Daerah

Bencana Banjir Masih Menghantui Samarinda, BPBD Catat 23 Kejadian Sepanjang 2025

Nindiani Kharimah — Kaltim Today 20 Desember 2025 19:17
Bencana Banjir Masih Menghantui Samarinda, BPBD Catat 23 Kejadian Sepanjang 2025
Bencana Banjir yang terjadi di Perumahan Rapak Binuang Sempaja Selatan beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda mencatat ratusan kejadian bencana terjadi sepanjang tahun 2025. Dari hasil rekapitulasi data yang dihimpun hingga akhir tahun, total terdapat 318 kejadian bencana dengan jenis yang beragam, mulai dari tanah longsor, banjir, cuaca ekstrem, hingga kebakaran hutan dan lahan. 

Kepala BPBD Samarinda, Suwarso, mengungkapkan bahwa bencana hidrometeorologi masih menjadi ancaman utama di wilayah Samarinda, terutama menjelang akhir tahun. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada dasarian ketiga Desember atau periode 21 hingga 30 Desember, Samarinda berpotensi mengalami hujan lebat dengan curah hujan berkisar antara 75 hingga 100 milimeter per hari.

“Potensi bencana hidrometeorologi di dasarian ketiga cukup tinggi. Data dari BMKG menunjukkan adanya potensi hujan lebat, sehingga kami meningkatkan kesiapsiagaan,” ujar Suwarso.

Menghadapi kondisi tersebut, BPBD Kota Samarinda bersama unsur relawan yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana telah melakukan berbagai langkah antisipasi. Upaya tersebut meliputi pelaksanaan apel kesiapsiagaan, pengecekan dan gelar peralatan, hingga pendirian posko siaga bencana di sejumlah titik strategis.

“Kesiapan kami tidak hanya dari BPBD, tapi juga melibatkan pentahelix, termasuk relawan. Kami juga membekali kelurahan tangguh bencana dengan peralatan penanganan dini jika terjadi banjir atau longsor di wilayah masing-masing,” jelasnya.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Samarinda, tanah longsor menjadi jenis bencana yang paling sering terjadi sepanjang 2025, dengan total 151 kejadian. Tragedi longsor juga menelan korban jiwa. Pada Mei 2025, longsor di kawasan Belimau, Lempake, menyebabkan empat orang meninggal dunia. Sementara satu korban lainnya tercatat meninggal akibat longsor di kawasan Gerilya.

“Kita tentu berduka dengan adanya korban meninggal dunia akibat longsor. Mudah-mudahan di tahun berikutnya tidak ada lagi kejadian seperti ini,” ucap Suwarso.

Selain longsor, BPBD juga mencatat 138 kejadian cuaca ekstrem, yang mencakup angin kencang dan hujan deras dengan intensitas tinggi. Sementara untuk kebakaran hutan dan lahan, jumlah kejadiannya relatif rendah, yakni enam kasus sepanjang tahun.

“BMKG sempat menyebut istilah hari tanpa hujan di 2025, dan itu sejalan dengan data karhutla kami yang hanya enam kejadian,” katanya.

Adapun bencana banjir tercatat sebanyak 23 kejadian. Meski demikian, Suwarso menyebut terdapat 32 titik di Kota Samarinda yang rutin menjadi lokasi genangan air saat hujan deras.

Dari keseluruhan kejadian tersebut, BPBD mencatat sebanyak 11.460 kepala keluarga terdampak, dengan total 31.763 jiwa. Selain itu, terdapat lima korban luka dan delapan korban meninggal dunia. “Korban meninggal ini termasuk kejadian anak yang tenggelam di kawasan Bukit Pinang,” imbuhnya.

Menjelang akhir tahun dan memasuki 2026, BPBD Samarinda memastikan kesiapsiagaan tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan adanya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri serta pengamanan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

“Kami sudah siaga. Mulai dari Trantibmas, lalu lintas, hingga kebencanaan. Beberapa kali apel kesiapsiagaan juga sudah kami lakukan dan seluruh persiapan telah disiapkan,” pungkas Suwarso.

[RWT] 



Berita Lainnya