Daerah

Promosi Wisata Kaltim Via Influencer Dinilai Prematur, Pakar Ekonom Tekankan Pentingnya Infrastruktur

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 17 September 2025 15:27
Promosi Wisata Kaltim Via Influencer Dinilai Prematur, Pakar Ekonom Tekankan Pentingnya Infrastruktur
Pakar Ekonomi dari Universitas Mulawarman Aji Sofyan Effendi. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pengalokasian anggaran publikasi senilai Rp1,7 Miliar untuk influencer Kaltim dalam promosi wisata menuai kritik dari pakar ekonomi. Menurutnya, penggunaan influencer tersebut bisa berdampak negatif apabila pemerintah mengabaikan soal fasilitas hingga infrastruktur wisata yang ada. 

Pakar Ekonomi dari Universitas Mulawarman, Aji Sofyan Effendi menyebut bahwa sebelum memakai jasa influencer, pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota harus membenahi terlebih dahulu fasilitas ataupun infrastruktur di wisata Kaltim.

"Masalah infrastruktur yang tidak bisa diabaikan. Misalnya akses menuju Maratua ataupun wisata lainnya. Kalau infrastruktur belum siap, promosi masif justru bisa berdampak negatif," bebernya.

Menurutnya, jika penggunaan influencer tidak dibarengi dengan infrastruktur wisata yang memadai, nantinya akan berdampak pada pengalaman bagi para wisatawan yang datang ke destinasi wisata tersebut.

"Wisatawan yang datang akan kecewa dan memberi testimoni buruk, sehingga merugikan citra destinasi. Karena itu, pembangunan infrastruktur harus jadi prioritas. Setelah itu, influencer akan bekerja lebih optimal," imbuhnya.

Di samping itu, Sofyan juga menilai bahwa penggunaan influencer untuk promosi wisata juga memiliki dampak positif. Di era digital, influencer disinyalir bisa mendongkrak jangkauan promosi lebih masif.

"Terkait dengan influencer, satu sisi saya melihat peran mereka sangat efektif dan efisien. Efektif karena pesannya mengena, efisien karena kita tidak perlu mencetak brosur, flyer, atau materi promosi lainnya," ungkapnya.

Ia menilai, influencer juga bekerja dengan gaya mereka sendiri. Cara kerja mereka sangat praktis, seperti berkunjung ke suatu tempat, membuat video, menarasikan, lalu membagikannya ke publik.

"Cara ini jauh lebih luwes dibandingkan promosi konvensional oleh OPD. OPD biasanya bekerja berdasarkan aturan dan juklak-juknis tertentu, sementara influencer bebas membuat konten kapan saja, siang atau malam, selama hasilnya informatif," tutupnya.

[RWT] 



Berita Lainnya