Daerah

Hasil Penelitian Kedua di Pulau Kakaban Terkait Kualitas Air Masih Dugaan Sementara

Rizal — Kaltim Today 26 Februari 2024 16:39
Hasil Penelitian Kedua di Pulau Kakaban Terkait Kualitas Air Masih Dugaan Sementara
Pengambilan sampel kedua di danau Pulau Kakaban untuk melakukan penelitian uji laboratorium. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Berau - Hasil dari penelitian dan uji laboratorium terbaru mengenai kualitas air di Pulau Kakaban masih merupakan dugaan sementara.

Beberapa waktu lalu, tim peneliti merilis hasil uji laboratorium atas dua sampel air yang dikumpulkan. Namun, dari hasil tersebut, masih terdapat beberapa dugaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Ibrahim Nur, Pengawas Ahli Muda Lingkungan Hidup dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, menjelaskan bahwa pengambilan sampel pertama pada 28 Desember 2023 oleh pihak akademisi masih memerlukan beberapa sampel tambahan untuk dapat mengidentifikasi penyebab berkurangnya jumlah ubur-ubur di pintu masuk utama menuju Danau Kakaban.

"Sampel pertama belum cukup. Oleh karena itu, diperlukan beberapa sampel lanjutan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Saat ini, hasilnya juga masih bersifat sementara," ujarnya (26/2/2024).

Sampel pertama diambil untuk mengukur pH air, dissolved oxygen (DO), atau oksigen terlarut dalam air, dan suhu air. Ketiga faktor ini sangat memengaruhi ekosistem Danau Kakaban, meskipun danau tersebut memiliki luas mencapai 500 hektar. Namun demikian, sampel pertama hanya diambil dari satu titik di pintu masuk utama.

"Mungkin saat banyak pengunjung, ubur-ubur sedang bermigrasi ke sebelah utara. Di sisi utara, masih banyak ubur-ubur dewasa maupun anakan," ungkapnya.

Penelitian yang lebih mendalam dilakukan pada sampel kedua, dengan mengambil sampel dari 10 titik yang berbeda dan mengukur lebih dari tiga parameter.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kadar nitrat di danau seharusnya hanya sebesar 0,008 mg per liter, dan kadar fosfat sebesar 0,015 mg per liter. Namun, pada sampel kedua di Danau Kakaban, ditemukan kandungan nitrat sebesar 0,25 mg per liter pada titik 1A, sementara kadar fosfat sebesar 0,42 mg per liter pada titik 5B.

"Konsentrasi fosfat yang melampaui baku mutu perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan nutrifikasi," jelasnya.

Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan unsur hara di danau dapat menyebabkan ledakan populasi alga, yang dapat mengganggu ekosistem di dalam danau tersebut. Hal ini dapat mengganggu tingkat oksigen terlarut dalam air (DO), yang pada gilirannya dapat memengaruhi ekosistem danau.

"Saat ini, ledakan alga tidak terjadi. Namun, berdasarkan hasil laboratorium, hanya kadar nitrat dan fosfat yang mengalami perubahan," tambahnya.

Untuk menyelidiki lebih lanjut perubahan-perubahan ini, akan diajukan usulan untuk pengadaan alat pemantauan data atau data logger yang terintegrasi dengan sensor dan instrumen. Alat ini akan ditempatkan di lokasi yang diduga mengalami perubahan di Danau Kakaban.

Selain itu, dugaan lainnya adalah adanya bahan kimia dari tubuh para wisatawan yang larut di dalam air, yang dapat mengkontaminasi kualitas air danau.

"Kemungkinan lainnya adalah bahwa populasi ubur-ubur berkurang karena sedang dalam proses regenerasi dari polip atau anakan menjadi ubur-ubur dewasa. Ini membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan," tuturnya.

"Yang paling mengkhawatirkan adalah peningkatan kadar nitrat dan fosfat," tambahnya.

Perubahan suhu yang drastis pada tahun lalu juga diduga menjadi penyebab lain dari penurunan jumlah ubur-ubur di Danau Kakaban. Suhu di Berau masuk dalam 5 kabupaten tertinggi se-Indonesia yang mencapai 37 derajat, sementara parameter habitat ubur-ubur hanya tahan pada suhu sekitar 28-32 derajat.

"Dikhawatirkan ubur-ubur tidak dapat beradaptasi. Hal ini dapat menyebabkan Danau Kakaban tidak lagi menjadi lingkungan yang cocok untuk keberlangsungan hidup ubur-ubur," jelasnya.

Penelitian lebih lanjut tentang kualitas air perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan penurunan jumlah ubur-ubur di Danau Kakaban.

"Pemkab Berau telah melarang masyarakat untuk berkunjung ke Danau Kakaban, karena masih ditutup sementara. Namun, masih ada saja yang melanggar," ujarnya.

Dirinya berharap bahwa masyarakat dan pengunjung dapat lebih memperhatikan nasib danau tersebut dan menjaga habitat ubur-ubur agar tidak lenyap.

"Kehidupan di sana sebelumnya terisolasi. Setiap tekanan dari luar dapat memengaruhi ekosistem. Oleh karena itu, kita harus lebih berhati-hati sekarang," imbuhnya.

Akademisi menyarankan untuk terus memantau perkembangan di Danau Kakaban dan menerapkan SOP kepada para pengunjung.

"Wisatawan yang datang atau pulang dari sana harus dalam keadaan bersih," ucapnya.

Untuk diketahui, destinasi wisata Pulau Kakaban akan dibuka melalui pintu masuk utara yang telah disiapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Samsiah Nawir, menjelaskan bahwa mereka akan membuat SOP dan pembatasan di Pulau Kakaban. Hal ini masih dalam proses pengkajian untuk segera diterapkan.

"Pintu masuk baru di Utara Pulau Kakaban juga sudah selesai dibangun. Peresmian akan dilakukan setelah SOP dan pembatasan pengunjung telah selesai dikaji," tutupnya.

Semoga dengan langkah-langkah yang diambil, destinasi wisata Pulau Kakaban dapat pulih seperti semula. Kami juga mengimbau kepada pengunjung untuk menjaga kelestarian alam dan habitat ubur-ubur yang unik di sana.

[RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya