Rumah Sakit Al-Shifa Gaza Hadapi Krisis Parah di Tengah Gemburan Israel
Kaltimtoday.co - Ketegangan terus meningkat di Jalur Gaza, Palestina, di mana serangan militer Israel berlanjut tanpa henti. Situasi ini menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur vital, termasuk fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza.
Kerusakan Besar pada Fasilitas Kesehatan di Gaza
Rumah sakit Al-Shifa, yang memiliki kapasitas 700 tempat tidur, kini berada dalam kondisi kritis, mirip 'kuburan'. Meski demikian, rumah sakit ini harus menampung ribuan orang – termasuk pasien dan warga yang mencari perlindungan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 36 fasilitas kesehatan termasuk 22 rumah sakit telah rusak sejak perang dimulai pada 7 Oktober.
Pernyataan Direktur Jenderal WHO dan Penanganan Krisis
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyoroti bahwa serangan berkelanjutan di daerah tersebut memperburuk kondisi yang sudah kritis. Di dalam rumah sakit, kekurangan makanan dan bahan bakar untuk generator telah memaksa staf menggunakan energi matahari untuk menjalankan perangkat penting.
Situasi Bayi Baru Lahir di Gaza
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan bahwa terdapat sekitar 2.300 orang di dalam rumah sakit, termasuk 650 pasien, 200-500 staf, dan sekitar 1.500 orang yang berlindung. Kondisi ini mencakup bayi baru lahir di ruang bedah, di mana tiga dari 39 bayi telah meninggal karena kurangnya inkubator.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengatakan akan memberi bantuan untuk mengevakuasi bayi-bayi itu ke rumah sakit yang lebih aman, namun evakuasi belum terjadi hingga saat ini.
Pernyataan dari Kementerian Kesehatan Hamas dan Israel
Dr. Mohamed Abu Selmia, manajer Al-Shifa, mengungkapkan kondisi jenazah yang membusuk di rumah sakit karena kurangnya listrik dan izin dari pihak berwenang Israel untuk penguburan. Sementara itu, Mark Regev, penasihat senior Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel telah mencoba membantu dengan menyediakan bahan bakar, namun mengklaim Hamas menolak solusi ini.
"Listrik diputus oleh pasukan Israel yang menargetkan generator, yang menyebabkan pembusukan mayat-mayat karena kita melihat cacing keluar dari mereka," kata Al-Barsh dilansir dari BBC Arabic.
Tantangan Menguburkan Jenazah
Dr. Marwan Al-Barsh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, menyatakan bahwa situasi ini diperburuk oleh kurangnya bahan bakar untuk listrik di kamar mayat, dan kesulitan dalam menguburkan jenazah karena ancaman militer Israel.
Related Posts
- Kemenlu Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Lebanon, Iran, dan Palestina karena Situasi Keamanan
- WHO: 28 Tenaga Medis di Lebanon Tewas dalam Sehari akibat Serangan Israel
- Sekjen PBB Antonio Guterres Dilarang Masuk Israel, Disebut Persona Non-Grata
- Iran Luncurkan 180 Rudal ke Israel Setelah Pasukan Darat Israel Masuk Lebanon
- Hamas Bunuh Sandera Israel, Gedung Putih Peringatkan Serangan Iran yang Bakal Segera Terjadi