Internasional
Anak-Anak Gaza Terancam Alami Kerusakan Fisik dan Otak Permanen akibat Kelaparan

Kaltimtoday.co, Gaza - Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin parah. Kondisi kelaparan membuat ribuan anak mengalami penderitaan fisik yang nyata: mata cekung, tubuh kurus kering, tulang rusuk menonjol, rambut rontok, hingga kulit mengering. Banyak dari mereka juga menunjukkan sikap apatis akibat malnutrisi dan trauma berkepanjangan.
Bagi anak-anak yang masih bertahan hidup, ancaman lebih besar membayangi. Malnutrisi akut, konflik hampir dua tahun, serta pengungsian berulang berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh maupun otak. Dampak ini bisa menghambat kesehatan, perkembangan, hingga masa depan mereka.
Menurut Marina Adrianopoli, pimpinan teknis nutrisi WHO untuk respons Gaza, masa depan anak-anak sangat bergantung pada kecukupan gizi sejak usia dini.
“Jika angka malnutrisi akut maupun kronis terus tinggi, satu generasi berisiko mengalami gangguan pertumbuhan, hambatan sosial-ekonomi, trauma, hingga stres berkepanjangan,” jelasnya dari Jenewa.
Marko Kerac, profesor klinis di London School of Hygiene & Tropical Medicine, menambahkan bahwa anak-anak lebih rentan karena organ mereka masih berkembang. Malnutrisi dini meningkatkan risiko penyakit kronis seperti jantung, diabetes, obesitas, hingga gangguan mental di kemudian hari.
Data otoritas kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 370 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 131 anak-anak, hanya dalam beberapa minggu terakhir.
Sementara itu, COGAT, lembaga pertahanan Israel yang menangani bantuan, menyebut lebih dari 1.900 truk bantuan masuk dalam sepekan terakhir, sebagian besar berisi makanan. Namun, lembaga internasional menegaskan jumlah itu jauh dari cukup untuk menutup kebutuhan 2,3 juta penduduk Gaza.
PBB memperingatkan adanya “jendela sempit” untuk mencegah kelaparan massal dan mendesak Israel membuka akses penuh bagi pengiriman bantuan kemanusiaan.
Menurut laporan Save the Children, lebih dari 20.000 anak di Gaza tewas sejak operasi militer Israel dimulai, setara dengan satu anak meninggal setiap jam. Data kantor media pemerintah Gaza juga mencatat 2% populasi anak telah tewas, termasuk 1.009 bayi di bawah satu tahun.
“Perang ini adalah serangan langsung terhadap anak-anak Gaza dan masa depan mereka, sebuah generasi yang dicuri,” tegas Ahmad Alhendawi, Direktur Regional Save the Children untuk Timur Tengah, Afrika Utara, dan Eropa Timur.
Asosiasi akademisi internasional bahkan menyebut kondisi ini sebagai genosida. Adrianopoli menambahkan, hampir sepertiga penduduk Gaza kini berada pada level krisis, dengan tingkat malnutrisi akut yang sebelumnya di bawah 1% sebelum perang, menjadikan situasi ini “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Kerac menjelaskan, malnutrisi akut membuat sistem imun anak melemah sehingga lebih mudah terserang infeksi seperti diare dan pneumonia. Bahkan setelah berat badan kembali normal, risiko penyakit tetap tinggi selama berbulan-bulan hingga dua tahun.
“Lingkaran setan antara infeksi dan malnutrisi membuat pemulihan hampir mustahil tanpa akses makanan bergizi, air bersih, serta layanan kesehatan,” ujarnya.
Anak-anak Gaza sangat membutuhkan makanan terapeutik, susu formula khusus, serta perawatan medis intensif. Namun, akses terhadap kebutuhan dasar tersebut sangat terbatas akibat blokade dan serangan yang terus berlangsung.
[RWT]
Related Posts
- Tank Israel Tembaki Warga Gaza yang Antre Bantuan, 59 Orang Tewas
- Dukung Palestina, Konser Amal “Sound of Freedom” Bakal Digelar di GOR Sempaja Samarinda
- Serangan Israel di Gaza Tewaskan 60 Warga Palestina, Sebagian Saat Antre Bantuan
- Korban Tewas di Gaza Tembus 53 Ribu, Krisis Kemanusiaan Makin Parah
- Bulan Sabit Merah: 15 Petugas Kemanusiaan Tewas Ditembaki Israel di Gaza