Advertorial

Dari Rumah Sakit ke Panggung Politik: dr. Aulia dan Jejak Dokter Jadi Kepala Daerah di Kaltim

Kaltim Today
28 Maret 2025 00:30
Dari Rumah Sakit ke Panggung Politik: dr. Aulia dan Jejak Dokter Jadi Kepala Daerah di Kaltim
Calon Bupati Kukar, dr. Aulia Rahman Basri.

TENGGARONG, Kaltimtoday.co - Kutai Kartanegara (Kukar) berpotensi mencetak sejarah baru pada 19 April 2025. Dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kukar 2024, seorang dokter, dr. Aulia Rahman Basri, maju sebagai calon bupati. Bila terpilih, ia akan menjadi dokter pertama yang memimpin kabupaten seluas lebih dari 27 ribu kilometer persegi ini.

Langkah dr. Aulia bukan tanpa alasan. Latar belakang medisnya membuatnya memahami betul pentingnya melayani masyarakat secara menyeluruh—tidak hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga pembangunan yang merata. Wilayah Kukar yang kompleks, dengan pedalaman, pesisir, hingga kawasan transmigrasi, membutuhkan pendekatan yang empatik dan menyentuh akar permasalahan masyarakat.

Dari Puskesmas hingga RSUD, Perjalanan Pelayanan dr. Aulia

Kariernya di dunia kesehatan dimulai pada 2014 sebagai Kepala Puskesmas Kota Bangun. Dari situ, ia melihat langsung kesenjangan layanan kesehatan di wilayah terpencil. Kinerjanya yang menonjol membuatnya dipercaya menjadi Direktur pertama RSUD Dayaku Raja.

Di rumah sakit, dr. Aulia membuktikan bahwa kepemimpinan yang berpihak pada rakyat kecil bisa diwujudkan. Ia memperbaiki sistem layanan, meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, dan membangun kepercayaan publik—semua dilakukan dengan pendekatan yang humanis dan berbasis kebutuhan nyata.

“Saya ini putra Muara Muntai dan Kota Bangun. Lahir dan besar di tanah Kutai. Mimpi saya sederhana: ingin menjadikan Kutai Kartanegara lebih baik, lebih sehat, dan lebih adil,” ujar dr. Aulia kepada awak media belum lama ini.

Tradisi Dokter Jadi Pemimpin di Kaltim

Jika terpilih, dr. Aulia akan menyusul jejak panjang para dokter yang sukses menapaki dunia pemerintahan di Kalimantan Timur. Sejarah mencatat, profesi dokter bukanlah hal baru di panggung politik Benua Etam.

dr. Murdjani, alumni STOVIA, adalah Gubernur Kalimantan pada 1950–1953. Ia dikenal sebagai visioner yang pernah menggagas pemindahan ibu kota provinsi ke Banjarbaru, jauh sebelum ide itu kembali populer saat ini.

Di Kota Bontang, nama dr. Andi Sofyan Hasdam, Sp.S tercatat sebagai wali kota pertama pasca otonomi daerah. Memimpin dua periode (2001–2011), ia dikenal dengan pendekatan berbasis pelayanan publik.

Jejak itu dilanjutkan oleh istrinya, dr. Hj. Neni Moerniaeni, Sp.OG, yang menjabat Wali Kota Bontang (2016–2021), dan kembali terpilih dalam Pilkada 2024 untuk periode kedua. Neni adalah simbol pemimpin perempuan, dokter, dan politisi yang berpengaruh.

Di Kabupaten Paser, ada dr. Fahmi Fadli, dokter muda dari Tanah Grogot yang kini menjabat sebagai bupati sejak 2021. Ia membawa semangat baru dengan prioritas pada kesehatan masyarakat dan pelayanan dasar.

Kukar di Persimpangan Sejarah

Dengan latar belakang sebagai dokter, dr. Aulia menawarkan perspektif kepemimpinan yang berbeda—penuh empati, terukur, dan berbasis data. Jika masyarakat Kukar memberinya mandat, maka daftar dokter pemimpin daerah di Kaltim akan bertambah, menandai kelanjutan tradisi unik di mana mereka yang terbiasa merawat individu kini dipercaya untuk merawat daerah.

Menjadi pemimpin bukan semata soal kekuasaan, tapi tentang melayani. Dan siapa yang lebih memahami cara merawat masyarakat, kalau bukan mereka yang terbiasa mendengarkan keluh kesah dari balik meja periksa?

[TOS | ADV]



Berita Lainnya