Opini

Prasmanan, Belajar Mandiri Platform Merdeka Mengajar

Kaltim Today
14 Juli 2022 10:21
Prasmanan, Belajar Mandiri Platform Merdeka Mengajar

Oleh: Mohammad Makmun Qomar, M.Pd (Guru SMP Negeri 12 Samarinda)

Kurikulum prototipe mulai heboh pada tahun pelajaran 2021/2023 yang dilakukan terbatas pada sekolah penggerak. Satuan pendidikan dapat menjadi sekolah penggerak ketika kepala sekolahnya lolos seleksi dari program tersebut.

Sekolah Penggerak tidak ditetapkan secara langsung oleh Kemendikbud. Sekolah harus secara aktif mendaftar dan mengikuti seleksi. Sekolah yang fasilitasnya hebat tetapi kepala sekolahnya tidak ikut mendaftar dari program ini berarti sekolahnya tidak akan menjadi Sekolah Penggerak.

Peranan kepala sekolah sangat dominan untuk masuk di program Sekolah Penggerak. Kompetensi kepala sekolah dalam menjawab esai, simulasi mengajar dan wawancara menjadi tolok ukur untuk di terima diprogram ini. Sekolah Penggerak, kepala sekolah dan guru-gurunya mendapat bimbingan khusus dari tim sekolah penggerak pusat. Mereka dibimbing menjalankan kurikulum prototipe di sekolahnya.

Bagi sekolah tentu menjalankan program ini tidak mudah. Mereka meraba-raba dalam gelap karena memang belum ada cahaya  model terbaik yang harus diikuti. Tak terasa perjalanan itu sudah berjalan satu tahun. Apakah hasilnya peserta didik menjadi berkualitas sesuai harapan? Sulit menemukan jawaban, tetapi program ini akan terus dikebut dengan sebagian guru-guru sekolah penggerak ditunjuk menjadi narasumber pengimbasan ke sekolah-sekolah yang sudah mendaftar mengimplementasikan kurikulum merdeka (kurma).

Kurikulum Merdeka mulai diimplementasikan di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2022/2023 dan akan dievaluasi sampai 2024. Evaluasi pada 2024 menjadi pijakan keberlanjutan kurikulum ini. Sekolah dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka terlebih dahulu mendaftar dan akhirnya lolos mengikuti program ini.

Sekolah yang lolos dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022/2023 dimulai dari usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam) tahun pada pendidikan anak usia dini, serta peserta didik kelas I, kelas IV, kelas VII, dan kelas X pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Sekolah-sekolah yang sudah mendaftar untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, tentu sangat sibuk menyiapkan piranti-piranti dalam kurikulum tersebut. Kepala sekolah sebagai top manager di sekolah dituntut sudah memahami kurikulum tersebut. Kepala sekolah sebagai pembina, pembimbing para guru di sekolah seharusnya sudah dapat menangkap roh dari kurikulum tersebut. Mana kala kepala sekolah, kompetensinya tentang kurikulum tersebut masih setengah-setengah, maka alamat kurikulum tersebut tidak akan sampai pada tujuan hakiki yang ingin dicapai.

Kepala sekolah sebagai pembimbing dewan guru wajib mendalami dan memahami strategi pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka tersebut. Sangat aneh kalau kepala sekolah sibuk dengan urusan lain, dan Kurikulum Merdeka yang akan dilaksanakan di sekolahannya belum begitu dipahami. Tumpuan guru ketika ada masalah di lapangan tentu berdiskusi dengan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai tumpuan bertanya yang paling dekat yang berada di sekolah. Bagaimana kalau guru bertanya, sedangkan kepala sekolah tidak dapat memberikan jawaban? Kalau sampai kepala sekolah tidak dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan benar, sekolah sedang melakukan malpraktek pendidikan. Akibatnya, peserta didik menjadi korban implementasi kurikulum tersebut.

Guru sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, sangat dituntut kompentensinya dalam memahami langkah demi langkah dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Konsep teori hebat yang dibuat oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan tetapi implementasinya lemah, alamat kurikulum itu akan menjadi kurikulum mandul. Inilah pentingnya guru harus mendapatkan bimbingan, pengarahan, refleksi dalam implementasi kurikulum merdeka di kelas.

Pelaksana utama sebuah kurikulum terpundak pada guru. Guru dituntut terus meningkatkan kompetensinya. Sebuah kurikulum baru pasti berbeda dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum Merdeka mempunyai istilah-istilah baru yang harus segera dipahami, istilah capaian pembelajaran, modul ajar, proyek penguatan profil Pancasila, deferensiasi, assesmen diagnostic, pembelajaran terpusat pada siswa. Istilah-istilah ini bagi banyak guru tentu merupakan hal yang baru. Sehingga pendalaman akan istilah dan cara bekerja kurikulum ini segera menjadi bekal untuk melangkah di kelas. Pemahaman sebuah kurikulum harus holistik bukan parsial. Guru harus bekerja keras untuk memahami kurikulum tersebut.

Platform Merdeka Mengajar

Platform Merdeka Mengajar berupa teknologi aplikasi digital yang difungsikan sebagai platform edukasi yang di dalamnya terdapat tiga fungsi utama, yaitu membantu guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya. platform ini bertujuan untuk mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan peserta didik, menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi rekan sejawatnya.

Empat produk dalam platform Merdeka Mengajar, yaitu asesmen peserta didik, perangkat ajar, pelatihan mandiri, dan bukti karya saya. Empat produk tersebut akan membantu memudahkan guru untuk melaksanakan aktivitas mengajar dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

Para guru dapat belajar online dalam mengembangkan kompetensi diri dalam memahami Kurikulum Merdeka. Guru dituntut melek teknologi informatika. Dengan bantuan teknologi yang berbasis internet, maka guru dapat belajar kapan dan di mana saja walau dengan syarat di tempat tersebut harus terhubung dengan internet.

Prasmanan

Saat kurikulum baru muncul, maka akan berganti perangkat ajar, assesmen penilaian, metode mengajar, dan perangkat lainnya. Sebagai hal baru untuk implementasi Kurikulum Merdeka perlu pelatihan. Hal ini membuka banyak pintu bagi guru untuk mengembangakan kompetensinya. Akhirnya, banyak pelatihan Kurikulum Merdeka mandiri secara gratis atau berbayar dengan iming-iming sertifikat. Serbuan promosi pelatihan yang begitu banyak, membuat para guru kelimpungan sendiri. Mau ikut semua pelatihan atau pilih satu yang paling bermakna.  Guru galau memutuskan pelatihan yang harus dipilih.

Kemendikbud sampai April telah melaksanakan 15 seri webinar online implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kemendikbud membuka pelatihan bersama para komunitas guru belajar dan guru berbagi atau sejenis. Program lainnya pemTIK yang difokuskan bagi guru-guru yang ingin mendalami digital dalam merdeka belajar. Banyak ilmu yang bisa didapat dari webinar tersebut.

Dunia perguruan tinggi tidak mau ketinggalan dengan sering mengadakan seminar-seminar yang bertema besar merdeka belajar. Dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota/kabupaten juga gencar mengadakan tema-tema yang menarik yang berhubungan dengan implementasi Kurikulum Merdeka. Organisasi PGRI, IGI juga menyambut kelahiran Kurikulum Merdeka dengan berbagai seminar ataupun pelatihan. Pihak swasta yang memang berkutat di dunia pendidikan hampir setiap bulan mengadakan kegiatan pelatihan. Banyak pelatihan atau seminar yang ditawarkan.

Prasmanan sebuah gambaran hidangan makanan beraneka menu yang bisa diambil sendiri. Menu makanan yang terhidang tentu semuanya sangat enak. Bagi yang rakus dan tidak punya ilmu tentang makanan,  semua pasti akan dimasukkan dalam piringnya.

Semua menu penting untuk tubuh, tetapi kemampuan perut untuk menerima makanan terbatas. Kekurangan bermasalah, apalagi kalau kelebihan pasti akan menimbulkan banyak masalah. Ketika menu makanan prasmanan diambil semua dan piring sangat penuh dan dipaksakan masuk ke dalam perut, yang akan terjadi adalah sakit perut ataupun muntah. Hal ini berarti, makanan yang banyak tadi akhirnya tidak ada artinya apa-apa bahkan menjadi masalah.

Saat ini guru sedang dihidangkan dengan menu-menu pelatihan, seminar, workshop, atau apapun namanya yang begitu banyak dan tidak henti-hentin menghampirinya. Bagaimana cara agar guru mengambil keputusan dalam menyikapi banyaknya tawaran pengembangan diri tersebut.

Guru terlalu lama diatur, pelatihan, seminar, workshop sudah dijadwalkan dari pemerintah. Saat tawaran datang, pasti diambil karena memang sangat terbatas penawarannya. Ketika diberi kebebasan memilih pengembangan diri akhirnya kebingungan memilih. Tawaran-tawaran pelatihan online itu diambil semua ataukah tidak. Apa yang harus menjadi pertimbangan kalau memilih salah satu atau bahkan semuanya.

Guru dituntut mengembangan kompetensinya. Ketika muncul kurikulum baru tentu yang paling utama dikembangkan adalah kompetensi pedagogik dan professional. Dua kompetensi ini sangat mendukung dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Mengembangakn kompetensi harus berladaskan keikhlasan belajar, relevan dengan kebutuhan, kemampuan fisik dan waktu. Memaksakan diri kadang memang harus kalau memang pelatihan itu sangat penting. Kesadaran diri untuk terus belajar harus terus dipompa agar semangat mengembangkan diri tidak turun. Kadar pengetahuan akan sangat membantu dalam memecahkan masalah dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka.

Guru-guru yang tinggal di daerah yang dapat dijangkau sinyal internet harus banyak bersyukur karena banyak kesempatan untuk dapat mengembangan kompetensi diri. Bayangkan tinggal di daerah yang tidak ada sinyal internet, pasti banyak ketinggalan informasi.

Zona nyaman, masih banyak guru-guru yang menikmati zona itu. Guru tidak mau mengembangkan diri, sudah puas dengan kompetensi yang dimiliknya. Apalagi sudah mendekati pensiun. Berdiam diri, yang penting melaksanakan tugas. Saat bencana Covid-19 datang, mereka baru merasakan akan pentingnya pengembangan diri. Mereka tidak dapat melaksanakan tugas mengajar secara online, karena kemampuan di bidang teknologi sangat lemah. Apalagi ini kurikulum baru, kalau tidak mau belajar dapat berakibat fatal karena tidak tahu apa yang harus dilakukan sebagai guru.

Guru-guru banyak yang bersemangat untuk mengikuti pelatihan pengembangan diri. Tenaga, waktu dicurahkan untuk mengikuti pelatihan. Ada yang terukur ada yang berlebihan. Ada yang hanya ingin sertifikat, ada juga yang penting ilmunya. Guru yang dapat mengukur kemampuannya maka dia akan memilih pelatihan yang paling urgen dan bermanfaat dalam mengembangkan peserta didik. Pelatihan itu akan diikuti dari awal sampai akhir. Dengan tanggung jawab semua tugas, pelaporan dilakukan sampai selesai. Guru yang tidak dapat mengukur kapasitas dirinya beberapa pelatihan dikuti yang penting absen dan dapat sertifikat. Dalam perjalanan harus mengirim tugas dan pelaporan, tidak dapat mengirimnya. Hasil akhirnya semua pelatihannya gagal.

Seorang guru harus mempunyai self directed learning, kemampuan dalam kemandirian untuk mengembangkan diri. Guru mempunyai metode belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, prestasi atas inisiatif mandiri. Guru mempunyai kemampuan merencana, melaksanakan, dan mengevaluasi capaian-capain yang sudah dilakukan. Otonomi kemandirian diri memegang peranan yang sangat penting walaupun tetap memerlukan bimbingan dari orang lain. Inilah yang diperlukan oleh guru belajar secara mandiri, sehingga kompetensinya dapat menyerap spirit dari Kurikulum Merdeka.(*)

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya