Daerah
Sudut Pandang Masyarakat Suku Balik Dikupas Tuntas Lewat "Nyapu"
Kaltimtoday.co, Samarinda - Berfokus pada sudut pandang masyarakat adat suku Balik di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) selama menghadapi proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), sebuah laporan penelitian dalam bentuk buku berjudul "Nyapu" berhasil mengungkapkan gambaran lengkap mengenai realitas yang dihadapi oleh masyarakat adat tersebut.
Diskusi publik dan peluncuran laporan penelitian "Nyapu" diselenggarakan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kaltim, Pusat Studi Hukum Perempuan dan Anak (PuSHPA), serta Fakultas Hukum (FH) Unmul pada Senin (21/8/2023). Buku ini menyajikan kisah perempuan dan laki-laki suku Balik yang mengalami kerugian, penderitaan, dan kerusakan yang berlapis-lapis akibat kehadiran IKN.
Salah satu warga Sepaku yang mewakili masyarakat adat, Samsiah, berbagi pengalaman dan sudut pandang mengenai dampak IKN terhadap komunitas suku Balik. Samsiah menggambarkan kondisi yang semakin memburuk bagi masyarakat adat tersebut, dengan banyak di antara mereka yang belum sepenuhnya memahami proyek megaproyek IKN.
"Kami ini kan masyarakat awam. Kami tahunya ya, tiba-tiba ada penggusuran, ada proyek intake Sungai Sepaku, pasang patok-patok di pinggiran rumah," ungkap Samsiah kepada awak media.
Sebagai informasi, Kementerian PUPR sedang melaksanakan pembangunan intake Sungai Sepaku berkapasitas 3.000 liter per detik. Intake Sungai Sepaku ini dibangun dengan konsep bendung gerak dengan lebar 117,2 meter dan tinggi 2,3 meter.
Selain itu, Kementerian PUPR juga tengah melakukan pembangunan bendungan Sepaku Semoi. Dia mengatakan, bendungan ini dilengkapi pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bendungan Sepaku Semoi dengan potensi untuk memenuhi kebutuhan air baku sebesar 5.000 liter per detik.
Masih terhubung dengan proyek intake Sepaku, saat ini juga tengah berjalan proyek pengendalian banjir Sungai Sepaku dengan nilai proyek Rp 242 miliar. Nantinya, akan dibangun sejumlah tanggul di sisi kanan dan kiri Sungai Sepaku.
Samsiah mengakui, Sungai Sepaku sudah menjadi sumber kehidupan masyarakat suku Balik. Semua kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya terpusat di sana.
Akibat adanya proyek tersebut, akses masyarakat untuk menikmati Sungai Sepaku cukup terhambat. Sehingga, demi bisa memenuhi kebutuhan air setiap hari, pihak perusahaan memutuskan untuk memberikan pasokan air.
"Bantuan (air) itu paling dikasih 1 hari hanya cukup 1 tandon. 2-3 hari kemudian baru dikasih. Yang sudah digusur-gusur untuk proyek ini kan di belakang," lanjutnya.
Bantuan pasokan air itu mulai didapatkan warga sejak 2022. Alias ketika penggusuran mulai dilakukan untuk melaksanakan proyek tersebut.
"Bantuan pasokan air itu masih diberikan, cuma ya kadang-kadang saja. Itulah sangat menderita masyarakat adat itu," ujarnya.
Perwakilan masyarakat lainnya, Pandi bahkan menyebutkan masalah air ini sangat amat terasa. Apalagi, tengah terjadi musim kemarau. Bahkan, pihaknya pernah menyampaikan kepada humas perusahaan terkait untuk memohon bantuan air bersih.
"Itu pun bukan air bersih yang diberikan, itu air kolam yang sebenarnya tidak bisa digunakan untuk masak, mandi, dan segala macam," ujar Pandi menimpali.
Pandi menyebut, sebenarnya ada rencana dari Badan Otorita IKN untuk merelokasi masyarakat adat suku Balik. Namun, pihaknya menolak untuk direlokasi. Sebab banyak makam-makam leluhur dan orangtua dari masyarakat adat suku Balik.
"Bahkan itu kampung pertama, kampung tertua untuk di Kecamatan Sepaku. Artinya, kenapa harus kami yang direlokasi? Kenapa tidak kegiatannya saja yang dipindahkan dari pemukimannya?" sambung Pandi.
Total ada lebih dari 96 Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di Sepaku. Khususnya di RT 3. Dari sekian banyak KK tersebut, hampir 90 persennya bergantung dengan air Sungai Sepaku.
Terpisah, salah satu perwakilan dari penulis dan peneliti dari buku "Nyapu", Ahmed mengatakan bahwa, penelitian ini menjadi kumpulan pengetahuan yang pihaknya dapatkan langsung di lapangan. Penelitian telah berlangsung sejak Januari 2023.
"Ini untuk menunjukkan fakta bahwa ada cerita dan pengetahuan penting di luar dari megaproyek IKN. Ini jadi pengetahuan tandingan," tegas Ahmed.
Dalam buku "Nyapu" ini, pihaknya berusaha menggambarkan kehilangan yang dialami masyarakat adat suku Balik. Di antaranya, kehilangan akses sumber air bersih, tanaman penting, hingga keseharian mereka.
Diakui Ahmed, pihaknya memiliki tujuan dengan meluncurkan "Nyapu". Salah satunya untuk menunjukkan pengetahuan tandingan dari orang biasa berdasarkan kondisi di lapangan.
"Kami mau memberitahu kalau orang suku Balik pengetahuannya di sungai, berburu, dan punya ritual terhadap sungai. Itu yang kami hadirkan di buku tersebut," tandasnya.
[RWT]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Pj Gubernur Kaltim Umumkan Kenaikan UMSK 2025 di 7 Kabupaten/Kota, Kota Bontang Catat Upah Sektoral Tertinggi
- Sudah 30 Hari Kasus Muara Kate Tanpa Kejelasan, Koalisi Masyarakat Sipil Kembali Desak Pj Gubernur Kaltim Bertindak
- Dengar Aspirasi Petani Kaltim, Sarifah Suraidah Janji Perjuangkan Stabilitas Harga Pupuk
- PBB Tetapkan Hari Danau Dunia, Danau Matano Jadi Contoh Sinergitas Konservasi Air
- DJPb dan Pemprov Kaltim Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD Digital ke Kepala Daerah dan Pimpinan Unit Satuan Kerja