Nasional

Mengenal 2 Metode Penentuan Awal Ramadhan di Indonesia

Intan Thania Amelia — Kaltim Today 08 Maret 2024 14:20
Mengenal 2 Metode Penentuan Awal Ramadhan di Indonesia
Metode Penentuan Awal Ramadhan. (Freepik)

Kaltimtoday.co - Puasa Ramadhan 2024 akan segera dimulai sebentar lagi. Biasanya, sebelum benar-benar memasuki bulan Ramadhan kita akan melalui proses penentuan dari awal Ramadhan terlebih dahulu.

Penentuan dalam awal bulan Ramadhan dan Syawal dalam penanggalan Hijriah sebenarnya serupa dengan menentukan awal bulan-bulan lainnya. Namun, penetapan awal bulan Ramadhan dan Syawal menjadi perhatian khusus bagi umat Islam karena keduanya memiliki signifikansi yang sangat penting dalam praktik keagamaan.

Lantas, apa saja metode yang digunakan untuk menentukan awal Ramadhan di Indonesia?

Metode Penentuan Awal 1 Ramadhan

Dilansir dari Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) terdapat dua metode yang umumnya digunakan sebagai penentu dari awal Ramadhan yakni:

1. Metode Hisab

Sebagaimana dalam Pedoman Hisab Muhammadiyah dijelaskan bahwa kata "hisab" berasal dari bahasa Arab, yaitu "al hisab," yang memiliki arti perhitungan atau pemeriksaan. Dalam konteks fikih, hisab berkaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah.

Hisab digunakan untuk menghitung waktu dan arah tempat dalam rangka pelaksanaan ibadah, seperti menentukan waktu salat, waktu puasa, waktu Idul Fitri, waktu haji, dan waktu salat gerhana.

Penggunaan hisab untuk menentukan awal bulan Hijriah didasarkan pada ayat 5 surat Ar Rahman, yang menyatakan bahwa matahari dan bulan bergerak secara teratur. 

اَلشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ 

Latin: asy-syamsu wal-qamaru bihusban.

Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) sesuai dengan perhitungan.” (Q.S Ar-Rahman: 5)

Ayat lain, seperti surat Yunus ayat 5, juga memberikan dasar untuk penggunaan hisab dalam menentukan waktu-waktu ibadah.

Latin: huwalladzi ja‘alasy-syamsa dliya'aw wal-qamara nuraw wa qaddarahu manazila lita‘lamu ‘adadas-sinina wal-hisab, ma khalaqallahu dzalika illa bil-haqq, yufashshilul-ayati liqaumiy ya‘lamun.

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.” (Q.S Yunus: 5)

Hadis dari Bukhari dan Muslim menegaskan pentingnya mengamati hilal untuk menentukan waktu puasa dan Idul Fitri. Jika hilal tidak terlihat karena tertutup awan, dianjurkan untuk melakukan perkiraan.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dengan tiga kriteria: terpenuhinya konjungsi, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam, dan bulan berada di atas ufuk pada saat matahari terbenam. Apabila ketiga kriteria tersebut terpenuhi, hari tersebut dianggap sebagai awal bulan Hijriyah yang sah.

2. Metode Rukyatul Hilal

Metode penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah di nusantara telah dikenal sejak Islam pertama kali masuk ke wilayah ini. Pada masa itu, pelaksanaan rukyatul hilal hanya dilakukan dengan pengamatan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu apapun.

Selaras dengan perjalanan dari kemajuan kebudayaan manusia, penggunaan metode rukyatul hilal secara sedikit demi sedikit mulai menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Rukyatul hilal adalah pengamatan atau observasi terhadap hilal. Hilal merupakan lengkungan bulan sabit paling tipis yang muncul di ufuk barat setelah matahari terbenam (ghurub) dan dapat diobservasi.

Proses pengamatannya dapat dibagi menjadi tiga cara, yaitu menggunakan mata telanjang, mata dengan bantuan alat optik (umumnya teleskop), hingga yang terkini, alat optik (umumnya teleskop) yang terhubung dengan sensor/kamera.

Ketiga cara tersebut menghasilkan tiga tingkatan keterlihatan hilal, mulai dari pengamatan langsung dengan mata telanjang (bil fi’li), melalui teleskop, hingga melalui hasil citra yang terekam.

Organisasi keagamaan yang menerapkan metode ini adalah Nahdlatul Ulama (NU). Meskipun menggunakan rukyatul hilal, NU tidak meninggalkan hisab atau ilmu falak. NU memandang metode hisab sebagai alat bantu dalam pelaksanaan rukyatul hilal, karena keduanya saling melengkapi. NU memiliki sistem hisab jama’i, yang mempertimbangkan berbagai metode hisab yang berkembang di dalam organisasi.

Demikian metode penentuan awal Ramadhan di Indonesia. Semoga bermanfaat ya!


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 



Berita Lainnya