Internasional
Dampak Perang Rusia-Ukraina: Harga Minyak Dunia Naik hingga Ganggu Rantai Pasokan Makanan
Kaltimtoday.co - Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Kamis (24/2/22) akan turut memberikan dampak kepada dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejumlah analis mengungkapkan bahwa peristiwa ini akan berdampak ke Indonesia terutama di sektor ekonomi.
Dirangkum Kaltimtoday.co dari berbagai sumber, berikut adalah dampak perang Rusia-Ukraina:
1. Harga Minyak dan BBM
Harga minyak dunia naik hingga menembus US$105 per barel pada akhir perdagangan Kamis (24/2/22) waktu AS. Harga tersebut menembus level tertingginya sejak 2014 silam.
Kenaikan harga internasional tersebut bakal berdampak pada harga BBM di dalam negeri atau pun subsidi dari pemerintah. Sebab, mayoritas pasokan minyak RI berasal dari impor.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyampaikan, dampaknya konflik geopolitik tersebut ke dompet Pemerintah RI tak terhindarkan.
Ia menyebut selama enam bulan terakhir saja harga minyak Indonesia menunjukkan tren kenaikan, yakni mulai Agustus 2021 yang sebesar US$67,8 per barel hingga US$85,9 per barel pada Januari 2022. Terlebih, dengan harga saat ini yang sudah di atas US$100 per barel.
2. Pengaruhi Tatanan Ekonomi Global
Konflik antara Moskow dan Kiev tak hanya melibatkan Rusia dan Ukraina. Tapi juga Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sebagian besar pihak yang berkonflik itu pun merupakan anggota G20. Walaupun G20 tak fokus terkait keamanan dan politik, tapi membicarakan tatanan ekonomi global, yang itu pasti akan terpengaruh konflik ini.
Oleh karena itu, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riza Noer Arafani melihat negara-negara G20 termasuk Indonesia bisa berkontribusi membantu menyelesaikan masalah ini.
"Jadi saya kira G20 harus juga punya pesan dari sini. Memang G20 rancangannya bukan ke sana ya, bukan untuk bidang-bidang yang politik atau militer lebih ke ekonomi, keuangan. Tetapi tidak ada salahnya ada semacam urgensi dari kelompok negara-negara ini untuk masuk ke konflik ini dan menjadi future broker, peace broker atau penengah begitu," ujar dia.
3. Ganggu Rantai Pasokan Makanan
Eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina akan berdampak negatif terhadap rantai pasokan komoditas lunak seperti jagung, gandum, barley dan lain-lain.
Selain itu, juga terhadap rantai pasokan komoditas logam seperti tembaga dan nikel.
"Kami percaya gangguan dalam rantai pasokan komoditas lunak kemungkinan akan mendongkrak harga pangan," ujar Natalia Sutanto, analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset yang dirilis.
Perlu diperhatikan bahwa Rusia adalah pengekspor gandum utama dunia. Dikombinasikan dengan Ukraina, kedua negara ini menyumbang sekitar 29% dari pasar ekspor gandum dunia.
"Meskipun musim panen beberapa bulan lagi, konflik berkepanjangan akan menciptakan kekurangan komoditas lunak dan harga yang lebih tinggi. Harga gandum dan jagung sudah melonjak," ujarnya.
Danareksa mencatat, gandum berjangka telah melonjak 12% sejak awal tahun 2022, sementara jagung berjangka juga melonjak 14,5% sejak awal 2022.
4. Gejolak IHSG
Imbas ketegangan geopolitik ini, pasar finansial global langsung merespons negatif. Bahkan, pada Kamis (24/2/22) IHSG ditutup melemah 1,48% ke level 6.817,82.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan bahwa, pasar langsung menunjukkan reaksi negatif.
RTI Infokom merilis data bahwa sebanyak 535 saham terkoreksi. Sementara, hanya 68 saham yang menguat dan 70 saham stagnan.
Meski IHSG merah, tetapi investor asing tercatat beli bersih (net buy) di seluruh pasar sebesar Rp761,14 miliar dan di pasar reguler sebesar Rp680 miliar.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengungkapkan, pelaku menahan transaksi beli karena melihat perkembangan Rusia dan Ukraina. Pasar khawatir serangan Rusia ke Ukraina akan mengganggu pemulihan ekonomi global.
[RWT]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Lima Bulan Berturut-turut Deflasi dan Penurunan PMI Manufaktur Jadi Tantangan bagi Pemerintah
- Ekonom Senior Faisal Basri Meninggal Dunia di Usia 65 Tahun
- Rusia Tetap Terima Miliaran Dolar dan Euro Meski Hadapi Sanksi Barat
- Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2024 Tercatat Hanya 5,05 Persen, Lebih Lambat Dibandingkan Tahun Sebelumnya
- Pemprov Kaltim Siapkan Pabrik Minyak Goreng Skala Kecil untuk Tingkatkan Ekonomi Lokal