Opini
Muskerwil NU: Merajut Karisma dan Kapasitas Organisasi

Oleh: Eko Ernada (Pengurus Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI)-PBNU)
Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU Kalimantan Timur yang berlangsung pada 22–23 Agustus 2025 di Pondok Pesantren Syaichona Cholil Samarinda merupakan momentum strategis organisasi.
Lebih dari sekadar forum administratif, Muskerwil berfungsi sebagai laboratorium kebijakan dan konsolidasi internal, di mana visi, misi, dan program-program strategis dievaluasi, diselaraskan, dan diarahkan agar berdampak nyata bagi masyarakat.
Fokus utama yang ditegaskan mencakup kemandirian ekonomi, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, serta penguatan kapasitas sosial-politik, dengan pijakan prinsip maslahah dan praktik amar ma’ruf nahi munkar. Pendekatan ini menegaskan bahwa setiap program bukan sekadar formalitas, tetapi dirancang untuk membawa kesejahteraan nyata bagi jamaah dan komunitas luas.
Dari perspektif Max Weber, organisasi seperti NU berada pada persimpangan legitimasi karismatik, tradisional, dan rasional-legal. Karisma ulama menjadi inspirasi moral dan sosial, namun tanpa dukungan institusi yang kuat, karisma tersebut berisiko menjadi patrimonialisme birokrasi—di mana birokrasi bergantung pada figur individu, bukan mekanisme institusional yang rasional dan berkelanjutan.
Teori organisasi modern (Mintzberg, Parsons) menekankan bahwa struktur yang jelas, koordinasi efektif, dan mekanisme evaluasi sistematis merupakan prasyarat untuk menerjemahkan visi menjadi aksi nyata. Muskerwil menegaskan bahwa keputusan yang lahir dari karisma ulama harus dijalankan melalui struktur yang rasional, transparan, dan terukur, sehingga setiap program memiliki kesinambungan dan memberikan manfaat yang terukur.
Pelajaran historis dari Majapahit menegaskan urgensi institusi yang kuat. Visi besar Gajah Mada gagal diwujudkan karena karisma tidak dibarengi mekanisme institusional yang stabil, dan runtuhnya kerajaan menunjukkan bahwa kepemimpinan karismatik tanpa institusi mudah terhenti oleh dinamika sosial-politik.
Muskerwil menjadi kesempatan bagi NU untuk menerapkan pelajaran ini: mengintegrasikan legitimasi ulama dengan mekanisme organisasi modern, sehingga program strategis—ekonomi, pendidikan dan kesehatan, pengelolaan SDA, dan kapasitas sosial-politik—dapat diwujudkan secara berkelanjutan.
Kalimantan Timur memiliki tantangan strategis yang spesifik.
Kemandirian ekonomi harus dibangun melalui penguatan usaha produktif, koperasi, dan pelatihan kewirausahaan berbasis lokal. Pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan yang optimal menjadi fondasi SDM yang mampu mengambil peran aktif di masyarakat.
Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan menjaga keseimbangan ekologis, sementara kapasitas sosial-politik mendorong partisipasi jamaah dalam kehidupan demokrasi, kerukunan, dan stabilitas sosial-politik. Pendekatan ini memastikan NU tidak hanya hadir sebagai institusi religius, tetapi sebagai agen perubahan yang menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung.
Kesadaran terhadap risiko patrimonialisme birokrasi tercermin dalam Muskerwil PWNU Kaltim. Konsolidasi internal pengurus wilayah dan cabang, koordinasi dengan pemerintah, serta partisipasi jamaah menjadi fondasi agar program-program strategis diimplementasikan secara konsisten.
Keberhasilan Muskerwil dapat diukur dari sejauh mana jamaah merasakan peningkatan kapasitas, kesejahteraan, dan kualitas hidup. Pendekatan ini menekankan bahwa NU harus menjadi instrumen transformasi sosial yang berpijak pada etika sosial Islam, sekaligus menjaga prinsip keberlanjutan dan keadilan.
Secara filosofis, Muskerwil mencerminkan sintesis antara spiritualitas dan rasionalitas birokrasi, antara karisma ulama dan mekanisme legal-organisatoris. Organisasi modern dapat menginternalisasi nilai tradisional dan religius sehingga setiap program memiliki relevansi sosial, keberlanjutan, dan dampak nyata. Dengan memahami sejarah, NU menyadari bahwa institusi yang kuat adalah jaminan agar visi karismatik tidak terhenti.
Program yang menyentuh ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan SDA, dan kapasitas sosial-politik harus selalu dibarengi etika dan nilai-nilai moral yang menjadi fondasi keberlanjutan organisasi.
Dampak langsung Muskerwil terhadap jamaah sangat nyata. Peningkatan kemandirian ekonomi melalui pemberdayaan usaha produktif dan pelatihan kewirausahaan memberikan kapasitas finansial sekaligus menumbuhkan solidaritas.
Pendidikan yang berkualitas dan kesehatan optimal membuka akses lebih luas bagi partisipasi sosial-ekonomi, sementara pengelolaan SDA berkelanjutan menjamin kesinambungan sumber daya alam bagi generasi berikutnya. Penguatan kapasitas sosial-politik mendorong jamaah untuk aktif dalam kehidupan masyarakat, menjaga kerukunan, dan memperkuat stabilitas sosial. Dengan demikian, Muskerwil bukan hanya forum organisasi, tetapi strategi transformasi sosial yang menyentuh kehidupan nyata.
Lebih jauh, Muskerwil menekankan perencanaan jangka panjang. Setiap keputusan dirancang tidak hanya untuk program tahunan, tetapi untuk membangun landasan kapasitas organisasi agar mampu menghadapi tantangan sosial-ekonomi dan ekologis masa depan. Pendekatan ini menegaskan relevansi NU sebagai institusi adaptif yang tetap konsisten menghadapi dinamika lokal dan nasional.
Dengan demikian, Muskerwil PWNU Kaltim bukan sekadar forum administratif, melainkan narasi hidup organisasi, tempat karisma ulama diwujudkan melalui institusi yang kuat. NU menunjukkan bahwa organisasi religius besar dapat menyeimbangkan spiritualitas, legitimasi, dan rasionalitas birokrasi untuk memastikan program strategis berdampak nyata.
Warisan sejarah, prinsip Weberian, teori organisasi modern, dan filosofi Islam klasik bersinergi membentuk organisasi adaptif, relevan, dan berkelanjutan—dari ekonomi, pendidikan, kualitas SDM, pengelolaan SDA, hingga kapasitas sosial-politik. Muskerwil menjadi bukti bahwa karisma ulama dan kekuatan institusi dapat diwujudkan secara nyata, memberikan manfaat langsung bagi jamaah dan masyarakat luas.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Kaltim Perkuat Layanan Kesehatan Lewat Dana Kompensasi Rp25 Miliar
- Ditanggung Gratispol, Pemprov Kaltim Minta PTN/PTS Stop Pungut UKT Mahasiswa Baru
- Piala Gubernur Kaltim 2025 Resmi Dibuka, Tiga Cabor Bela Diri Ramaikan Arena
- Piala Gubernur Kaltim 2025 Jadi Ajang Seleksi Pegulat Muda Menuju Popnas
- Piala Gubernur Kaltim 2025: Ratusan Pesilat Ramaikan Arena, Jadi Ajang Pemanasan Menuju PON Bela Diri