Opini
Azan Jadi Soal, Syiar Islam Dikebiri?
Oleh: Dewi Murni (Praktisi Pendidikan Al-Quran, Balikpapan Selatan)
Netizen riuh usai Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas membandingkan suara speaker Masjid dan Musala dengan gonggongan anjing. Tagar #Tangkapyakut pun trending di Twitter.
Yaqut mengatakan, pengeras suara di masjid harus diatur agar tercipta hubungan yang lebih harmonis antar umat beragama. Dia juga mengibaratkan gonggongan anjing yang mengganggu hidup bertetangga (cnnindonesia.com, 24/2/2022).
Wajar saja umat marah. Azan adalah seruan agung yang memuat dua nama besar nan mulia; Allah swt dan Nabi Muhammad SAW. Sehingga adzan yang berisi kalimat tauhid itu sangat tidak pantas disandingkan dengan perumpaan gonggongan anjing, hewan yang dihukumi najis besar dalam syariat islam.
Pengaturan suara azan ini bukan hal baru, sebelumnya tahun 2013 Ketua Umum Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengatakan, pihaknya akan membuat aturan terkait penggunaan pengeras suara masjid.
Adapun bila toleransi yang ingin ditegakkan, hendaknya kebijakan itu adil. Kaum muslimin juga memiliki hak untuk ditoleransi menjalankan agamanya. Apalagi negeri ini adalah negerinya mayoritas muslim. Sehingga hal yang wajar jika simbol-simbol Islam tersiar di mana-mana. Justru aneh bila negeri mayoritas muslim sepi dari sahutan adzan siang dan malam. Jika bukan di negeri muslim, lantas di mana lagi azan disyiarkan.
Fenomena seperti ini seakan menunjukkan adanya toleransi yang berat sebelah dan aroma islamaphobia. Ketakutan yang tidak mendasar terhadap Islam, dan bahkan diikuti sebuah rasa kebencian hingga terbit anggapan Islam sumber gangguan.
Patut diwaspadai karena dengan islamphobia akan menjadikan umat tidak lagi mengambil Islam secara kaffah atau menyeluruh sebagai standar perbuatannya. Sebaliknya, umat akan berpaling ke cara pandang lain semisal sekulerisme dan liberalisme.
Ustadz Felix Siauw di channel youtube-nya mengunggah video berdurasi 30 menit dengan judul "Terganggu Adzan". Di dalam video tersebut, beliau menceritakan kondisi Turki setelah azan dilarang dengan Bahasa Arab, yakni pemahaman masyarakat di sana mengenai Islam sangat berkurang sekali, orang jadi takut pergi ke masjid dan tidak memiliki semacam hype untuk pergi ke masjid.
Sesungguhnya azan merupakan bagian dari syiar Islam yang semakin memperkuatkan Islam. Oleh karena itu memperlemah Islam bisa dilakukan dengan memperlemah dan mematikan syiarnya. Kita patut mewaspadai adanya pengebirian terhadap syiar islam ini oleh oknum tertentu dalam rangka meredam kebangkitan Islam dan menjauhkan umat dari agamanya.
Terdapat kemuliaan besar bagi para muadzin maupun yang mendengarkan adzan. Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda. "Seorang muadzin akan diampuni dosanya sejauh jangkauan suaranya, dan setiap makhluk hidup maupun benda mati akan menjadi saksi baginya…”
“Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 609).
Banyak hal yang sebenarnya butuh perhatian besar pemerintah ketimbang azan. Semisal kondisi umat yang masih banyak buta membaca al-Quran dengan benar.
Ketua Yayasan Indonesia Mengaji Komjen Pol Syafruddin menyampaikan, 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia beragama Islam tidak bisa membaca Alquran. Data ini mengacu pada kajian dan penelitian mendalam oleh organisasi pemuda Islam dan tokoh-tokoh pemuda Islam (republika 12/4/2021).
Miris. Mengingat kemampuan membaca Al-Quran harusnya menjadi kemampuan dasar yang mesti dimiliki setiap muslim. Selain itu umat masih sangat membutuhkan sentuhan dari negara berupa pembinaan akidah sebab fenomena murtad, syirik dan penghinaan agama masih banyak terjadi.
Itulah buah dari penerapan sistem sekulerisme yang tidak menjadikan agama sebagai hukum kehidupan. Sistem sekulerisme pula yang menjadikan suatu negara tidak mengemban dakwah, baik ke dalam negeri maupun luar negeri. Sebaliknya, dakwah justru kerap kali dipermasalahkan bahkan dikriminalisasi.
Untuk itu, kita harus segera meninggalkan pandangan sekulerisme dari setiap sendi kehidupan. Lalu mengambil kembali sistem Islam sebagaimana dulu Rasulullah dan para sahabatnya menegakkan sistem itu dalam kehidupan bernegara. Semata-mata untuk meraih ridha Allah, menggapai keberkahan dan menciptakan negeri yang mencintai dakwah.
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al-Hajj: 32).(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.