Opini

Tentang “Nilai” yang Susah Dilupakan

Kaltim Today
28 Januari 2024 09:58
Tentang “Nilai” yang Susah Dilupakan
Syamsul Rijal (Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mulawarman)

Oleh: Syamsul Rijal (Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mulawarman)

MENGAPA Prabowo Subianto sampai saat ini masih terus mengungkap dan mengungkit tentang nilai 11 dari 100 yang diberikan oleh Anies Baswedan saat Debat Capres Kedua? Padahal, Debat Capres Kedua sudah berlalu dua puluh hari sejak dilaksanakan tanggal 7 Januari 2024. Terpantau di media, Sabtu 27 Januari 2024, masih ada berita yang dimuat tentang respons Prabowo atas penilaian dari Anies Baswedan. Dalam acara Suara Anak Muda Indonesia di Senayan JCC Jakarta Pusat, Prabowo kembali menyinggung soal nilai dengan menanyakan kepada pendukungnya tentang berapa nilai yang bisa diberikan kepada Gibran Rakabuming Raka.

Yakin, pasti ada sesuatu yang amat penting pada nilai ini. Sesuatu itu ada dua tafsir. Pertama, nilai itu selalu diingat karena nominalnya yang terlalu rendah. Kedua nilai itu susah dilupakan karena bersifat prinsipiel dan merefresentasikan identitas. Nilai memang selalu terkait tentang ujian. Ujian bisa diukur dengan angka-angka  dan bisa pula ujian berupa penilaian mental dalam satu proses. Ujian mental lebih sering kita dengar dengan satu jawaban, yakni “harap bersabar, ini ujian”. Dan, Prabowo tampaknya tidak lulus dalam ujian ini karena dia tidak mampu bersabar alias “emosian”.

Nilai memang merupakan sesuatu yang krusial untuk dibicarakan. Membicarakan tentang nilai kadang-kadang sensitif pada hasil akhirnya karena dapat membentuk respons dan perilaku seseorang. Hasilnya, seseorang dapat merespons dengan senang, malu, malu-malu, atau bahkan marah. Oleh karena itu, suatu nilai susah dilupakan karena merupakan bagian dari prinsip yang membentuk identitas serta memengaruhi cara pandang seseorang.

Lantas, mengapa nilai menjadi hal yang sensitif saat diukur dengan angka-angka? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang nilai yang melekat dalam diri seseorang.

Nilai memegang peran kunci dalam membimbing tindakan seseorang. Nilai juga menjadi landasan untuk pengambilan keputusan dan perilaku. Ketika menghadapi situasi atau masalah, seseorang sering kali bertindak sesuai dengan nilai yang mereka anut sebagai patokan moral yang diyakini sangat penting bagi mereka.

Nilai memengaruhi pemikiran dan sikap. Nilai berperan penting dalam membentuk pandangan dan sikap seseorang terhadap berbagai aspek kehidupan. Cara seseorang melihat dan menilai situasi atau masalah sering kali dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mereka pegang. Sebagai contoh, orang yang mengutamakan keadilan dalam nilai-nilainya mungkin akan memberikan respons yang berbeda terhadap ketidaksetaraan dibandingkan dengan orang yang tidak menempatkan keadilan sebagai nilai utama.

Ada konsistensi identitas dalam sebuah nilai. Nilai merupakan representasi inti dari identitas individu. Nilai itu membentuk gambaran diri seseorang dan memberikan kesinambungan dalam tindakan dan keputusan. Saat nilai ini terancam atau bertentangan dengan situasi tertentu, seseorang mungkin bereaksi secara emosional atau berupaya mengembalikan keseimbangan dengan mengadaptasi perilaku atau pandangannya.

Nilai juga memiliki peran dalam memberikan dorongan dan arah pada diri seseorang. Orang sering kali merespons dengan semangat lebih terhadap hal-hal yang sejalan dengan nilai yang mereka anut. Nilai tersebut dapat menjadi faktor utama di balik tujuan-tujuan hidup dan keputusan yang diambil untuk mencapai targetnya.

Nilai merefleksikan ketidaknyamanan moral. Apabila seseorang menemukan bahwa tindakannya tidak sesuai dengan nilai yang mereka pegang, hal ini bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman secara moral. Reaksi terhadap konflik semacam ini dapat mencakup perasaan bersalah, kekhawatiran, atau bahkan usaha untuk menyesuaikan perilaku agar sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

Nilai memiliki peran signifikan dalam proses pengambilan keputusan. Seseorang akan lebih mungkin memilih opsi atau alternatif yang sejalan dengan nilai-nilai yang mereka anut. Hal ini dapat mempengaruhi berbagai keputusan sehari-hari, termasuk keputusan politik dan keputusan moral.

Secara keseluruhan, nilai menjadi dasar yang kuat secara psikologis dalam membentuk tanggapan individu terhadap lingkungan sekitarnya. Kesadaran terhadap nilai-nilai pribadi dapat meningkatkan pemahaman tentang perilaku dan respons individu terhadap berbagai situasi dalam kehidupan yang tidak jauh dari kebiasaannya.

Pandangan-pandangan secara psikologis tentang nilai di atas cukup berpengaruh dalam pemikiran dan perilaku seseorang. Nilai ini memandu sikap dan perilaku dalam merespons sesuatu. Jika Prabowo sampai saat ini masih mengungkit soal nilai kinerjanya di Kementerian Pertahanan, itu pasti tidak bisa dilepas cara dia memandang penilaian itu. Mungkin saja Prabowo sebenarnya ingin mengatakan begini, “siapa sih kamu, kok berani-beraninya memberi penilaian atas pekerjaan saya”?

Jelas, di sini ada ketidaknyamanan moral pada diri Prabowo sebagai orang yang dinilai. Hal itu terus memengaruhi kondisi psikologinya setiap berdiri di hadapan publik. Ketidaknyamanan moral ini terus memengaruhi diksi-diksinya hingga hampir menggeser motivasi dan tujuannya dalam proses pencapresan. Jika hal ini terus berlanjut, bisa saja ikut memengaruhi kebijakan dan keputusan yang sudah ditetapkan dalam visi-misinya. Salah satu jalan terbaiknya, dia harus kembali konsisten pada identitas yang dibentuk sejak awal. Dan ada dua, identitasnya sebagai seorang Prabowo Subianto atau identitasnya sebagai seorang calon presiden. (*)


*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya