Daerah

Melihat Kelompok Bontang Lestari Peduli, Menyulap Sampah jadi Cuan

Fitriwahyuningsih — Kaltim Today 05 Maret 2023 12:46
Melihat Kelompok Bontang Lestari Peduli, Menyulap Sampah jadi Cuan

Sampah yang bagi sebagian orang tak lagi berguna justru menjadi ladang bisnis menggiurkan bagi Kelompok Bontang Lestari Peduli. Dari bisnis pengolahan sampah, kelompok ini dapat meraup puluhan hingga ratusan juta rupiah saban bulannya.

Kaltimtoday.co, Bontang — Binar mata Tajuddin memancar kala menceritakan perjalanan bisnis yang digeluti Kelompok Bontang Lestari Peduli. Walau kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun dari sini, puluhan anggotanya menggantungkan hidup.

Tajuddin menceritakan, kelompok ini mulanya diinisiasi kakeknya, Thamrin, medio 2010 lalu. Kala itu, Thamrin yang masih menjabat ketua RT 02 Bontang Lestari melirik adanya potensi pengelolaan sampah. Kebetulan lokasi RT 02 memang berdekatan dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bontang Lestari.

Selain keberadaan potensi bisnis, Thamrin juga melihat ada peluang pemberdayaan masyarakat di dalamnya. Warga Kelurahan Bontang Lestari, setidaknya yang bermukim di sekitar RT 02, bisa dipekerjakan. Tentu dengan catatan, mereka tak ‘’gengsi’’ bergumul dengan sampah saban harinya.

‘’Kurang lebih awalnya seperti itu. Ada peluangnya (bisnis), bisa berdayakan masyarakat sekitar (Bontang Lestari) juga,’’ beber Tajuddin ketika belum lama ini disambangi di workshop Bontang Lestri Peduli, di Komplek TPA Bontang Lestari, Jalan Soekarno-Hatta.

Seiring waktu, bisnis pengelolaan sampah kolektif yang digawangi Thamrin ini terus tumbuh. Dari awalnya hanya memberdayakan beberapa orang, kemudian berkembang jadi puluhan orang. Kelompok ini makin melesat usai menjadi mitra Community Development (Comdev) PT Badak LNG. Dari perusahaan itu, kelompok ini mendapat dukungan pembangunan infrastruktur workshop dan mesin.

Sampah botol plastik yang telah dipadatkan di workshop Kelompok Bontang Lestari Peduli (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)
Sampah botol plastik yang telah dipadatkan di workshop Kelompok Bontang Lestari Peduli (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)

Memasuki Juni 2022 lalu, pengelolaan Bontang Lestari Peduli beralih ke Tajuddin. Pasalnya, sang kakek, Thamrin, meningggal dunia. Usai mendapat amanah terebut, Tajuddin bertekad melanjutkan mimpi besar kakeknya untuk mengembangkan kelompok ini dan terus bermanfaat bagi masyarakat.

Tajuddin bilang, walau sebelumnya tak begitu banyak terlibat dalam pengelolaan bisnis, namun tidak ada kesulitan berarti ketika ia melanjutkan suksesi kepemimpinan dari kakeknya. Dia sekadar melanjutkan warisan pekerjaan yang  ada, sembari meneropong peluang bisnis agar ke depan kelompok ini makin berkembang.

‘’Kami tinggal melanjutkan yang sudah dirintis beliau (Thamrin). Harapannya kan bisa terus beroperasi, supaya sama-sama kita bisa hidup dari sini,’’ ungkapnya.

Adapun, Kelompok Bontang Lestari Peduli beroperasi di Komplek TPA Bontang Lestari milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang. Mereka menempati lahan dengan luasan 1.200 meter persegi untuk beraktivitas. Lantaran lokasinya yang berdekatan dengan TPA, bisa dikatakan aktivitas pengelolahan sampah di Bontang, pembuangan hingga penyortiran atau daur ulang terintegrasi di satu wilayah. Diketahui, sepanjang Januari-Desember 2022 lalu, rata-rata sampah yang dihasilkan warga Bontang sekitar 74,76 ton.

Rahatia (35) melakukan pemilahan sampah di berdasarkan jenisnya. Pekerjaan sebagai pemilah sampah telah ia geluti sejak 2013 silam. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)
Rahatia (35) melakukan pemilahan sampah di berdasarkan jenisnya. Pekerjaan sebagai pemilah sampah telah ia geluti sejak 2013 silam. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)

Hingga kini, total ada 56 orang menggantungkan hidup dari Bontang Lestari Peduli. Mereka adalah pemulung, yang jumlahnya 30 orang, serta pencacah dan pemilah plastik yang berjumlah 26 orang.

Sistem kemitraan yang dijalin antara kelompok ini dengan anggotanya berbeda. Untuk pemulung, mereka berdiri mandiri sendiri. Tak ada keterikatan dengan Kelompok Bontang Lestari Peduli. Kapan mau jual sampah, itu semua tergantung mereka. Tak ada kewajiban harus memungut berapa banyak, dan kapan harus menyetor.

Usai mengumpulkan sampah di TPA, selanjutnya sampah tersebut dijual ke pengepul, Kelompok Bontang Lestari Peduli. Hanya ada dua jenis sampah diterima: plastik dan kardus. Alasannya, kedua jenis sampah tersebut ketika sudah diolah telah memiliki pasar. Sehingga mereka tak kesulitan mencari pembeli.

Harga beli sampah dari pemulung bervariasi dan fluktuatif. Semua tergantung pada jenis sampah dan harga jualnya nanti ketika sudah diolah.

Namun sepanjang Januari-Februari 2023 ini, Tajuddin menghargai Rp 1.700 per kilogram untuk sampah campur. Ini jenis sampah acak, belum dikategorisasi berdasarkan jenis dan warnanya. Misal sampah botol shampo, sampah bekas perabotan rumah tangga, sampah botol plastik, dan lain sebaginya.

Untuk sampah yang sudah dipilah, hargai lebih mahal, sekitar Rp 2.000 - Rp 2.500 per kilogram. Sementara untuk kardus, saat ini dibanderol Rp 500 per kilogram. Tajuddin menyebut, harga beli sampah, baik plastik atau kardus awal tahun ini cukup murah lantaran harga jual plastik cacah di pasaran sedang lesu. Begitu pun dengan kardus.

Armada pengangkut sampah baru saja membongkar sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bontang Lestari. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)
Armada pengangkut sampah baru saja membongkar sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bontang Lestari. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)

‘’Sekarang memang lagi murah, karena turun harganya di pasar. Makanya kami sementara tidak ambil kardus. Terlalu murah, kami tidak tega juga belinya.  Kasian orang (pemulung),’’ ungkap pria yang akrab disapa Unding ini.

Biasanya pemulung memilih menjual sampah campur ketimbang disortir. Alasannya karena praktis. Selain juga karena mereka berburu kecepatan dengan sampah baru yang datang di TPA. Tak ada waktu untuk memilah-milah sampah.

Pemulung juga tak langsung menjual sampah ke pengepul setiap hari. Umumnya mereka menghimpun dulu sampah tersebut. Ketika sudah dirasa cukup banyak, ratusan kilogram, kemudian dibawa ke workshop Bontang Lestari Peduli, untuk ditimbang dan dijual. Sebagai gambaran, bila pemulung menjual 150 kilogram sampah, dikalikan Rp 1.700 untuk sampah acak, maka mereka bakal memeroleh sekitar Rp 255 ribu.

‘’Lumayan karena tiap hari mereka ambil sampah dari bawah (TPA),’’ ucapnya.

Kemudiaan untuk pekerja di workshop, kemitraannya lain lagi. Ada yang terikat, ada semi terikat. Misal untuk pencacah dan pekerja yang bertugas memadatkan plastik, berjumlah 6 orang. Mereka terikat lantran diupah bulanan. Mereka ini, seperti namanya, bertugas melakukan pencacahan dan mencetak atau memadatkan plastik. Hasil akhir pekerjaan mereka itulah, cacahan dan plastik padat, yang bakal dilempar ke pasar.

Sementara untuk pemilah, sifatnya semi terikat. Mengingat mereka bekerja secara borongan. Pemilah ini bertugas menyortir sampah yang sebelumnya diterima dari pemulung. Sampah dikategorisasi berdasarkan warna, jenis, dan teksturnya. Dari sampah plastik yang sudah disortir, pemilah mendapat upah Rp 1.000 per kilogram.

Tajuddin (33) menunjukkan beberapa hasil plastik cacahan Bontang Lestari Peduli. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)
Tajuddin (33) menunjukkan beberapa hasil plastik cacahan Bontang Lestari Peduli. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)

‘’Kalau pemilah, semakin banyak dikerja (dipilah) semakin banyak dapat (upah). Kalau sebaliknya, ya kurang juga. Semua tergantung mereka,’’ urainya.

Dalam sebulan, Kelompok Bontang Lestari Peduli rata-rata menerima sekitar 28 ton sampah plastik dari pemulung. Sampah itu mereka sortir, mana yang layak dicacah, mana bisa dipadatkan, mana tidak layak dimanfaatkan.

Usai proses penyortiran rampung, sampah tersebut kemudian dikumpulkan dalam karung-karung besar ukuran 20-50 kilogram. Setelahnya, sampah dimasukkan ke mesin, untuk dicuci dan dicacah. Ada juga yang masuk mesin pemadatan. Biasanya ini sampah botol plastik bening.

Sampah yang sudah diolah itu bakal menjadi plastik cacahan kecil, ukurannya serupa kancing baju. Kemudian botol-botol yang dipadatkan bakal berupa lempengan besar.

Harga jual sampah hasil olahan Bontang Lestari Peduli di pasaran variatif. Untuk plastik cacahan, paling murah Rp 3.900, paling mahal Rp 11.000. Untuk plastik yang dipadatkan, dihargai Rp 6.900 per kilogram.

‘’Harga jual ikuti pasar ini. Kadang mahal, nah kalau sekarang ini lagi murah,’’ kata Tajuddin sembari menunjukkan plastik cacahan hasil olahan Bontang Lestari Peduli.

Plastik cacahan mereka kemudian dikirim ke Surabaya, Jawa Timur. Nantinya, cacahan itu diolah kembali di pabrik, dan menjadi produk baru. Bisa berupa plastik belanja, perabotan rumah tangga, hingga botol-botol kemasan.

Pekerja di Bontang Lestari Peduli melakukan pemilahan sampah. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)
Pekerja di Bontang Lestari Peduli melakukan pemilahan sampah. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)

Bila dirata-ratakan, dalam sebulan meraka bisa mengirim sekitar 14 ton plastik cacah. Omzet yang diperoleh biasanya di angka Rp 90 juta hingga Rp 100 juta. Angka itu, sebut Tajuddin, terbilang kecil.

‘’Kecil itu, mbak. Bisa lebih tinggi sebenarnya,’’ katanya.

Memberdayakan Masyarakat

Rahatia (35) dengan lincah memilah sampah berdasarkan jenisnya, lantas memindahkannya dari satu karung ke karung lain. Kendati siang hari itu matahari sedang terik-teriknya, namun hal tersebut tak menyurutkan semangat ibu empat anak itu bekerja. Seperti tak ada yang menghalangi gerakannya, kegesitannya, memilah sampah dari karung berukuran 50 kilogram.

Dikatakan Rahatia, dirinya sudah tergabung sebagai pemilah di Kelompok Bontang Lestari Peduli sejak 2013. Artinya, ia sudah menggeluti profesinya ini selama 10 tahun.

Sebelumnya ia berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT). Desakan kebutuhan hidup sehari-hari mendorongnya harus bekerja di luar, tapi bisa sekadar berpangku dari pendapatan suami. Adapun, suami Rahatia berprofesi sebagai nelayan. Yang menurutnya, tidak bisa terlalu diharapkan karena tak saban hari sang suami melaut dan tak selalu mendapat hasil laut memuaskan.

‘’Tidak cukup kalau suami saja. Kasian juga karena dia cuma nelayan. Jadi saya kerja biar bisa bantu-bantu (kebutuhan rumah),’’ ujarnya, masih sembari memilah sampah plastik.

Rahatia biasa mulai bekerja pukul 09.00 Wita hingga 16.00 Wita. Pekerjaan ini memang tak membuat ia harus mengangkut beban berat. Namun menggeluti sebagai pemilah, Ratia mesti telaten dan teliti, sebab plastik mesti dipisah berdasar jenisnya. Bila ada plastik beda jenis disatukan dalam satu wadah (karung), ini bakal mempengaruhi kualitas plastik cacahan Bontang Lestari Peduli.

‘’Kalau beda kan pembeli protes. Makanya kita harus teliti ketika bekerja,’’ kata perempuan ramah senyum ini.

Saban bulan, Rahatia dapat memilah hingga 2 ton sampah. Ini dikerjakan selama 27 hari. Dari sana, ia bisa memperoleh penghasilan Rp 1,9 juta hingga Rp 2 juta. Mengingat untuk tiap kilogram sampah dipilih, ia mendapat upah Rp 1.000. Bila ada sampah tak layak cacah diperoleh, ia bisa mengambil sampah tersebut. Yang nantinya ia jual sendiri ke luar, ke pengepul yang mau membeli. Pengepul ini banyak bermukim di sekitar TPA Bontang Lestari. Ini jadi tambahan penghasilan baginya.

Anggota Kelompok Bontang Lestari Peduli bersiap memilah sampah. Aktivitas ini biasa mereka lakukan dari pagi hingga sore hari. (Fitri Wahyuningsi/Kaltimtoday.co)
Anggota Kelompok Bontang Lestari Peduli bersiap memilah sampah. Aktivitas ini biasa mereka lakukan dari pagi hingga sore hari. (Fitri Wahyuningsi/Kaltimtoday.co)

Dari pekerjaannya sebagai pemilah sampah, Rahatia dapat memenuhi kebutuhan hidup di rumah. Dan terpenting, dapat menyekolahkan dua buah hatinya. Sementara dua anak lain, memilih tidak melanjutkan sekolah.

‘’Alhamdullilah, bisa kita pakai untuk di rumah dan sekolahkan anak,’’ ucapnya.

Diketahui, dari 26 pekerja di Bontang Lestari Peduli, sekitar 80 persennya adalah perempuan. Sebagian besar mereka bekerja sebagai pemilah, sementara yang laki-laki bekerja sebagai pencacah.

Ditambahkan Tajuddin, sejatinya bisnis pengolahan sampah cukup potensial. Namun kurang dilirik karena terlihat kotor dan umumnya orang malu agak mengurus sampah.

‘’Orang kan tidak mau karena sampah itu terlihat kotor. Padahal asal mau dikerja, ada terus duitnya ini barang (sampah),’’ tegasnya.

Dia bahkan berencana mengembangkan bisnis ini, agar kebutuhan pasar bisa dimaksimalkan. Dan lapangan pekerjaan bisa dibuka. Namun itu masih momen yang pas. Pasalnya bisnis seperti ini butuh modal besar juga mengingat mereka butuh lahan luas untuk memuat sampah. Selain itu, membangun workshop, membeli mesin cacah dan mesin press pun butuh modal yang tidak sedikit.

‘’Pengin kami kembangkan. Karena pasarnya sella ada, tinggal kita lihat saja mana yang cocok harga,’’ tandasnya.

[FWN | RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram “Kaltimtoday.co”, caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Related Posts


Berita Lainnya