Kukar
Di Tengah Kesibukannya sebagai Kepala Bidang, Imam Pranawa Utama Mampu Buat Batik Melayu Kutai
Kaltimtoday.co, Tenggarong - Di sela-sela kesibukannya sebagai Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di instasi Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara, Imam Pranawa Utama terus menggeluti hobinya yaitu merancang busana batik.
Kealihan dan keterampilan dalam mencoret-coret kertas putih polos sudah dia tekuni sejak 31 tahun lalu, saat masih duduk di bangku kuliah. Namun bukan sekedar coretan biasa tetapi ada bumbu-bumbu kreativitas yang dia salurkan sehingga coretan itu indah ketika mata memandang, seperti gambar busana pakaian adat Dayak tersebut.
"Saya sudah lama senang merancang pakaian, sejak tahun 1989," kata Imam
Mata Imam menatap ke atas untuk kembali mengingat tahun berapa dia mulai gemar merancang pakaian. Di balik maskernya yang putih terdengar suara Imam tertawa kecil.
Dengan penuh semangat dia menjelaskan hasil gambarannya, lantas dia berpikir untuk membuat sebuah karya nyata yang bisa digunakan dan dapat dirasakan oleh masyarakat. Hasil pemikiran itu, dituangkan dalam bentuk pakaian bermotif dayak dan motif itu dikembangkan selama beberapa tahun.
Seiring berjalannya waktu, tahun ke tahun motif Dayak sering diikut sertakan dalam berbagai festival peraga busana mulai tingkatan daerah hingga nasional. Sering kali dirinya melihat dalam festival nasional ada beberapa motif dayak yang ditampilkan dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Sehingga tahun 2010, secara tiba-tiba di dalam benaknya terbayang-bayang untuk mencari motif berbeda dan orang lain belum gunakan motif itu.
"Berangkat dari pemikiran seperti itu, kenapa tidak membuat motif yang lain. Setelah berdiskusi bersama teman-teman akhirnya dapat ide untuk membuat motif Batik Melayu Kutai dengan kearifan lokal," jelasnya dengan mata berkaca-kaca.
Karena padatnya jadwal sebagai aparatur sipil negara dan sedikitnya waktu luang di rumah sehingga ide motif itu baru bisa terealisasikan di tahun 2017.
"Desain saya mengambil kearifan lokal buah-buahan, makanan, tanaman di Kukar. Karena tujuan saya ingin memperkenalkan Kutai keluar daerah," terangnya.
Imam bisa merancang pakaian batik selepas pulang bekerja di sore hari, hanya beberapa jam dia gunakan untuk membuat konsep baju tersebut di balik terangnya cahaya lampu. Di tahun pertama, dia meluncurkan enam motif pakaian batik melayu yang saat ini sudah bersertifikat.
"Pertama kali sudah memiliki enam motif yang bersertifikat yaitu motif Paku Raja, Buah Lai, Pucuk Tegarong, Jajak Cincin, dan Sirih Raja," kata Imam.
Tak cukup sampai disitu ada beberapa motif yang masih dalam proses sertifikat seperti motif Jajak Keminting, Jajak Temukunci dan buah jelawat atau buah rotan.
Di balik keberhasilannya dalam membuat motif batik Melayu Kutai, hingga kini Imam belum membuka toko batik. Dalam mempromosikan juga dengan cara yang unik yaitu hanya dari mulut ke mulut saja karena memang batik ini tidak dijual.
"Jadi batik-batik ini tidak dijual tetapi untuk mengikuti peragaan busana, kemudian saya menjadi sponsor busana di beberapa kegiatan seperti duta wisata maupun duta bahasa," ucapnya dengan bangga.
Imam tidak menjual pakaian jadi, namun hanya menjual kain saja dengan berbagai motif. Untuk per 2 meter harga satuannya dibandrol seharga Rp 250 ribu. Dalam memesannya cukup di rumah pribadinya di jalan Loa Ipuh RT 06 atau bisa menghubunginya melalui Instagram Batik Melayu Kutai.
[SUP | RWT]