Gaya Hidup
Depresi di Kalangan Gen Z, Tantangan Kesehatan Mental di Era Modernisasi Digital
Kaltimtoday.co - Kita semua pasti pernah mengalami perasaan sedih atau murung, hal ini tentunya sangat wajar untuk dirasakan oleh setiap manusia. Namun kondisi ini bisa menjadi sebuah masalah jika dialami atau dirasakan oleh individu secara intens dan berkepanjangan, dimana hal ini juga akan mempengaruhi kehidupan sosial lainnya. Mereka yang mengalami depresi umumnya akan merasa sulit untuk optimis, namun kabar baiknya depresi dapat diatasi dengan dukungan orang terdekat atau berkonsultasi dengan layanan kesehatan. Jika anda merupakan masyarakat Solo, Jawa Tengah, maka anda dapat mengunjungi website https://pafisolo.org, disana anda akan menemukan berbagai informasi kesehatan yang anda butuhkan.
Dilansir dari Unicef, depresi merupakan salah satu bentuk kondisi kesehatan mental sering kali munculnya dibarengi dengan kecemasan. Depresi dibagi menjadi dua yaitu depresi bisa ringan dan sementara, atau berat dan berkepanjangan. Ada orang-orang yang mengalami depresi hanya sekali dalam hidupnya; ada pula yang mengalaminya berkali-kali. Depresi juga menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang paling sering dijumpai di generasi Z, mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012.
Apa Itu Depresi?
Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, dan kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari. Gejalanya bisa meliputi perubahan pola tidur, nafsu makan yang terganggu, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, hingga pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Berbeda dengan perasaan sedih yang bersifat sementara, depresi adalah kondisi yang bertahan lama dan memengaruhi kualitas hidup. Dalam kasus yang lebih parah, depresi dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi di pekerjaan, sekolah, atau dalam hubungan sosial. Lebih parahnya, depresi bisa berujung pada tindak bunuh diri, tetapi hal ini bisa dicegah dengan dukungan yang tepat. Penting untuk mengetahui bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak muda yang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan ini.
Faktor Penyebab Depresi di Kalangan Gen Z
- Tekanan Sosial dan Perbandingan Diri di Media Sosial
Salah satu penyebab utama meningkatnya depresi di kalangan Gen Z adalah tekanan sosial yang disebabkan oleh media sosial. Platform-platform sosial media tersebut seringkali menampilkan kehidupan yang tampaknya sempurna, yang menyebabkan perasaan tidak cukup baik atau rendah diri pada penggunanya. Perasaan ini lah yang akan membentuk perasaan cemas, stres, dan akhirnya berujung pada depresi. - Isolasi Sosial
Meskipun Gen Z sangat terhubung secara digital, banyak dari mereka yang merasa kesepian dan terisolasi secara emosional, utamanya kehilangan kontak fisik dengan teman-teman atau keluarga dapat memperburuk perasaan kesepian dan memicu gejala depresi. - Stres Akibat Akademik dan Karier
Kehidupan modernisasi yang semakin canggih ini semakin mambuat persaingan antar masyarakat menjadi sangat kompetitif, beberapa individu merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua, sekolah, atau diri mereka sendiri untuk mencapai kesuksesan. Perasaan tidak pasti ini nantinya akan berkontribusi pada stres yang dapat berujung pada depresi. - Krisis Identitas dan Pencarian Makna Hidup
Banyak individu gen z mengalami krisis identitas, yang disertai dengan kebingungan tentang tujuan hidup, nilai, dan peran mereka di dunia. Bagi banyak Gen Z, mencari keseimbangan antara ekspektasi sosial dan keinginan pribadi menjadi tantangan besar. - Pengaruh Media Pemberitaan Negatif
Terlalu banyak paparan terhadap berita negatif dapat menyebabkan "fatigue mental" yang memperburuk kesehatan mental secara keseluruhan.
Gejala Depresi
Berikut adalah tanda dan gejala yang umum terjadi:
Gejala fisik:
- Lelah atau tidak ada energi, meskipun sudah beristirahat
- Gelisah atau sulit berkonsentrasi
- Kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari
- Perubahan selera makan atau pola tidur
- Rasa nyeri atau sakit yang muncul tanpa sebab tertentu
Gejala emosional dan mental:
- Rasa sedih, cemas, atau mudah marah yang terus-menerus
- Hilang minat untuk bergaul dan melakukan kegiatan yang biasanya disukai
- Menarik diri dari orang lain dan merasa kesepian
- Merasa tidak berharga, tidak punya harapan, atau merasa bersalah
- Mengambil tindakan-tindakan berisiko yang tidak biasanya dilakukan
- Menyakiti diri atau memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup
Mengatasi Depresi di Kalangan Gen Z
Untuk menangani depresi yang semakin marak di kalangan Gen Z, pendekatan yang holistik dan mendalam diperlukan. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi depresi antara lain:
- Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan Kesehatan Mental.
- Membatasi Penggunaan Media Sosial
- Mencari Dukungan Sosial
- Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
- Menciptakan Keterlibatan yang Bermakna
Related Posts
- Anemia di Kalangan Gen Z, Berikut Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
- Miris! Kaltim Peringkat 2 dari 38 Provinsi dengan Angka Depresi Tertinggi Se-Indonesia
- Libatkan Milenial dan Gen Z untuk Arah Pembangunan Periode 2024-2029, Andi Harun Rencanakan Samarinda Youth Creative Hub
- Kaltim Tambah Koleksi Medali di Peparnas XVII 2024 Solo
- Peparnas XVII Panggung Atlet Kaltim, Kirana Kembali Raih Emas!