Nasional

Pembatasan Gim Online Anak, PPPA Minta Pemda Perbanyak Ruang Terbuka Ramah Anak

Network — Kaltim Today 17 November 2025 04:26
Pembatasan Gim Online Anak, PPPA Minta Pemda Perbanyak Ruang Terbuka Ramah Anak
Ilustrasi. (Pixabay)

Kaltimtoday.co - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menegaskan bahwa rencana pembatasan gim online bagi anak harus dibarengi dengan penyediaan aktivitas alternatif yang lebih sehat dan aman. Pemerintah daerah diminta memperbanyak ruang terbuka ramah anak sebagai ruang aktualisasi diri dan sarana berinteraksi.

Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kementerian PPPA, Ciput Eka Purwianti, menjelaskan bahwa upaya mengurangi ketergantungan anak pada gawai tidak cukup hanya dengan aturan pembatasan. Anak perlu memiliki pilihan kegiatan positif yang dapat menyeimbangkan waktu layar mereka.

“Substitusi untuk menggantikan screen time harus berupa kegiatan yang sesuai dengan usia anak dan memungkinkan mereka untuk beraktualisasi,” ujarnya, Minggu (16/11/2025).

Ciput menegaskan bahwa pemerintah daerah memiliki peran penting dalam memfasilitasi ruang publik yang aman dan nyaman bagi anak. Penyediaan ruang terbuka ini juga menjadi bagian dari komitmen daerah dalam mewujudkan kota atau kabupaten layak anak.

“Kami mendorong pemerintah daerah untuk memperbanyak ruang-ruang terbuka ramah anak sebagai upaya memperkuat lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak,” kata Ciput.

Selain penyediaan ruang publik, kegiatan berbasis komunitas juga dinilai mampu menjadi alternatif yang baik bagi anak untuk menghabiskan waktu. Ciput mencontohkan adanya relawan sahabat perempuan dan anak maupun pengelolaan lapangan futsal yang dapat memotivasi anak untuk berolahraga dan beraktivitas fisik.

“Ada relawan yang mendampingi anak-anak dan ada pula yang mengelola lapangan futsal sehingga mereka lebih termotivasi untuk berlatih,” jelasnya.

Menurut Ciput, meningkatnya kebutuhan anak untuk beraktivitas di luar ruangan harus menjadi perhatian bersama. Pembatasan penggunaan teknologi perlu diimbangi dengan solusi non-teknologi yang mendorong interaksi sosial dan kegiatan fisik.

“Untuk persoalan digital, kita tidak hanya berpikir tentang pendekatan teknologi, tetapi juga perlu memikirkan langkah nonteknologi,” tutupnya.

[RWT] 



Berita Lainnya