Samarinda
Pembelajaran Daring di Samarinda, Sekolah Berjuang Atasi Kejenuhan Siswa
Kaltimtoday.co, Samarinda - Pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih berlangsung hingga saat ini sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia pada Maret 2021.
Sistem belajar dari rumah ini terpaksa diterapkan agar penularan Covid-19 tidak menyebar ke pelajar.
Sistem belajar mengajar pun berubah drastis. Guru, siswa, orangtua, bahkan sekolah mengalami situasi baru. Nyaris semua proses pembelajaran dilakukan dengan interaksi secara daring.
Di Samarinda, tahun ajaran baru ini sempat ingin diberlakukan pembelajaran tatap muka di beberapa sekolah. Berbagai persiapan bahkan sudah dilakukan. Tapi keinginan tersebut terpaksa dibatalkan karena melonjaknya kasus positif Covid-19 di Kota Tepian.
Mau tak mau, pembelajaran daring kembali harus dilakukan. Siswa harus menggunakan gawai serta perangkat teknologi lainnya selama proses belajar. Dimulai sejak pukul 07.30 Wita hingga pukul 15.00 Wita.
Bagi siswa, iklim pembelajaran daring ini benar-benar dirasakan perbedaannya. Salah satunya rasa jenuh.
Hal itu diungkapkan Kepala SMP Negeri 35 Samarinda, Dini Indriani. Kepada Kaltimtoday.co, Dini Indriani mengatakan, selama pembelajaran daring pihaknya tidak banyak mengalami kendala. Hanya saja yang cukup sulit, selama pembelajaran daring, siswa kerap merasa bosan.
“Wali kelas sudah membuat grup paguyuban. Di dalamnya ada siswa, orangtua, guru bimbingan konseling, dan kepala sekolah. Kehadiran siswa terpantau setiap harinya. Jika ada kendala kuota atau perangkat tidak memadai, tugas bisa diantar ke sekolah oleh orangtua,” kata Dini Indriani.
Dini Indriani mengaku kegiatan PJJ hingga saat ini yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 35 Samarinda masih berjalan lancar, serta efektif.
Berbeda dari SMP Negeri 35 Samarinda, PJJ dirasa tidak optimal oleh SD Negeri 008 Samarinda.
Kepala SD Negeri 008 Samarinda Yuli Rahmawati mengaku guru perlu mendapatan pengajaran penggunaan teknologi. Begitu pula dengan koneksi internet lambat, hingga penyampaian materi belajar kepada siswa turut. Sistem daring membuat penyampaian kepada siswa terbatas dan tidak leluasa seperti pada saat tatap muka.
“Sebelum ada Covid-19 sudah ada paguyuban kelas. Selama pandemi paguyuban ini membantu sekali. Melalui kelompok ini guru menjaring beberapa orangtua siswa untuk mengajarkan serta mengimbau orangtua lain menjadi guru bagi siswa di rumah,” kata Yuli.
Metode tersebut diterapkan pada siswa kelas 1 hingga 3. Strategi pembelajaran ini dilakukan karena siswa kelompok usia 7 hingga 9 tahun masih memerlukan bimbingan ekstra dalam menyerap ilmu.
"Di sekolah kami masih ada 5 persen orangtua tidak punya smartphone. Dan harus kami akui tatap muka lebih leluasa dan ada target kurikulum. Sementara PJJ tidak bisa dijadikan tolok ukur," kata Yuli.
Yuli berharap orangtua mampu menjadi penyemangat siswa di tengah proses pembelajaran yang terus mengalami kejenuhan. Metode pembelajaran yang selalui melalui evaluasi dan pengawasan diharapkan membantu mengurangi kekurangan PJJ tersebut.
Sekolah yang Yuli pimpin tersebut telah memasuki tahapan kedua Sekolah Tanggap Covid-19 (STC). Walau, terpaksa tertunda akibat PPKM Mikro, SD Negeri 008 diakuinya sudah siap menggelar PTM.
"Kami sudah mengantongi izin dari Dinas Pendidikan Samarinda, tekait tatap muka terbatas. Tapi batal terlaksana," pungkasnya.
[SNM | TOS | ADV DISDIK SAMARINDA]
Related Posts
- Pakai Modus Kwitansi Fiktif, Polisi Samarinda Tangkap Pelaku Penggelapan Dana Perusahaan hingga Rp 126 Juta
- EducationUSA Hadir di UMKT, Permudah Akses Mahasiswa Kalimantan yang Ingin Kuliah di Amerika Serikat
- Prakiraan Cuaca Hari Ini: Hujan Diprediksi Mengguyur Sebagian Besar Wilayah Indonesia
- Tragedi Muara Kate di Paser Belum Usai, Natalius Pigai Justru Soroti Minimnya Peran Media
- HIPMI Gelar Creative Preneur dan Mini Expo, Dorong Ekonomi Kreatif Kaltim Hadapi Pasar IKN