Internasional

IOC Belum Tetapkan Aturan Resmi untuk Atlet Transgender di Olimpiade 2028

Network — Kaltim Today 11 November 2025 05:02
IOC Belum Tetapkan Aturan Resmi untuk Atlet Transgender di Olimpiade 2028
Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach (kanan) berbicara di samping presiden terpilih IOC Kirsty Coventry. (Beritasatu.com)

Kaltimtoday.co - Komite Olimpiade Internasional (IOC) hingga kini belum mengambil keputusan final terkait aturan partisipasi atlet transgender di ajang Olimpiade. Organisasi tersebut masih melakukan kajian mendalam untuk menyusun kebijakan universal yang adil dan ilmiah, di tengah meningkatnya tekanan dari sejumlah badan olahraga dunia yang mulai memperketat syarat keikutsertaan atlet transgender dalam kompetisi.

Langkah evaluasi ini dilakukan setelah Presiden IOC Kirsty Coventry, yang baru menjabat sejak Juni 2025, memutuskan untuk mengambil alih kewenangan dalam penentuan kriteria kelayakan atlet transgender. Sebelumnya, kebijakan ini diserahkan kepada masing-masing federasi olahraga internasional, yang kemudian menimbulkan perbedaan aturan dan kebingungan di berbagai cabang olahraga.

Pada September 2025, IOC membentuk Kelompok Kerja Perlindungan Kategori Wanita yang terdiri atas pakar medis, ilmuwan olahraga, serta perwakilan dari federasi internasional. Kelompok ini bertugas merumuskan rekomendasi terbaik agar kategori wanita tetap adil dan berintegritas, tanpa mengesampingkan prinsip inklusivitas.

“Diskusi masih terus berlangsung dan belum ada keputusan final yang diambil,” ujar juru bicara IOC, dikutip dari Channel News Asia, Senin (10/11/2025).

Sebelumnya, IOC memilih untuk tidak menetapkan aturan global dan menyerahkan pedoman penyusunan kebijakan kepada federasi masing-masing sejak 2021. Dengan begitu, hingga kini atlet transgender masih diperbolehkan berpartisipasi di Olimpiade, selama memenuhi persyaratan cabang olahraga terkait.

Salah satu atlet yang pernah mencuri perhatian dunia adalah Laurel Hubbard dari Selandia Baru — atlet angkat besi transgender pertama yang tampil di Olimpiade Tokyo 2021.

Namun, sejumlah federasi kini telah memperbarui kebijakannya. Seperti World Rugby dan World Athletics melarang atlet transgender yang telah melewati masa pubertas laki-laki ikut bertanding di kategori wanita.
World Aquatics hanya memperbolehkan atlet transgender yang bertransisi sebelum usia 12 tahun.

Sementara itu, FIFA masih meninjau aturan barunya, meski beberapa asosiasi nasional, termasuk FA Inggris, sudah menerapkan larangan bagi atlet transgender di kompetisi wanita.

Selain perdebatan di dunia olahraga, isu partisipasi atlet transgender juga mendapat perhatian politik. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan melarang atlet transgender tampil di Olimpiade Los Angeles 2028, serta menolak keikutsertaan mereka di ajang olahraga sekolah di AS.

Beberapa cabang olahraga seperti tinju dan atletik juga telah memperkenalkan tes genetik SRY untuk mendeteksi kromosom Y, yang umumnya dimiliki oleh individu dengan karakteristik biologis laki-laki.

[RWT] 


Related Posts


Berita Lainnya