Opini

Pengaruh Gawai Terhadap Perilaku Berbahasa Anak Usia 10 Tahun: Kajian Psikolinguistik

Kaltim Today
13 Desember 2024 21:18
Pengaruh Gawai Terhadap Perilaku Berbahasa Anak Usia 10 Tahun: Kajian Psikolinguistik
Taqdiraa, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Mulawarman.

Oleh: Taqdiraa (Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Mulawarman)

SAAT ini merupakan Era Digital yang terus berkembang. Adanya gawai seperti smartphone, tablet, serta perangkat elektronik lainnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Sesungguhnya, gawai sangat memberikan kemudahan dan hiburan bagi manusia. Namun di balik itu, gawai membawa tantangan tersendiri, terutama terhadap perilaku berbahasa anak usia 10 tahun. Kajian ini akan membahas pengaruh gawai terhadap perilaku berbahasa anak dari perspektif psikolinguistik.

Psikolinguistik memandang bahasa sebagai bagian penting dari perkembangan kognitif manusia. Anak usia 10 tahun berada dalam tahap perkembangan bahasa yang pesat. Pada usia ini, anak dapat menyerap dan mempraktikkan kosakata, tata bahasa, dan kemampuan berkomunikasi. Paparan intensif terhadap gawai sangat berpengaruh pada proses ini, baik secara positif maupun negatif.

Pada sisi positif, gawai memberikan akses informasi yang luas kepada pengguna. Berbagai aplikasi dan konten edukatif seperti video pembelajaran, kamus digital, atau permainan interaktif dapat membantu meningkatkan kosakata dan pemahaman bahasa pada anak. Selain itu, gawai juga memberikan motivasi belajar bahasa asing. Banyak anak-anak belajar bahasa asing melalui aplikasi atau video daring yang memperkenalkan mereka pada kosakata dan budaya baru.

Namun, paparan gawai juga membawa dampak negatif. Penggunaan bahasa gaul dan singkatan yang lazim di media sosial serta platform pesan singkat dapat memengaruhi anak untuk menggunakan bahasa tidak baku. Singkatan atau frasa informal ini berpotensi menurunkan penguasaan bahasa standar. Selain itu, penurunan kemampuan interaksi langsung juga menjadi salah satu dampak yang merugikan. Anak yang terlalu banyak menggunakan gawai cenderung mengalami penurunan kemampuan komunikasi tatap muka, sehingga kemampuan memahami intonasi, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh pada lawan bicara semakin berkurang.

Sebagai ilustrasi, terdapat kasus yang terjadi pada seorang anak usia 10 tahun berdasarkan pengamatan penulis. Anak ini, yang berinisial A, hampir setiap hari menggunakan gawai lebih dari lima jam. Bangun tidur dan pulang sekolah, ia selalu menggunakan gawai, bahkan menganggapnya sebagai penghilang rasa bosan. Di sisi positif, A memiliki perkembangan pesat dalam keterampilan membuat animasi video melalui gawainya. Namun, akibat seringnya menggunakan gawai, A menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Ketika A sedang bermain gadget dan dipanggil oleh ibunya, ia lambat merespons dan sering kali tidak memahami perintah yang disampaikan.

Dalam psikolinguistik, bahasa dipelajari melalui interaksi antara aspek kognitif, sosial, dan lingkungan. Gawai dapat menjadi stimulus yang mendukung atau menghambat pembentukan struktur bahasa pada anak. Anak yang terlalu sering terpapar konten tidak terarah dari gawai dapat mengalami gangguan dalam pembentukan tata bahasa yang benar dan kemampuan berpikir kritis. Sebaliknya, jika gawai digunakan secara bijak untuk mendukung pembelajaran di sekolah atau aktivitas membaca digital, justru akan memperkaya kemampuan linguistik anak.

Pengaruh gawai terhadap perilaku berbahasa anak usia 10 tahun sangat signifikan. Untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif, pengawasan serta pendampingan dari orang tua dan pendidik menjadi sangat penting. Orang tua perlu membatasi waktu penggunaan gawai sesuai dengan usia anak, memilih konten yang berkualitas dan mendukung pembelajaran bahasa, serta mendorong anak untuk tetap berinteraksi secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengintegrasian teknologi dengan pembelajaran konvensional juga diperlukan untuk mencapai hasil yang seimbang.

Melalui pengelolaan yang tepat, gawai dapat menjadi alat yang bermanfaat bagi perkembangan bahasa anak tanpa mengorbankan aspek-aspek penting dalam komunikasi sosial. (*)


Berita Lainnya