Daerah

Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Awal 2025 Melambat, Sektor Tambang dan Konstruksi Jadi Penyebab Utama

Kaltim Today
30 Oktober 2025 11:31
Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Awal 2025 Melambat, Sektor Tambang dan Konstruksi Jadi Penyebab Utama
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto. (Dok. Pemprov Kaltim)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Triwulan I dan II tahun 2025 tercatat masih di bawah rata-rata nasional. Kondisi ini dipengaruhi oleh penurunan kinerja pada sektor pertambangan dan konstruksi yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi daerah.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, dalam acara Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kalimantan Timur yang digelar di Hotel Fugo, Samarinda, Rabu (29/10/2025).

Kegiatan tersebut mengusung tema “Menyelaraskan Prospek Ekonomi, Kapasitas Fiskal, dan Rencana Pembangunan Daerah” dan dihadiri oleh perwakilan instansi vertikal, OPD, perbankan, serta kalangan akademisi se-Kaltim.

Budi menjelaskan, capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim pada dua triwulan pertama tahun ini masih tertinggal dari angka nasional. Ia berharap, pada Triwulan III dan IV, ekonomi daerah dapat kembali tumbuh lebih tinggi.

“Harapannya, di Triwulan III nanti Kaltim bisa kembali menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dua triwulan sebelumnya,” ujar Budi.

Ia menargetkan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara keseluruhan tahun 2025 tetap bisa berada di atas 5 persen, meskipun menghadapi sejumlah tantangan global dan domestik.

Menurut Budi, tahun 2025 bukanlah periode yang mudah bagi Kaltim. Dua sektor utama, yaitu pertambangan dan konstruksi, mengalami moderasi yang cukup signifikan.

“Tahun ini memang penuh tantangan. Ada penurunan aktivitas di sektor konstruksi, kemudian di komoditas utama kita, yakni tambang. Selain itu, adanya pergeseran anggaran akibat penyelenggaraan Pilkada juga berdampak pada lambatnya realisasi pembangunan,” jelasnya.

Penurunan kinerja tambang, terutama batu bara, turut dipicu oleh kebijakan perdagangan luar negeri Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk China. Kondisi ini menyebabkan penurunan aktivitas industri di China dan berimbas pada menurunnya permintaan energi, termasuk impor batu bara dari Indonesia.

“Selain China, penurunan permintaan juga terjadi dari India, sehingga ekspor batu bara Kaltim ikut tertekan,” tambah Budi.

Budi menuturkan, dampak penurunan di dua sektor tersebut terasa langsung terhadap angka pertumbuhan ekonomi Kaltim. Jika tahun sebelumnya daerah ini sempat tumbuh di atas 6 persen berkat dorongan proyek IKN dan tingginya harga batu bara, kini pertumbuhan di awal 2025 menurun cukup signifikan.

“Sekarang kita turun karena tambang dan konstruksi sama-sama melemah. Itu yang membuat pertumbuhan kita di awal tahun ini lebih rendah dibandingkan nasional,” tegasnya.

Meski demikian, BI Kaltim tetap optimistis bahwa dengan sinergi antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan pelaku industri, perekonomian Kaltim dapat kembali pulih pada paruh akhir 2025.

[RWT] 



Berita Lainnya