Advertorial

Prevalensi Stunting di PPU Naik, DP3AP2KB Tingkatkan Intervensi

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 13 September 2024 13:22
Prevalensi Stunting di PPU Naik, DP3AP2KB Tingkatkan Intervensi
Suasana kegiatan diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) Semester I tahun 2024. (Ist)

Kaltimtoday.co, Penajam -  Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) baru saja menyelenggarakan kegiatan diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) Semester I tahun 2024. 

Diseminasi ini menjadi bagian penting dari upaya daerah untuk mempercepat penurunan stunting, yang kini menjadi salah satu prioritas nasional. Bertempat di Penajam, kegiatan ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan terkait, seperti tim teknis audit, Dinas Kesehatan, puskesmas, serta aparat desa.

Dewi Astuti, Program Manager Bidang Data, Pemantauan dan Evaluasi DP3AP2KB Kalimantan Timur, yang juga menjadi narasumber dalam acara ini, menekankan pentingnya pendekatan audit stunting sebagai langkah strategis dalam mengidentifikasi akar masalah dan risiko yang memicu terjadinya kasus stunting di PPU. 

"Audit kasus stunting bertujuan untuk menggali lebih dalam penyebab terjadinya kasus stunting di setiap keluarga, sehingga kami bisa menyusun rekomendasi yang tepat sasaran," ujar Dewi dalam paparannya. 

Dalam diseminasi ini, Dewi menyampaikan hasil audit semester pertama yang menunjukkan bahwa prevalensi stunting di PPU mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, prevalensi stunting berada di angka 21,8 persen, sedangkan pada tahun 2024 naik menjadi 24,6 persen. 

"Ini tentu menjadi perhatian serius bagi kami, dan perlu adanya intervensi lebih kuat untuk menekan angka ini di semester kedua," tegas Dewi​.

Audit juga menyoroti bahwa sejumlah faktor seperti rendahnya cakupan ASI eksklusif dan anemia pada ibu hamil masih menjadi tantangan utama dalam upaya penurunan stunting. Berdasarkan data yang dikumpulkan, hanya sekitar 67 persen bayi di bawah enam bulan yang menerima ASI eksklusif, sementara anemia pada ibu hamil mencapai 50 persen. 

"Rendahnya cakupan ASI eksklusif dan tingginya anemia pada ibu hamil adalah dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam mencegah stunting," ujar Dewi. 

Selain itu, Dewi juga menjelaskan bahwa cakupan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronik (KEK) terus ditingkatkan. Program pemberian PMT ini ditargetkan untuk menjangkau lebih dari 1.400 ibu hamil yang mengalami KEK pada tahun ini.

"Intervensi yang kami lakukan melalui pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK dan balita gizi kurang menunjukkan hasil yang cukup baik, meskipun masih ada kendala dalam pemantauan distribusi di lapangan," tutup Dewi​.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU]



Berita Lainnya