Kaltim

Kabar Baik untuk Konservasi! Burung Kuau, Si Penari Hutan Dayak, Ditemukan Menari Lagi di Sungai Lesan

Kaltim Today
10 November 2025 10:17
Kabar Baik untuk Konservasi! Burung Kuau, Si Penari Hutan Dayak, Ditemukan Menari Lagi di Sungai Lesan
Burung Kuau Kalimantan terlihat di kamera jebak tim Conservation Action Network (CAN).

SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Jejak kehidupan liar di lantai hutan basah Sungai Lesan kembali memunculkan kabar menggembirakan. Kamera jebak tim Conservation Action Network (CAN) merekam keberadaan Burung Kuau Kalimantan.

Satwa pemalu yang selama bertahun-tahun nyaris lenyap ini, terekam sedang melakukan tarian indah di tengah rimbunnya vegetasi.

Principal CAN, Paulinus Kristanto, mengatakan temuan ini sangat menarik sebab Kuau sudah cukup jarang ditemukan di Kalimantan.

“Di Hutan Lindung Sungai Lesan kita menemukan banyak sekali satwa, dan yang paling menarik adalah burung kuau. Sebab sudah cukup jarang ditemukan di Kalimantan,” ujar Paulinus.

Temuan ini sangat penting karena Kuau menjadi indikator kunci keamanan suatu kawasan. Kuau lebih banyak beraktivitas di lantai hutan. Satwa ini hanya bertahan di hutan yang benar-benar aman, rapat, dan jauh dari kebisingan aktivitas manusia.

“Temuan ini penting, karena salah satu indikator sebuah kawasan itu betul-betul aman. Orangutan bahkan tetap aman di area berkonflik. Sementara kuau harus hidup betul-betul jauh dari aktivitas manusia. Ia tidak terbiasa dengan kebisingan,” lanjut Paulinus.

Ia menegaskan, keberadaan Kuau mengindikasikan kondisi ekosistem hutannya bagus. Sebelum menari, Kuau jantan membersihkan area secara cermat, sebuah ritual yang juga menandai teritorial.

Burung kuau memiliki hubungan erat dengan budaya Suku Dayak, terpatri dalam gerak tari tradisional. Kuau melambangkan keindahan dan harmoni. Bulu kuau dipakai sebagai hiasan oleh pembesar Dayak, bahkan pada tameng.

Secara adat, Kuau terlindungi karena masyarakat Dayak meyakini bulu terbaik justru didapat ketika Kuau menari, melalui proses alami bulu akan rontok dan dipungut, bukan diburu.

Namun, di banyak tempat, suara Kuau hilang bersamaan dengan tutupan hutan dataran rendah yang terfragmentasi.

Paulinus memandang status konservasi Kuau perlu ditingkatkan. “Status burung kuau di IUCN hanya berstatus Rentan. Harusnya sudah endangered ya,” ungkap Paulinus.

Ia menambahkan, jika tidak serius, konservasi Kuau akan terlambat, dan populasi mereka akan terus menyusut.

Hutan Lindung Sungai Lesan memegang peran hidrologis penting sebagai filter alami bagi air yang dikonsumsi di hilir Sungai Kelay. Kawasan ini menjadi benteng terakhir bagi satwa terusir akibat hutan di hilirnya telah berganti fungsi.

“Punahnya burung Kuau akan sangat berdampak pada budaya. Bagaimana tarian yang merepresentasikan keindahan hutan itu? Ketika kuau hilang, apa yang bisa dipelajari?” ujar Paulinus.

Di Hutan Lindung Sungai Lesan, CAN menjalankan program patroli dan pengawasan hutan berbasis masyarakat. Para penjaga hutan (forest guardian) direkrut dari kampung sekitar untuk mengamankan hutan dari ancaman penebangan liar dan perburuan.

“Tim patroli banyak menemukan di titik-titik tertentu. Bulu yang jatuh sejatinya adalah bulu terbaik,” jelas Paulinus.

Meskipun suara Kuau sudah lama menghilang dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Long Sam yang dikelola CAN, rekaman kamera jebak ini memberikan harapan dan optimisme.

[TOS]



Berita Lainnya