Daerah

Penanganan Jangka Pendek, Dinas PUPR Samarinda Perbaiki Sistem Drainase di Sejumlah Titik Rawan Banjir

Kaltim Today
02 Juli 2025 18:22
Penanganan Jangka Pendek, Dinas PUPR Samarinda Perbaiki Sistem Drainase di Sejumlah Titik Rawan Banjir
Potret salah satu drainase yang ada di Samarinda. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus mengoptimalkan upayanya dalam berbagai program prioritas pengendalian banjir. Hal ini menyusul masih banyaknya kawasan yang tergenang air pasca hujan dengan intensitas tinggi melanda. 

Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Samarinda, Hendra Kusuma menyebut terdapat total 11 titik kawasan rawan banjir dan memerlukan perbaikan drainase sebagai langkah strategis.

Beberapa lokasi yang terdampak mencakup ruas Jalan DI Panjaitan, Kebon Agung, Gunung Kapur, Damanhuri, serta kawasan Sentosa dan sekitarnya, termasuk Gang Kenangan. Titik lainnya meliputi Jalan Gerilya, Lambung Mangkurat, Wahid Hasyim 2, dan Padat Karya Bengkuring. Selain itu, wilayah Loa Janan Ilir, ruas Jalan Pal Besi–Padat Karya Loa Bakung, hingga Jalan Juanda juga termasuk dalam daftar area yang menjadi perhatian.

Hendra menerangkan bahwa, banjir yang kerap melanda kawasan tersebut tidak sepenuhnya dipicu oleh derasnya curah hujan. Menurutnya, selain curah hujan, penyebab lain munculnya genangan adalah sistem drainase yang sudah tak memadai untuk menampung besarnya debit air.

“Sebagian besar saluran kita sudah menyempit, penuh sedimen, dan tersumbat sampah. Ditambah lagi, saat air Sungai Mahakam pasang, aliran air dari darat ke sungai tertahan. Kombinasi inilah yang memperparah banjir,” jelas Hendra saat dihubungi Selasa (1/7/2025).

Hendra memaparkan bahwa langkah jangka pendek yang akan dilakukan melalui normalisasi saluran, seperti pengangkatan sedimen dan pembersihan area yang mengalami penyumbatan. 

“Untuk jangka pendek akan dilakukan normalisasi saluran drainase dengan pengangkatan sedimen dan selanjutnya akan dilaksanakan peningkatan kapasitas saluran drainase,” bebernya

Sementara untuk jangka panjang, ia menjelaskan bahwa fokus penanganan difokuskan pada peningkatan kapasitas saluran agar mampu menampung debit air dalam volume besar saat hujan lebat. 

Di samping perbaikan sistem drainase, pihaknya turut menyusun strategi yang berorientasi pada pendekatan berbasis lingkungan. Upaya ini mencakup pemanfaatan maksimal kolam retensi sebagai area tampung sementara bagi air hujan agar tidak langsung melimpah ke permukiman. 

Selain itu, normalisasi sungai-sungai kecil juga menjadi fokus, mengingat banyak di antaranya yang mengalami gangguan fungsi akibat sedimentasi dan penyempitan badan sungai. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat daya dukung kawasan terhadap limpasan air, sekaligus mengurangi potensi banjir di masa mendatang.

“Tentunya juga akan dilaksanakan kegiatan peningkatan drainase serta normalisasi sungai yang menjadi kewenangan kota. Selain itu harus memastikan daerah tangkapan air tetap terjaga dan lestari. Sebab kalau hulu rusak karena alih fungsi lahan, maka hilir pasti jadi korban. Solusi teknis tidak cukup tanpa kesadaran menjaga lingkungan,” kuncinya.

[NKH | RWT]



Berita Lainnya