Internasional
Aksi Mogok Massal Dokter Korea Selatan Dilaporkan ke Polisi, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Kaltimtoday.co - Dilansir dari AP News, pemerintah Korea Selatan pada Rabu (28/2/2024) telah memperingatkan ribuan dokter yang mogok kerja untuk segera kembali bekerja atau menghadapi tindakan hukum yang akan dilakukan langsung oleh pemerintah Korea Selatan. Aksi mogok massal yang mereka lakukan ini menyebabkan pembatalan operasi pasien dan gangguan operasional rumah sakit lainnya.
Ribuan dokter junior di Korea Selatan juga menolak untuk menemui pasien, mereka memilih untuk tidak datang ke rumah sakit sejak 20 februari 2024. Hal ini mereka lakukan sebagai aksi protes atas keinginan pemerintah Korea Selatan yang meminta untuk perekrutan mahasiswa kedokteran menjadi lebih banyak.
Pada Selasa (27/2/2024), sekitar 8.940 dokter magang telah meninggalkan tempat kerja mereka menuju jalanan sebagai bentuk protes. Akibat aksi protes yang mereka lakukan ini sistem operasional beberapa rumah sakit besar di Korea Selatan menjadi terganggu, hal ini tentunya akan membebani layanan medis negara secara keseluruhan.
Alasan Para Dokter Melakukan Protes di Jalanan
Alasan utama para dokter tersebut melakukan mogok kerja dan protes di jalan adalah keinginan pemerintah untuk meningkatkan batas penerimaan sekolah kedokteran nasional sebesar 2.000 mulai tahun depan. Peningkatan ini dilakukan untuk mengantisipasi populasi penuaan yang cepat di Korea Selatan.
Namun rencana ini banyak ditentang oleh para dokter, mereka beralasan jika universitas yang ada di Korea Selatan belum siap untuk dapat menawarkan pendidikan berkualitas kepada mahasiswa dengan jumlah sebanyak itu. Mereka juga berpendapat bahwa kebijakan ini akan menyebabkan peningkatan biaya pengobatan publik karena dokter yang bersaing dapat melakukan perawatan yang tidak diperlukan.
Pemerintah sendiri berencana untuk menaikkan batas penerimaan sekolah kedokteran tahunan di Korea Selatan sebanyak 2.000, yang mana saat ini telah mencapai 3.058. Rencana pemerintah ini dimaksudkan untuk menambah hingga 10.000 dokter pada tahun 2035 untuk mengatasi populasi penuaan yang cepat di negara tersebut. Para pejabat mengatakan Korea Selatan memiliki 2,1 dokter per 1.000 orang, jauh di bawah rata-rata 3,7 di negara maju.
Beberapa kritikus memiliki pendapat dari sudut pandang lain, mereka berpendapat jika aksi protes berbentuk pemogokan kerja oleh dokter junior ini merupakan respon mereka sebagai rasa khawatir, jika menambah lebih banyak dokter maka akan mengakibatkan pendapatan yang lebih rendah.
Pasien Rumah Sakit Terkena Dampak Dari Aksi Mogok Kerja Dokter Korsel
Dilansir dari BBC, lebih dari 9.000 dokter menolak masuk kerja, sementara sekitar 10.000 orang telah mengajukan pengunduran diri di ratusan rumah sakit di seluruh Korea Selatan, pemogokan ini telah menyebabkan rumah sakit membatalkan sejumlah rencana operasi dan perawatan medis lainnya. Pada Jumat (23/2/2024), seorang pria berusia delapan tahun yang mengalami serangan jantung dilaporkan dinyatakan meninggal setelah tujuh rumah sakit menolaknya, dengan alasan kurangnya staf medis atau alasan lain yang mungkin terkait dengan pemogokan tersebut.
Di beberapa rumah sakit besar, jumlah dokter junior sekitar 30%-40% dari total dokter, berperan mendukung dokter senior selama operasi dan menangani pasien rawat inap. Setelah pemogokan tersebut, pemerintah telah memperpanjang jam kerja institusi medis publik, membuka ruang gawat darurat di rumah sakit militer untuk umum, dan memberikan perlindungan hukum kepada perawat untuk melakukan beberapa prosedur medis yang biasanya dilakukan oleh dokter.
Wakil Menteri Kesehatan Park Min-soo mengatakan pada Selasa (27/2/2024) bahwa penanganan pasien kritis dan darurat di negara tersebut sebagian besar masih dapat dikatakan stabil. Namun para pengamat kesehatan memiliki pendapat lain, mereka mengatakan pelayanan medis secara keseluruhan di negara itu akan mengalami pukulan besar jika pemogokan berkepanjangan tanpa dihentikan, bahkan lebih parah jika dokter senior ikut serta dalam pemogokan.
Sedangkan Asosiasi Medis Korea, yang mewakili sekitar 140.000 dokter di Korea Selatan, dengan tegas telah menyatakan dukungannya terhadap para dokter peserta pelatihan, meskipun belum memutuskan apakah akan ikut serta dalam aksi mogok kerja mereka.
Dokter yang Masih Mogok Akan Dilaporkan Ke Polisi
Pada Senin (26/2/2024), wakil menteri kesehatan Korea Selatan mengatakan dengan tegas pemerintah tidak akan mengambil tindakan disipliner apapun terhadap para dokter yang mogok jika mereka kembali bekerja pada Kamis (29/2/2024).
Namun, ia juga memperingatkan, siapa pun yang melewatkan tenggat waktu tersebut akan dihukum dengan penangguhan izin medis minimal tiga bulan dan menghadapi langkah hukum lebih lanjut, seperti penyelidikan dan dakwaan oleh jaksa setempat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Menkes Ungkap Kasus Bullying PPDS Terjadi di Banyak Kampus, Kemenkes Sediakan Layanan Pengaduan
- Solusi IDI Atasi Bullying Dokter Muda: Gaji PPDS dan Jam Kerja 80 Jam per Minggu
- Kemenkes Tindak Tegas Pelaku Bullying di Rumah Sakit Vertikal, Ada 39 Kasus Sudah Disanksi
- Media Asing Soroti Kasus Bunuh Diri Dokter akibat Perundungan, Sebut Indonesia Kewalahan Atasi Bullying
- Kemenko PMK Usut Kasus Perundungan Dokter Muda di Undip