Nasional

Lonjakan Kasus Sifilis Kembali Terjadi di DIY, Dinkes Yogyakarta Ungkap LSL Jadi Faktor Risiko Utama

Diah Putri — Kaltim Today 27 Mei 2023 15:55
Lonjakan Kasus Sifilis Kembali Terjadi di DIY, Dinkes Yogyakarta Ungkap LSL Jadi Faktor Risiko Utama
Ilustrasi Sifilis. (Sumber: istockphoto.com)

Kaltimtoday.co - Kasus sifilis kembali meningkat di Indonesia. Peningkatan penderita sifilis terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada kuartal pertama di tahun 2023, sudah tercatat sebanyak 79 warga yang terkena sifilis.

Sifilis atau raja singa merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh luka atau ulkus di area kelamin, rektum, atau mulut. Kondisi ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seks, kontak kulit atau selaput lendir dari luka yang terjadi.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari mengatakan, dalam satu tahun jumlah kasus sifilis di DIY meningkat jika dibandingkan dengan data kasus tiga tahun lalu.

Dilansir dari Suarajogja.id, berdasarkan data Dinas Kesehatan DIY tercatat sebanyak 67 kasus sifilis dengan penderita 47 laki-laki dan 24 perempuan pada triwulan di tahun 2020. 

Kemudian pada triwulan di tahun 2021, jumlah kasus sifilis kembali meningkat menjadi 141 kasus. Kasus ini didominasi oleh penderita laki-laki sebanyak 113, sedangkan perempuan hanya berjumlah 28 penderita.

Pada 2022, lonjakan kasus sifilis terus terjadi hingga mencapai 333 kasus dengan penderita sebanyak 267 laki-laki dan 66 perempuan. 

Sementara pada 2023, kasus sifilis tidak setinggi pada tahun sebelumnya namun masih memungkinkan terjadinya peningkatan. Pada triwulan 2023, sudah ada sebanyak 79 kasus dengan penderita 71 laki-laki dan 8 perempuan.

“Kasusnya (sifilis) benar-benar meningkat,” ungkap Setyarini, Jumat (26/5/2023), dikutip dari Suarajogja.id

Ia mengatakan berdasarkan data empat tahun terakhir, penderita sifilis justru didominasi oleh kaum laki-laki. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa lelaki seks dengan lelaki (LSL) menjadi faktor risiko utama terjadinya penularan sifilis. 

"Faktor risikonya pasti LSL, menurut sistem informasi HIV dan AIDS. Jadi kita punya sistem informasi HIV dan AIDS yang mencakup pemeriksaan sifilis. Nah itu ada, kita ambil datanya dari situ," tambahnya.

Berdasarkan rentang usia, sejak 2020 - 2022 penderita sifilis didominasi mulai usia 25 - 49 tahun. Sedangkan, kelompok usia 20-24 tahun juga termasuk kelompok yang sangat rentan terkena sifilis. 

Pihaknya mengimbau agar penderita sifilis tidak perlu malu untuk langsung memeriksakan dan berobat ke dokter. Hal ini karena sifilis masih bisa disembuhkan melalui pengobatan yang tepat.

“Sifilis bisa diobati asal mau berobat ke tempat pelayanan kesehatan. Di Pelayanan kesehatan, setiap terjadi kasus pasti akan diobati dan obatnya juga disediakan oleh pemerintah,” ujarnya. 


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya