Advertorial
Kasus Stunting di Berau Cukup Tinggi, Syarifatul Sebut Harus Dituntaskan Bersama
Kaltimtoday.co, Berau - Wakil ketua I DPRD Berau, Syarifatul Syadiah menanggapi persoalan stunting di Bumi Batiwakkal. Dirinya menilai, kasus stunting ini masih terbilang cukup tinggi.
Ia menyampaikan, untuk saat ini angka prevalensi stunting, khususnya di Kaltim mencapai 23,9 persen. Naik 1,1 persen dari tahun 2021 yang tercatat 22,8 persen. Sedangkan target Pemprov Kaltim pada 2024 adalah turun menjadi 14 persen.
"Dari 10 kabupaten/kota yang masuk dalam angka tertinggi, Berau berada di peringkat tujuh yakni 21,6 persen," ujarnya kepada Kaltimtoday.co, Kamis (30/3/2023).
Dirinya menyebut, bahwa stunting perlu menjadi agenda yang dituntaskan bersama.
Permasalahan stunting di Berau bukanlah hal yang bisa disepelekan. Sebab stunting bukan hanya menjadi agenda pembangunan di daerah, melainkan isu nasional. Sedangkan Berau telah menjadi salah satu prioritas penanganan bersama daerah lain di Kaltim.
Stunting bukan sekadar mengenai pertumbuhan anak yang terhambat, namun juga berkaitan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal sehingga menyebabkan kemampuan mental dan belajar anak di bawah rata-rata, bahkan bisa berakibat pada prestasi sekolah yang buruk.
"Karena ini berhubungan langsung dengan perkembangan anak maka dibutuhkan kerja sama dari semua pihak terkait agar masalah stunting bisa terselesaikan," tuturnya.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan pemahaman terkait pentingnya cukup gizi untuk anak yang baru lahir dan pemahaman kepada ibu hamil agar anak-anak mereka tidak terlahir stunting.
"Informasi sejak dini bagi ibu hamil dengan menyosialisasikan baik dari asupan ibu hamil, vitamin dan sebagainya agar bayi yang terlahir dari rahimnya sehat,” jelasnya.
Dia mengatakan, Dinas Kesehatan juga sudah memiliki program untuk pelajar SMA yang akan menjadi calon ibu. Mereka diberi pemahaman untuk dapat menjadi ibu yang memperhatikan kesehatan, dan siap melahirkan dengan kondisi fisik dan psikis yang tercukupi dari segi vitamin.
Selain itu, pencegahan anemia untuk remaja putri juga sangat diperlukan, karena penyakit tersebut sangat menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan.
"Kalau dia anemia, cikal bakal anak yang dikandungnya nanti akan kekurangan gizi. Bisa gizi buruk, dan stunting," tandasnya.
[RWT | ADV DPRD BERAU]
Related Posts
- Rakertek Kaltim 2024, Upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat
- Kaltim Raih Peringkat Kedua Nasional di Indeks Kemerdekaan Pers 2024
- Gelar Rakor SPBE 2024, Diskominfo Kaltim Perkuat Kolaborasi Digital Antar Instansi Pemerintah
- 4.479 Berkas Dimusnahkan, DPK Terima Penyerahan 142 Arsip Statis dari Dispora Kaltim
- Cara Menggunakan ChatGPT Search sebagai Mesin Pencari Alternatif Google