Opini

Pendidikan Inklusif: Kunci Perdamaian yang Berkelanjutan

Kaltim Today
02 Februari 2025 09:08
Pendidikan Inklusif: Kunci Perdamaian yang Berkelanjutan
Penulis, Ida Farida.

Oleh: Ida Farida (Dosen UINSI dan Anggota Dewan Pendidikan Kalimantan Timur)

PERAYAAN Hari Pendidikan Internasional pada 24 Januari yang lalu menjadi momen penting untuk merenungkan peran pendidikan dalam membentuk dunia yang lebih baik. Dengan tema tahun ini, "Learning for Lasting Peace," yang ditetapkan oleh UNESCO, kita diingatkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang penguasaan pengetahuan, tetapi juga tentang membangun perdamaian yang berkelanjutan di tengah masyarakat yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Pendidikan menjadi fondasi penting untuk menciptakan dunia yang lebih harmonis dan saling menghargai.

Pendidikan, jika dikelola dengan baik, memiliki potensi besar untuk membentuk karakter individu yang mampu menghargai perbedaan, mempromosikan toleransi, dan mencegah konflik. Inilah dasar dari perdamaian yang berkelanjutan—karakter yang terbentuk melalui pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. "Pendidikan bukan hanya soal penguasaan ilmu, tetapi juga soal pembentukan karakter yang mampu membawa perubahan positif di masyarakat.

Di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur (Kaltim), pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas dan bertanggungjawab terhadap masyarakat. Bagaimana kita, sebagai bangsa, bisa memanfaatkan pendidikan untuk mewujudkan cita-cita perdamaian tersebut? Mari kita telaah lebih lanjut bagaimana pendidikan dapat menjadi pendorong perubahan positif.

Pendidikan Inklusif: Pilar Perdamaian

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keberagaman—baik suku, agama, bahasa, dan budaya. Keberagaman ini memberi warna yang luar biasa, tetapi juga membawa tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan. Pendidikan harus bisa menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan dan mengajarkan nilai-nilai toleransi. Tanpa pendidikan yang inklusif—pendidikan yang memberi kesempatan yang setara bagi setiap individu untuk berkembang—perdamaian yang berkelanjutan akan sulit terwujud.

Di Kalimantan Timur, yang juga memiliki keberagaman etnis dan budaya, pendidikan memainkan peran yang sangat besar dalam membangun kedamaian antarwarga. Beberapa daerah di Kaltim masih menghadapi tantangan besar dalam menyediakan pendidikan yang merata dan berkualitas. Sekolah-sekolah di daerah terpencil sering kali kekurangan fasilitas dasar seperti ruang kelas yang layak, akses internet yang terbatas, dan buku ajar yang memadai. Tentu saja, ini menjadi penghalang besar bagi pencapaian pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi semua anak.

Namun, tantangan ini bukanlah hal yang tidak bisa diatasi. Dengan komitmen dari pemerintah dan masyarakat, pendidikan yang inklusif dapat diwujudkan. Ini bukan hanya soal memberikan akses pendidikan bagi setiap anak, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai keberagaman dan perdamaian di dalamnya. Dengan memastikan bahwa pendidikan tersedia secara adil bagi semua lapisan masyarakat, kita berpotensi menciptakan masyarakat yang lebih damai dan saling menghargai.

Sarana, Prasarana, dan Penguatan Kualitas Guru

Untuk mewujudkan pendidikan inklusif, tantangan terbesar adalah kekurangan sarana dan prasarana yang memadai. Sebagaimana diketahui, lebih dari 70% negara di dunia, termasuk Indonesia, masih mengalokasikan kurang dari 4% dari PDB untuk pendidikan. Hal ini tentu berdampak langsung pada kualitas pendidikan, terutama di daerah-daerah seperti Kaltim. Kekurangan fasilitas yang memadai—termasuk ruang kelas yang cukup, akses internet, dan peralatan pembelajaran lainnya—menghambat proses pembelajaran yang efektif. Dalam konteks pendidikan saat ini, yang semakin mengandalkan teknologi, keterbatasan akses terhadap alat pembelajaran digital sangat mempengaruhi kesiapan siswa untuk menghadapi tantangan global di masa depan.

Pemerintah perlu memperhatikan distribusi anggaran yang lebih merata agar semua daerah, terutama yang berada di luar pusat, dapat memperoleh fasilitas yang setara. Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan menjadi langkah pertama yang sangat penting untuk memastikan pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi semua anak.

Baca Juga: Prof. Abzar

Di samping itu, kualitas sumber daya manusia, khususnya para guru, memainkan peran yang tidak kalah penting. Guru bukan hanya berfungsi sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai teladan dalam membangun karakter siswa. Dalam konteks pendidikan perdamaian, guru-guru yang terlatih dengan baik sangat diperlukan agar mereka dapat mengelola kelas yang multikultural dan mengajarkan nilai-nilai kedamaian dengan efektif. Namun, di daerah-daerah seperti Kaltim, banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai dalam menangani keberagaman dan mengajarkan pendidikan untuk perdamaian. Dalam hal ini, perhatian terhadap pengembangan profesional guru adalah langkah yang sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan pendidikan yang berkualitas dan membangun karakter siswa yang berintegritas dan penuh empati.

Menyongsong Masa Depan Melalui Pendidikan Berkualitas

Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, di mana generasi mendatang diharapkan menjadi generasi unggul dan terampil, pendidikan memainkan peran yang sangat vital. Namun, untuk mencapainya, kita harus memastikan bahwa alokasi anggaran pendidikan mencukupi. Idealnya, alokasi anggaran untuk pendidikan di Indonesia harus mencapai 20% dari PDB, bukan hanya sekitar 4% seperti saat ini. Penambahan anggaran ini akan memungkinkan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta meningkatkan pelatihan untuk guru agar dapat memberikan pendidikan yang lebih baik.

Jika pemerintah dapat meningkatkan anggaran pendidikan, lebih banyak kesempatan akan terbuka untuk memperbaiki fasilitas di sekolah-sekolah, menyediakan pelatihan bagi para guru, dan menyediakan akses pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang lebih terpencil seperti Kaltim. Anggaran yang lebih besar juga akan memberi ruang untuk pengembangan kurikulum yang lebih responsif terhadap perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Kesimpulan

Sebagai penutup, meskipun Hari Pendidikan Internasional telah berlalu, semangat dari tema "Learning for Lasting Peace" harus tetap hidup dan diimplementasikan dalam setiap langkah kita. Pendidikan adalah kunci utama dalam mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan. Namun, untuk mencapainya, kita perlu memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tidak hanya berkualitas, tetapi juga inklusif, serta mampu membentuk karakter siswa yang menghargai keberagaman dan perdamaian.

Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, penguatan kualitas pengajaran, dan peningkatan anggaran pendidikan adalah langkah-langkah penting yang harus diambil oleh pemerintah. Pendidikan yang baik adalah investasi untuk masa depan yang lebih damai. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mendorong kebijakan yang lebih proaktif untuk memastikan bahwa pendidikan di Indonesia, khususnya di Kaltim, dapat memberikan kesempatan yang setara bagi setiap anak untuk berkembang menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga penuh empati, peduli terhadap perdamaian, dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Al-Ghazali, "Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati, dan dengan ilmu manusia dapat mendekatkan diri kepada Tuhan." Pendidikan adalah cahaya yang bukan hanya menerangi akal, tetapi juga hati, membimbing kita menuju kehidupan yang lebih harmonis dan penuh kedamaian. (*)


*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co​



Berita Lainnya