Nasional
Durasi Program PPDS di Indonesia, Ini Lama Studi Berdasarkan Spesialisasi

Kaltimtoday.co - Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS kembali menjadi perhatian publik setelah sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia melakukan evaluasi mendalam terhadap pelaksanaannya.
Evaluasi ini dilakukan menyusul munculnya berbagai persoalan, termasuk dugaan kekerasan di lingkungan pendidikan dokter spesialis. Kondisi tersebut mendorong kampus-kampus untuk memperbaiki sistem pendidikan dan menciptakan suasana belajar yang aman, sehat, dan mendukung profesionalisme calon dokter spesialis.
Apa Itu Program PPDS?
PPDS merupakan jenjang pendidikan lanjutan bagi dokter umum yang ingin menekuni bidang spesialisasi tertentu. Program ini bertujuan untuk membekali peserta didik, atau yang dikenal sebagai residen, dengan kompetensi klinis dan keilmuan yang lebih dalam untuk menangani kasus-kasus medis spesifik.
Terdapat dua jenis sistem pendidikan PPDS yang berlaku di Indonesia:
1. PPDS Berbasis Universitas (University-Based)
Diselenggarakan oleh fakultas kedokteran di universitas dengan seleksi dan kurikulum yang ditetapkan oleh institusi tersebut. Biaya pendidikan ditanggung oleh peserta, dan pelatihan dilakukan di rumah sakit pendidikan mitra.
2. PPDS Berbasis Rumah Sakit (Hospital-Based)
Diselenggarakan langsung oleh rumah sakit pendidikan. Dalam sistem ini, residen tidak dikenakan biaya pendidikan dan bahkan bisa memperoleh kompensasi atau gaji dari rumah sakit.
Kedua model pendidikan ini mengharuskan residen mengikuti pelatihan klinis intensif, perkuliahan teori, serta kegiatan riset ilmiah.
Berapa Lama Durasi PPDS Berdasarkan Spesialisasi?
Lama studi PPDS sangat tergantung pada spesialisasi yang diambil, serta kebijakan masing-masing institusi pendidikan. Rata-rata durasi program berkisar antara 2,5 tahun hingga 5 tahun, atau setara dengan 5 hingga 10 semester.
Berikut ini daftar durasi PPDS untuk beberapa spesialisasi populer:
- Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi: 8 semester (4 tahun)
- Spesialis Konservasi Gigi: 10 semester (5 tahun)
- Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiatri): 8 semester (4 tahun)
- Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin: 7 semester (3,5 tahun)
- Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn): 9 semester (4,5 tahun)
- Spesialis Orthopedi dan Traumatologi: 9 semester (4,5 tahun)
- Spesialis Penyakit Dalam: 9 semester (4,5 tahun)
- Spesialis Radiologi: 7 semester (3,5 tahun)
- Spesialis Saraf (Neurologi): 8 semester (4 tahun)
- Spesialis Urologi: 10 semester (5 tahun)
- Spesialis Mikrobiologi Klinik: 6 semester (3 tahun)
- Spesialis Ortodonti: 5 semester (2,5 tahun)
Perbedaan durasi tersebut disesuaikan dengan bobot kurikulum, kompleksitas kompetensi, serta kebutuhan praktik klinis dari tiap bidang spesialisasi.
Sebagai bagian penting dari sistem kesehatan nasional, program dokter spesialis memiliki peran krusial dalam mencetak tenaga medis profesional yang siap terjun di berbagai lini pelayanan. Evaluasi menyeluruh yang kini dilakukan berbagai universitas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki lingkungan belajar, dan memperkuat sistem pengawasan akademik.
Reformasi ini menjadi langkah awal penting untuk memastikan bahwa pendidikan spesialis di Indonesia tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga manusiawi dan etis.
[RWT]
Related Posts
- Lampu Jalan Kerap Rusak, Dishub Berau Bakal Evaluasi Kondisi PJU
- Tiga Program Prioritas Kelurahan Loa Ipuh pada 2025: Sungai, Stunting, dan Sampah
- Rudi Mangunsong Desak Pasangan Sragam Bentuk Tim Percepatan Pembangunan Daerah
- Wakil Bupati Sampaikan Rancangan Awal RPJMD PPU, Soroti Tantangan Pascapemindahan IKN
- Wabup PPU Sidak Kantor Kelurahan, 210 ASN dan THL Terima Surat Peringatan