Headline
Ketika Bakal Calon Wali Kota Samarinda Bicara Smart City
Kaltimtoday.co, Samarinda - Kota-kota di Indonesia berlomba menjadi smart city alias kota pintar. Samarinda misalnya, sudah melakukan upaya tersebut sejak beberapa tahun terakhir.
Pemkot Samarinda mengusung sejumlah inovasi dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Dilakukan untuk memberikan pelayanan yang efektif dan efisien bagi warga Samarinda.
Salah satu wujud program "pintar" adalah dengan didirikannya Command Center di Diskominfo Samarinda. Kemudian diikuti dengan diluncurkannya nomor tunggal panggilan darurat Samarinda 112.
Layanan ini menjadi pusat informasi dan koordinasi Pemkot Samarinda dalam berbagai aspek. Mulai keamanan kota, keselamatan jiwa, keselamatan harta benda, bencana alam, dan wabah penyakit.
Meski sudah mengembangkan berbagai layanan berbasis "pintar", program ini masih mendapat kritik. Terutama dari bakal calon wali kota Samarinda. Hal itu disampaikan dalam Diskusi Publik yang digelar KAMMI Samarinda dengan tema "Revitalisasi Smart City Samarinda", Jumat (14/2/2020).
Hadir dalam diskusi tersebut, Farid Nurrahman, Siti Qomariah, Andi Harun, dan Arif Kurniawan.
Farid Nurrahman menyampaikan, saat ini, implementasi smart city di Samarinda belum sepenuhnya diterapkan. Ada yang belum dimaksimalkan. Salah satunya pemanfaatan big data. Padahal big data memiliki peran penting dalam implementasi smart city.
"Smart city itu bukan kota dengan banyak aplikasi, tapi kota banyak solusi," tegas Farid.
Menurut Farid, saat ini Pemkot Samarinda belum memaksimalkan aplikasi-aplikasi yang ada dalam memudahkan berbagai urusan dan pelayanan publik bagi warga.
Selanjutnya, Siti Qomariah menyampaikan, smart city yang diimplementasikan pemkot saat ini belum mampu menghadirkan rasa aman, nyaman, dan kemudahan dalam berbagai layanan.
Mestinya dengan adanya program smart city warga semakin nyaman. Banjir perlahan bisa diatasi. Jalan berlubang segera diperbaiki. Drainase buntu bisa dibereskan. Dengan pemanfaatan teknologi hal itu bisa dilakukan dengan cermat, tepat sasaran, dan cepat.
Adapun Andi Harun menilai, implementasi smart city bisa dikatakan berhasil di Samarinda jika kebutuhan masyarakat dapat dilayani dengan baik dengan pemanfaatan teknologi. Misal, pembuatan KTP bisa dilakukan di rumah warga.
"Program smart city di Samarinda perlu didukung kecepatan internet yang kuat. Samarinda masih kategori lambat," ujar Andi Harun.
Terakhir, Arif Kurniawan menyampaikan, parameter untuk mengukur keberhasilan smart city adalah dengan pelayanan publik yang semakin meningkat. Kemudian, pengambilan keputusan yang cepat dari pemimpin.
Saat ini, ungkap Arif, masih banyak website resmi pemkot yang tidak update. Begitu pula dengan sosial media instansi. Wali kota Samarinda ke depan haruslah orang yang mengerti teknologi, tidak gagap, dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Itu penting, agar program smart city benar-benar bisa dijalankan.
Dalam diskusi ini, KAMMI Samarinda menghadirkan Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mulawarman, Purwadi, sebagai panelis.
Di hadapan para bakal calon wali kota Samarinda, Purwadi menyampaikan, smart city merupakan program yang penting dan bagus. Tapi, smart city harus berorientasi pada menyelesaikan masalah mendasar dan penting di Samarinda. Misal, banjir, permukiman kumuh, pasar kotor, kemacetan, parkir liar, ketersediaan air bersih, perbaikan jalan, pembenahan infrastruktur dasar.
"Masalah di Samarinda, seperti banjir, dari tahun ke tahun semakin memburuk. Perlu komitmen dan keberanian dari bakal calon pemimpin Samarinda untuk menyelesaikan masalah itu. Kalau berani, 2,5 tahun menjabat jika tidak bisa mengatasi banjir, ya mundur. Berani tidak," tantang Purwadi dalam diskusi.
Dari 4 bakal calon yang hadir dalam diskusi itu, hanya Arif Kurniawan yang menyatakan sanggup dan berani mundur. Sementara Farid menyebut tantangan tersebut tidak adil, karena menyelesaikan masalah banjir di Samarinda buka pekerjaan gampang. Perlu waktu untuk menyelesaikan.
Adapun Siti Qomariah dan Andi Harun tidak secara tegas menolak atau menerima tantangan dari panelis tersebut.
[TOS]