Daerah
La Nina Lemah Bertahan hingga 2026, BMKG Ingatkan Kaltim Waspada Musim Hujan Panjang dan Ancaman Bencana
Kaltimtoday.co, Samarinda - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan fenomena iklim global La Nina lemah masih memengaruhi pola cuaca Indonesia, termasuk Kalimantan Timur. Kondisi tersebut diprediksi berlangsung hingga pertengahan 2026 dan berpotensi memperpanjang durasi musim hujan serta meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi.
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG APT Pranoto Samarinda, Riza Arian Noor, menjelaskan berdasarkan analisis BMKG dan sejumlah lembaga iklim dunia, saat ini Indonesia berada dalam fase La Nina dengan intensitas lemah. Meski tidak tergolong kuat, dampaknya tetap perlu diantisipasi.
“Walaupun kategorinya lemah, La Nina tetap bisa meningkatkan curah hujan. Ini harus kita jadikan sinyal kewaspadaan, meskipun bukan satu-satunya faktor penentu terjadinya cuaca ekstrem,” ujar Riza.
Ia mengungkapkan, sejak awal November lalu, Kalimantan Timur telah resmi memasuki periode musim hujan. BMKG memprediksi musim hujan di wilayah ini akan berlangsung relatif panjang hingga akhir Juni 2026.
“Karena durasinya masih panjang, potensi bencana meteorologi basah seperti banjir, tanah longsor, dan genangan tentu masih harus diwaspadai bersama,” katanya.
Secara klimatologis, Kalimantan Timur terbagi ke dalam 22 Zona Musim (ZOM) dengan karakteristik cuaca yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup awal musim hujan, puncak hujan, hingga pola intensitas curah hujan di masing-masing wilayah.
Berbeda dengan Pulau Jawa yang memiliki pola enam bulan hujan dan enam bulan kemarau, Kalimantan Timur mengalami dua kali puncak musim hujan dalam setahun. “Puncak pertama terjadi pada Desember sampai Januari. Lalu Februari biasanya sedikit menurun, kemudian meningkat lagi pada Maret hingga April sebagai puncak kedua karena kita berada di wilayah ekuatorial,” jelas Riza.
Ia menegaskan, istilah puncak musim hujan bukan berarti hujan turun terus-menerus setiap hari dengan intensitas ekstrem. “Yang dimaksud puncak itu adalah akumulasi curah hujan bulanan yang lebih tinggi dibandingkan bulan lain di periode musim hujan. Justru di fase ini kesiapsiagaan harus ditingkatkan karena potensi bencana lebih besar,” ucapnya.
Selain hujan lebat, BMKG juga mencermati potensi angin kencang, khususnya pada April yang merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. “Berdasarkan data historis BMKG, kejadian angin kencang cukup sering terjadi di bulan April karena dinamika atmosfernya tidak stabil saat peralihan musim,” terangnya.
Terkait angin puting beliung, Riza menyebut fenomena tersebut berskala lokal dan sangat bergantung pada kondisi cuaca setempat. “Puting beliung dipicu oleh pertumbuhan awan cumulonimbus. Potensinya bisa ada di mana saja, tetapi terbentuk atau tidaknya sangat tergantung pada perkembangan awan itu sendiri,” katanya.
Untuk wilayah rawan, BMKG menilai kawasan barat Kalimantan Timur perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki karakteristik hujan hampir sepanjang tahun. Daerah yang perlu diwaspadai antara lain Mahakam Ulu, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, serta wilayah selatan seperti Kabupaten Paser.
“Mahakam Ulu itu hujannya tinggi hampir sepanjang tahun. Perbedaan antara musim hujan dan kemarau tidak terlalu jelas. Wilayah pesisir dan selatan juga berpotensi mengalami curah hujan tinggi,” jelas Riza.
Sementara untuk Kota Samarinda, BMKG memprediksi intensitas hujan berada pada kategori menengah. Namun, Riza mengingatkan kondisi tersebut bukan berarti aman.
“Di Samarinda, curah hujan sekitar 50 milimeter saja sudah bisa menimbulkan genangan di banyak titik. Jadi bukan soal kategori rendah atau tinggi, tapi ambang batas curah hujan yang mampu ditangani wilayah ini,” tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memperbarui informasi cuaca. “Informasi cuaca itu dinamis, tidak bisa hanya dilihat sekali. Kami memantau perkembangan setiap sepuluh hari, jadi masyarakat juga harus aktif update,” ujarnya.
Ia juga mendorong masyarakat memanfaatkan aplikasi Info BMKG. “Di situ tersedia informasi hujan, gempa, penerbangan, hingga kelautan. Harapannya masyarakat bisa lebih teredukasi dan siap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi,” pungkas Riza.
[RWT]
Related Posts
- Pendaftaran Pedagang Pasar Pagi Samarinda Dimulai, Disdag Pastikan Hak Pedagang Lama Tetap Aman
- Bencana Banjir Masih Menghantui Samarinda, BPBD Catat 23 Kejadian Sepanjang 2025
- ASICS Resmi Hadir di Samarinda, Dukung Tumbuhnya Komunitas Lari dan Tenis
- BPBD Soroti Konstruksi RSUD AMS II, Bangunan Panggung Dinilai Lebih Aman dari Banjir
- Operasi Lilin Mahakam 2025 Resmi Dimulai, Pengamanan Nataru Difokuskan pada Titik Rawan di Samarinda









