Opini
Berawal dari Status Facebook, Merajut Mimpi Kuliah di Negeri Kanguru
Oleh: Nur Helida Kartika (Adelaide, 20 Agustus 2022)
Saya seorang guru Bahasa Inggris biasa di Samarinda, Kalimantan Timur. Pengalaman saya mengajar dimulai ketika saya mengajar private pada 2012, lalu mencoba peruntungan di SMP swasta Samarinda selama 2 tahun.
Tak berhenti di situ, saya pun pindah mengajar ke SMA swasta pada 2017. Bahasa Inggris sudah menjadi pelajaran favorit saya sejak SD. Pada awalnya, saya ingin menjadi pramugari ketika SD, tetapi seiring waktu, cita-cita saya berubah dan saya memutuskan untuk mendaftar PBUD ke FKIP Bahasa Inggris di Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur. Keinginan menjadi guru semakin kuat ketika saya menemukan kepuasan pribadi saat mengajar, khususnya saat melihat senyuman para murid yang berhasil mengerjakan soal sulit, memenangi lomba yang saya bimbing atau sekadar menikmati pelajaran yang saya ajarkan.
Salah satu kegiatan favorit saya ialah travelling. Namun, karena keterbatasan biaya, saya biasanya mencari sponsor untuk melakukan hal ini. Saya mencoba daftar dan ikuti beberapa program beasiswa untuk mencari pengalaman dan relasi. Program yang saya ikuti mulai dari pertukaran pelajar yang disponsori pemerintah Jepang (AFS-JENESYS) hingga pengembangan keprofesionalan guru yang didanai pemerintah Amerika Serikat (SOAR CAMP).
Dari program-program tersebut, saya belajar bahwa dunia ini luas dan selalu ada perspektif lebih dalam melihat segala hal. Sejujurnya, keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri sudah ada sejak awal perkuliahan S-1. Hal itu semakin menggelora ketika melihat beberapa kakak tingkat atau dosen yang berhasil mengenyam pendidikan di kampus Amerika Serikat, Australia atau Eropa yang berkelas dunia.
Namun, seiring waktu keinginan itu terpendam dan prioritas saya berganti menjadi mana yang lebih fokus untuk membangun karir sebagai guru. Tak disangka, satu tahun selepas lulus S-1, saya mendengar ada program beasiswa master dual degree ke Australia. Program tersebut merupakan kerja sama antara Dinas Provinsi Kalimantan Timur dan Australia Awards Indonesia (AAI). Program tersebut menawarkan perkuliahan tahun pertama di Universitas Mulawarman dan tahun kedua di Universitas Adelaide, Australia.
Mahasiswa yang terpilih akan mendapatkan dua gelar sekaligus dalam program tersebut. Kabar ini seolah-olah membangunkan keinginan saya yang lama terlupakan untuk lanjut mengejar mimpi bersekolah di luar negeri. Ibu dan ayah saya adalah sepasang kasih yang paling bersemangat untuk mendorong saya mengikuti program ini.
Akhirnya, saya mencoba peruntungan untuk ikut seleksi yang dimulai tahun 2019 tetapi persiapannya sudah saya lakukan sejak akhir 2018, seperti mengikuti TOEFL ITP (Test Of English as a Foreign Language) dan mengurus NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang cukup memakan waktu. Saya mengikuti semua tahapan seleksi, mulai dari seleksi berkas dan administrasi lalu tes lokal (TPA dan wawancara) di Prodi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Unmul.
Setelah lolos tes lokal, saya dinominasikan untuk lanjut mengikuti tahap seleksi di AAI-nya seperti seleksi berkas, menulis essay, IELTS (International English Language Testing System) dan wawancara. Seleksi beasiswa ini bersamaan pula dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sedang saya jalani, jadi harus bisa membagi waktu antara workshop perkuliahan PPG, seleksi AAI dan pekerjaan di sekolah. Saya bukan orang yang pandai multitasking, tapi berkat dukungan keluarga, teman, dosen dan rekan-rekan di tempat kerja semuanya bisa terlalui. Banyak bantuan yang saya terima dari berbagai pihak sehingga semua proses bisa saya selesaikan tepat waktu, walau semua jadwalnya tumpang tindih.
Berita kelulusan program beasiswa saya ke Australia ini diumumkan sekitar Juli 2019. Pada Agustus 2019, PPG saya resmi berakhir, lalu September saya resmi melanjutkan pendidikan di jenjang magister. Sungguh sebaik-baiknya penulis rencana ialah Allah SWT, Masyaallah saya bisa lulus beasiswa bergengsi yang setiap tahun diperebutkan 5.000-6.000 pelamar se-Indonesia.
Dari sekitar 250 penerima beasiswa pada tahun itu, terselip nama Nur Helida Kartika seorang guru biasa dari Samarinda yang dulunya ketika SD sering dipajang depan kelas karena tidak bisa mengerjakan soal matematika. Atas hal itu, saya mengambil kesimpulan "selama kita kerja keras, gigih, selalu bersyukur dan berdoa" insyaallah ada pintu rezeki yang dibukakan Allah SWT. Kita tidak harus bisa menguasai semua hal atau mengikuti standar orang lain, tetapi menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri harusnya sudah lebih dari cukup.
Suatu hari facebook membagikan kenangan status-status receh yang saya tulis bertahun-tahun lalu. Salah satu status saya pada tahun 2012 berisikan keinginan saya untuk bisa pergi ke kota Adelaide, Australia Selatan. Sepuluh tahun kemudian mimpi itu terjawab, saya berangkat ke Australia untuk menempuh lanjutan pendidikan setelah menyelesaikan 2 semester perkuliahan di Universitas Mulawarman dan Pre-Departure Training dari AAI pada tahun 2022.
Seharusnya saya berangkat pada 2021, tetapi karena pandemi Covid-19, Australia menutup wilayah perbatasannya sampai awal 2022. Saya disambut musim panas ketika pertama kali menginjakkan kaki di Sydney, New South Wales, sebelum lanjut penerbangan domestik lagi ke Adelaide, Australia Selatan.
Kesan pertama kali di Adelaide ialah kota ini begitu tenang dan sunyi, jauh berbeda sekali dengan Samarinda yang ramai. Jika di Samarinda sering sekali hujan, di sini jarang sekali, Adelaide ialah salah satu daerah paling kering se-Australia. Namun, angin di sini luar biasa kencangnya, dua payung saya penyok digilas angin. Walapun sekarang sedang musim dingin tetapi kota ini tidak bersalju, hanya dingin saja yang terasa sekitar 5-6 derajat celcius di pagi hari. Untuk urusan rekreasi, pantai, taman, musium di sini gratis, begitu cantik dan mudah diakses menggunakan transportasi umum. Bahkan, beberapa jalur transportasi umum seperti tram atau bis pun gratis juga.
Perkuliahan di Australia cenderung santai tetapi tetap serius. Sistem penilaian di sini juga berbeda dengan kampus Indonesia, tidak menggunakan A, B, C, D tapi HD (High Distinction) untuk 85 ke atas, D (Distinction), C (Credit) dst. Hal yang paling menyenangkan ialah tidak ada istilah seminar proposal ataupun seminar hasil, kampus Australia tidak mewajibkan thesis/disertasi untuk diseminarkan tapi hanya perlu di-submit. Perkuliahan pun tidak diwajibkan hadir, bobot penilaian biasanya dibebankan di tugas, project, presentasi maupun kontribusi diskusi di LMS (Learning Management System). Namun, kampus Australia sangat sensitif dengan plagiarisme, mahasiswa bisa saja dikeluarkan dari kampus jika ketahuan melakukan tindakan plagiat pada tugas yang dikumpulkan.
Selain kuliah, mahasiswa internasional di sini biasanya masih memiliki waktu untuk jalan-jalan, ikut klub/kegiatan ekstrakulikuler, kerja part-time, volunteer ataupun bergabung jadi partisipan penelitian. Kegiatan favorit saya selama di Australia tentunya ialah travelling dan hunting barang second. Lebih lanjut, semester lalu saya juga berkesempatan bergabung di proyek digital advocacy yang mengusung tema perempuan Indonesia berhijab di Australia bersama teman saya yang berkuliah di University of Western Australia.
Selain itu, di sela-sela waktu saya juga tergabung di klub Conversation, Connect, Culture yang berfokus melatih kemampuan speaking para mahasiswa internasional di Universitas Adelaide. Sekarang saya sedang menunggu aplikasi volunteer saya diterima oleh salah satu lembaga amal di Australia. Semua kegiatan ini saya lakukan di sela-sela waktu kosong saya dalam mengerjakan thesis dan tugas-tugas lainnya. Saya harap perjalanan selama di Australia ini tidak hanya bermanfaat bagi self-development diri, tetapi juga untuk komunitas lokal saya selama di Australia. Semoga pula kepulangan saya ke Indonesia tidak hanya dengan gelar tetapi ilmu dan skill yang bermanfaat untuk diteruskan ke murid-murid. Aamiin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.