Berau Jadi Daerah Penghasil Kakao Terbesar di Indonesia

Kaltimtoday.co, Samarinda - Banyak hal yang bisa dikembangkan dari Kaltim. Misalnya saja seperti di Berau yang merupakan daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia. Jika dikelola dengan baik, maka sudah pasti kakao bisa jadi sumber ekonomi masyarakat.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, Puguh Harjanto juga mengamini hal tersebut. Kendati begitu, areal perkebunan kakao di Kaltim memang tak seluas seperti yang ada di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tengah (Sulteng).
Namun, ujar Puguh, untuk petani di beberapa tempat di Kaltim, komoditi kakao merupakan mata pencaharian utama. Ini mengartikan, sebagian besar masyarakat Kaltim menjadikan kakao sebagai bagian dari sumber ekonominya.
“Artinya, sebagian dari masyarakat Kaltim menempatkan kakao sebagai bagian dari sumber ekonomi mereka. Tinggal bagaimana pemerintah bersama pemangku kepentingan yang lain mendorong supaya kakao ini bisa jadi bisnis dan punya pasar,” ujar Puguh.
Selain di Kecamatan Talisayan, Berau, ada beberapa daerah yang jadi penanaman kakao di Kaltim. Di antaranya, ada di Samarinda tepatnya kawasan Sempaja dan Berambai, serta Kutai Timur (Kutim) yakni di Kecamatan Teluk Pandan. Sebagai informasi, luas areal pertamanan kakao sejak 2012 sekitar 30.712 hektare dengan produksi biji kakao kering sejumlah 23.562 ton.
“Untuk lahan kakao terbesar di Kaltim letaknya ada di Kutim dan Berau,” ujarnya.
Mengacu pada data dari Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, luas lahan kakao di Kutim mencapai 3.440 hektare. Wilayah Kutim juga mampu memproduksi produk kakao mencapai 1.410 ton. Dari sektor tersebut, setidaknya ada 1.860 masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani.
Kemudian untuk di Berau, lahan kakaonya seluas 1.253 hektare dengan produksi kakao mencapai 787 ton. Setidaknya ada 1.041 masyarakat yang terberdayakan di Berau dari perkebunan tersebut.
“Tanaman tersebut secara keseluruhannya merupakan pertanaman rakyat. Produksi biji kakao kering Kaltim dengan mutu unfermented sebagian besar dipasarkan di Sabah, Malaysia,” sambungnya.
Biasanya, produk pertanian petani kakao dipasarkan sebaai perdagangan antar pulau. Misalnya ke Makassar yang kemudian akan dikirim ke Amerika Serikat.
“Harga biji kakao kering selalu mengalami pasang surut yang tergantung dengan harga pasaran dunia. Nilai dolar pada rupiah tinggi, maka harga kakao juga melambung,” tandasnya.
[ADV DPMPTSP KALTIM]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Tiga “THR” dari Gubernur Kaltim untuk Masyarakat: Pemutihan Pajak, Tiket Wisata Gratis, dan Sewa Kios Nol Rupiah
- Dinilai Janggal, PUPR Rincikan Proyek Rehabilitasi Gedung DPRD Kaltim Senilai Rp55 Miliar
- Dari Rumah Sakit ke Panggung Politik: dr. Aulia dan Jejak Dokter Jadi Kepala Daerah di Kaltim
- 10 Ciri Asam Lambung Naik saat Puasa dan Tips PAFI untuk Mengatasinya
- PAFI Ingatkan! Ini 10 Risiko Kesehatan Jika Langsung Tidur Setelah Sahur