Internasional

Kekuasaan Bashar Assad Berakhir di Suriah: Pejuang Oposisi Kuasai Homs dan Damaskus Tanpa Perlawanan 

B-Network — Kaltim Today 08 Desember 2024 13:51
Kekuasaan Bashar Assad Berakhir di Suriah: Pejuang Oposisi Kuasai Homs dan Damaskus Tanpa Perlawanan 
Pejuang oposisi berhasil menguasai kota strategis Homs dan memasuki Damaskus tanpa perlawanan berarti. 

DAMASKUS, Kaltimtoday.co - Kekuasaan Presiden Suriah Bashar Assad resmi dinyatakan berakhir oleh komando militer Suriah pada Minggu (8/12/2024). Pernyataan ini muncul setelah pemberontak menguasai kota strategis Homs dan memasuki Damaskus tanpa perlawanan berarti. 

“Damaskus kini bebas dari Assad,” ungkap salah satu komandan pemberontak, menandai akhir rezim yang telah berkuasa selama 24 tahun.

Bashar Assad dilaporkan meninggalkan Damaskus menggunakan pesawat Syrian Air menuju lokasi yang tidak diketahui. Menurut data Flightradar, pesawat tersebut sempat mengarah ke wilayah pesisir—basis sekte Alawite dan lokasi pangkalan militer Rusia—sebelum berbalik arah dan menghilang dari radar. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengonfirmasi bahwa Assad telah meninggalkan Suriah sebelum pasukan keamanan militer mundur dari Bandara Internasional Damaskus.

Di Damaskus, ribuan warga turun ke alun-alun utama, melambaikan tangan, dan meneriakkan "kebebasan". Mereka merayakan berita pembebasan tahanan dari penjara militer Sednaya, yang sebelumnya dikenal sebagai tempat penahanan ribuan orang oleh rezim Assad. 

Hadi al-Bahra, pemimpin oposisi Suriah di luar negeri, menyatakan bahwa Damaskus kini tanpa Bashar Assad. “Ini adalah awal baru bagi Suriah,” ujarnya.

Pada hari yang sama, pemberontak berhasil merebut kota strategis Homs dalam waktu satu hari pertempuran. Homs, yang dikenal sebagai "jantung revolusi Suriah," menjadi simbol kebangkitan pemberontak. Ribuan warga setempat turun ke jalan, meneriakkan "Assad pergi, Homs bebas". Poster-poster Assad dirobohkan, sementara para pemberontak merayakan kemenangan dengan tembakan ke udara.

Komandan Hayat Tahrir al-Sham, Abu Mohammed al-Golani, menyebut perebutan Homs sebagai momen bersejarah dalam konflik yang telah berlangsung selama 13 tahun. Ia mengimbau pasukannya untuk tidak melukai siapa pun yang menyerah, seraya menekankan pentingnya menjaga keadilan dalam perjuangan mereka.

Jatuhnya Homs memberikan pemberontak kontrol atas jantung strategis Suriah. Kota ini memutus hubungan Damaskus dengan wilayah pesisir, benteng sekte Alawite dan pangkalan militer Rusia. Pemberontak kini memperluas kendali ke pedesaan sekitar Damaskus, menciptakan tekanan besar terhadap ibu kota.

Sementara itu, tentara Suriah dilaporkan memperkuat pasukan di beberapa bagian Damaskus. Meski begitu, kontrol rezim Assad atas Suriah semakin melemah seiring kemenangan pemberontak di Homs dan Damaskus.

Jatuhnya Homs dan Damaskus menjadi simbol kebangkitan dramatis gerakan pemberontak Suriah. Kota-kota yang sebelumnya menjadi saksi pengepungan panjang kini berdiri sebagai pusat kemenangan atas rezim Assad. Perkembangan ini menandai babak baru dalam konflik Suriah, di mana masa depan negara bergantung pada kemampuan pemberontak untuk membangun stabilitas dan memulihkan wilayah-wilayah yang selama bertahun-tahun berada di bawah kendali rezim.

Perebutan Damaskus oleh pemberontak menjadi titik balik dalam sejarah konflik Suriah, sekaligus mengakhiri era panjang kekuasaan Bashar Assad yang penuh dengan kontroversi dan penindasan.

[TOS]



Berita Lainnya