Samarinda
Belum Terpilah, Sampah Elektronik di Samarinda Masih Banyak Bercampur
Kaltimtoday.co, Samarinda - Sampah atau limbah elektronik masih menjadi PR yang harus dituntaskan. Perlakuannya tak bisa disamakan dengan sampah organik atau sampah lain.
Dijelaskan Kasi Penanganan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, Zainal Abidin bahwa ke depannya mengenai sampah elektronik harus ada sosialisasi lagi. Padahal, sebagian besar dari sampah elektronik masih bisa dimanfaatkan.
"Di satu sisi, ada limbah B3 di sana. Namun, pemahaman masyarakat masih belum. Seharusnya ada perlakuan khusus. Mudah-mudahan, nanti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ada memberikan arahan," ungkap Zainal.
Namun memang masih menjadi pertanyaan terkait sampah elektronik seperti apa yang masih bisa dimanfaatkan. Meski tak dapat dimungkiri pula jika limbah B3 juga dapat ditemukan di peralatan elektronik bekas tersebut.
"Sebenarnya kami sudah pernah sosialisasi. Harusnya sampah-sampah dari rumah tangga itu kan sudah harus terpilah. 2 saja, organik dan non organik. Harusnya kan lebih dari 2 tapi memang belum memungkinkan," lanjutnya.
Sejauh ini, pemahaman orang awam masih banyak yang terpaku pada sampah organik dan non organik saja. Sehingga, sampah-sampah elektronik itu justru digabung dengan sampah organik atau non organik. Alias tidak dipilah secara khusus.
"Bisa jadi karena ada yang belum familiar atau belum ada pemahaman untuk memilah tadi. Kami terus berupaya untuk memberi tahu ke masyarakat. Mudah-mudahan nantinya masyarakat juga bisa paham untuk penanganan sampah seperti ini," tambah Zainal.
Sejauh ini, sampah elektronik di Kota Tepian memang paling banyak ditemukan dari rumah tangga. Namun seandainya ada ditemukan jumlah sampah elekronik yang dibuang dalam volume banyak, misalnya di atas 1 kubik lebih, pihaknya pasti akan menelusuri. Jika terjadi demikian, maka ada potensi hadirnya penampung atau pengepul. Nyatanya, di Samarinda belum ada pengepul untuk sampah elektronik.
"Contohnya saja ada pemulung. Kalau menemukan sampah elektronik dan ada barang yang masih utuh mesti dihancurkan atau dibongkar. Misalnya mengambil tembaga atau bagian lainnya untuk ditimbang," bebernya.
Selepas mengambil beberapa bagian yang diinginkan, sisa bagian lain yang tak dibutuhkan atau kiranya tak terpakai akan dibiarkan begitu saja. Hal seperti itu yang menyumbang jumlah sampah elektronik kian bertambah. Hal itu lazimnya dilakukan masing-masing. Akibatnya tidak terkoordinasi dengan baik.
[YMD | TOS | ADV DLH SAMARINDA]
Related Posts
- Ketua DPRD Soroti Mangkraknya Hotel Atlet, Minta Pemprov Serius Garap Potensi PAD
- BMKG Peringatkan Potensi Hujan Tinggi di Sejumlah Wilayah Kaltim pada 11–20 Desember 2025
- Pasar Pagi Samarinda Tunggu Andalalin dari Pusat, Dishub Siapkan Skema Lalu Lintas dan Parking Gate
- Dua Pasangan Usia Sekolah Terjaring Razia Jelang Nataru di Samarinda, Satpol PP Bakal Panggil Pemilik Guest House
- Deteksi Dini Dinkes Samarinda Capai 74 Persen, Temukan 1.848 Kasus TBC








