Daerah

Stunting Masih Jadi PR Kaltim, Dinkes Sebut Pernikahan Dini dan Kehamilan di Luar Nikah Jadi Pemicu

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 13 November 2025 14:10
Stunting Masih Jadi PR Kaltim, Dinkes Sebut Pernikahan Dini dan Kehamilan di Luar Nikah Jadi Pemicu
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Penanganan stunting di Kaltim masih terus digencarkan. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mengakui beberapa kabupaten/kota, penanganannya masih belum maksimal. Faktor pemicu anak berisiko terkena stunting salah satunya adalah pernikahan dini hingga kehamilan di luar nikah. 

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin menyebut bahwa penurunan stunting bukan hanya dibebankan kepada dinas terkait saja, melainkan tugas bersama. Maka dari itu dibentuk lah Tim Percepatan Penurunan Stunting di setiap wilayah.

Namun, untuk tingkat kabupaten/kota, masih ada beberapa daerah yang menjadi PR dalam penanganan stunting itu sendiri.

"Daerah yang masih menjadi PR itu Penajam Paser Utara, Kutai Barat, hingga Balikpapan. Sementara di Kutai Kartanegara, Bontang, menunjukkan hasil yang baik," kata Jaya.

Jaya menjelaskan terkait tantangan stunting di beberapa daerah yang masih tinggi, masalah utamanya ada pada intervensi sensitif. Stunting sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi pada 1.000 hari pertama kehidupan, juga dimulai sejak masa kehamilan.

Oleh karena itu, perhatian utama harus diberikan kepada ibu hamil dan remaja putri, terutama yang mengalami anemia atau kekurangan zat besi. 

"Berdasarkan data yang kami peroleh, salah satu penyebab tingginya kasus stunting adalah pernikahan dini," tambahnya.

Pernikahan dini ini tergolong tidak normal dan cukup banyak terjadi. Selain itu, ada juga kasus pernikahan di bawah tangan, menikah terpaksa, hingga korban kekerasan atau pelecehan. Kondisi-kondisi tersebut membuat kehamilan tidak terurus dengan baik. Akibatnya, ketika bayi lahir, berisiko tinggi mengalami stunting.

Sebagai informasi, Berdasarkan hasil Studi Gizi Indonesia (SGI) 2024, prevalensi stunting di Kaltim turun dari 22,9 persen menjadi 22,2 persen, atau menurun sebesar 0,7 persen poin dibanding tahun sebelumnya. 

"Maka dari itu, penanganan stunting ini harus kita lakukan secara berkelanjutan, agar menunjukkan hasil yang baik kedepannya," tutupnya. 

[RWT] 



Berita Lainnya