kapasitas 67.000 penonton, stadion terbesar di Tanah Benua Etam ini seharusnya layak menyelenggarakan kejuaraan bertaraf internasional.
Namun sayang, hal tersebut tampaknya tidak akan pernah terealisasikan, terlebih melihat kondisinya saat ini, yang tampak usang dan terbengkalai setelah sempat menjadi tempat diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2008 silam dan yang terakhir Piala Gubernur Kaltim pada Februari 2018.
Kondisi ini juga disesalkan oleh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kaltim. Diungkapkan, Ketua PSSI Kaltim, Yunus Nusi, jika saja kompleks stadion seluas 88 hektare itu dikelola dengan baik, maka Kaltim akan memiliki kesempatan diantar sepuluh stadion yang akan diusulkan kepada FIFA untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada 2021 mendatang.
"Kalau dari kapasitas Stadion PalaranĀ sangat layak untuk terpilih," tegas Yunus.
Kesepuluh stadion yang disediakan PSSI terdiri dari Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Stadion Pakansari Kabupaten Bogor, Stadion Manahan Solo, Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, Stadion Wibawa Mukti Kabupaten Bekasi, Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung, Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, dan Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Namun, dari kesepuluhnya, FIFA hanya akan memilih enam di antaranya.
Kenapa Stadion Palaran begitu layak untuk menjadi salah satu kandidatnya ? Dilihat dari posisinya, Stadion Palaran sangatlah strategis. Diapit oleh dua bandara internasional, APT Pranoto di Sungai Siring Samarinda dan SAMS Sepinggan di Balikpapan.
"Apalagi kalau jalan tol sudah selesai. Sebentar aja aksesnya. Tapi itupun kalau, lapangannya layak. Bangku tribunnya layak. Aksesnya jelas dan bagus. Tapi sekarang bisa dilihat bagaimana semuanya," beber Yunus.
Jangankan untuk liga internasional. Bahkan untuk taraf kejuaraan nasional pun Stadion Palaran dikatakannya juga tak mumpuni.
"Liga tiga saja tidak layak. Apalagi dua dan satu," ketusnya.
Pada 2020 mendatang, Indonesia nyatanya tidak hanya menghadapi perpindahan IKN tahap satu. Namun juga akan menyelenggarakan PON. Untuk ajang bergengsi ini, setiap daerah wajib mempersiapkan atlet-atlet terbaiknya. Untuk cabang olahraga (cabor) sepakbola, Yunus mengeluhkan, kalau para atlet harus melaksanakan latihan pada lapangan yang dianggapnya sudah tidak lagi mumpuni.
"Akhirnya jadi bingung, Palaran tidak bisa. Di Segiri lagi pemeliharaan, karena mau di pakai Liga Satu. Akhirnya terpaksa melakukan latihan di Sempaja. Bahkan beberapa kali di lapangan kecil yang ada di Jalan Juanda," imbuhnya.
Kondisi ini terus dikeluhkan oleh Yunus, dia bahkan mengatakan, jika di Riau, Sumatera, Gubernur didampingi oleh anggota DPR RI perwakilannya, menghadap kepada Kemenpora untuk menyodorkan stadion utamanya, agar bisa dipilih menjadi salah satu diantara ajang bergengsi yang akan segera terlaksana satu dua tahun ke depan.
"Lapangannya representatif. Menteri langsung menjawab saya akan tinjau kalau bagus dan memenuhi saya akan kerja sama dengan PSSI untuk memasukkan Riau menjadi salah satunya," bebernya.
Sementara untuk Kaltim, lanjut Yunus, apa yang bisa diandalkan. Karena semua stadion yang dimiliki belum begitu layak.
"Sedangkan Palaran kaya kubangan kerbau begitu. Kalau musim hujan, haduh," sambungnya.
Ibarat sebuah bangunan rumah, sebagus apapun bentuknya, kalau tidak dihuni dan ditempati maka lambat-laun, pasti akan rusak pula. Stadion juga begitu. Harus ada usaha yang dilakukan untuk pembenahan nya, minimal dari pihak pengelola bisa menciptakan, kegiatan-kegiatan, agar Stadion Palaran tidak 'mati' terabaikan.
"Nah, yang bisa melakukan itu adalah para pengurus cabor. Agar venue bisa tetap terawat dan terjaga," kata Yunus.
"Kenapa sekarang rusak ? Karena tidak diberi kepercayaan kepada ahlinya. Yang ahlinya untuk urus sepak bola siapa Masa yang ngurus sarjana agama kan repot jadinya. Keahlian itu harus ditempatkan sesuai dengan kebisaannya. Saya sudah lapor dan bicara ke gubernur, dia jawab akan segera memperhatikan," lanjutnya.
Yunus mengharapkan, agar pemerintah bisa lebih memperhatikan aset yang dimilikinya. Kelalaian tak terawatnya komplek Stadion Palaran, disebut Yunus, salah satu faktornya ialah karena pengelolaan anggaran setiap tahunnya yang mencapai Rp.1,3 miliar, tidak tersalurkan dengan baik.
Selain itu, Stadion Palaran pun disebutnya telah dibuka untuk umum. Namun tidaklah gratis. Bagi yang ingin menggunakannya, akan dikenakan biaya sebesar Rp2,5 juta untuk setiap kali pemakaian.
"Kalau setiap hari dipakai, diibaratkan sama dengan manusia. Pasti susah dia bernafas, begitupun rumputnya, pasti rusak. Palaran dan Sempaja itu setiap hari dipakai tidak ada istirahatnya. Apalagi kalau saat musim hujan dipakai. Jadi itu sudah disewakan, tapi tidak ada hasilnya. Oke disewakan, tapi diperbaiki juga dong, saya berharapnya begitu," pungkasnya.
[JRO | RWT]