Nasional
Fenomena Aphelion dan Penyebab Suhu Dingin di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
Kaltimtoday.co - Pernahkah kamu merasakan udara dingin yang menusuk di bulan Juli? Fenomena ini kerap dikaitkan dengan Aphelion, sebuah peristiwa di mana Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari. Namun, benarkah Aphelion menjadi dalang di balik hawa dingin yang melanda? Mari kita telusuri faktanya!
Aphelion: Titik Terjauh Bumi dari Matahari
Aphelion terjadi sekali dalam setahun, biasanya sekitar bulan Juli. Pada saat ini, Bumi berada pada jarak 152-154 juta kilometer dari Matahari, lebih jauh 5 juta kilometer dibandingkan saat Perihelion (titik terdekat).
Benarkah Aphelion Menyebabkan Suhu Dingin?
Meskipun Aphelion menyebabkan intensitas sinar Matahari yang diterima Bumi sedikit berkurang, pengaruhnya terhadap suhu tidak signifikan. Hal ini dikarenakan perbedaan jarak Bumi-Matahari relatif kecil, yakni 5 juta kilometer hanya sebesar 3% dari jarak rata-rata Bumi-Matahari.
Kemudian perubahan intensitas sinar matahari. Penurunan intensitas sinar Matahari hanya sekitar 7%. Faktor lain yang lebih dominan adalah suhu dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti sirkulasi atmosfer, tutupan awan, dan kondisi lokal.
BMKG Menegaskan: Aphelion Bukan Penyebab Utama Suhu Dingin
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa suhu dingin di Indonesia pada Juli 2024 tidak disebabkan oleh Aphelion.
Menurut BMKG, penyebab utama suhu dingin di Indonesia:
- Puncak musim kemarau: Pada Juli-Agustus, angin muson Australia membawa udara dingin ke Indonesia.
- Fenomena bediding: Pelepasan energi panas pada permukaan saat langit cerah.
- Ketinggian tempat: Di dataran tinggi seperti Dieng, suhunya memang lebih dingin.
Aphelion memang menyebabkan berkurangnya intensitas sinar Matahari, namun pengaruhnya terhadap suhu tidak signifikan. Suhu dingin di Indonesia pada Juli 2024 lebih dipengaruhi oleh puncak musim kemarau, fenomena bediding, dan ketinggian tempat.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa udara dingin yang dirasakan belakangan ini di Indonesia bukanlah disebabkan oleh Aphelion, seperti yang banyak dipercayai. Fenomena ini merupakan bagian dari dinamika cuaca alami selama musim kemarau di wilayah tersebut.
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- WhatsApp Hadirkan Fitur Keluar Grup Secara Diam-diam, Hanya Admin yang Menerima Notifikasi
- Yayasan Mitra Hijau Dorong Ekonomi Alternatif dan Transisi Energi Berkelanjutan di Kaltim
- BPJS Ketenagakerjaan dan Kejaksaan Perkuat Sinergi Awasi Pelaksanaan Jaminan Sosial
- BPN Siapkan Lahan Perkebunan Sawit untuk Hunian Sementara Korban Bencana di Sumatra dan Aceh
- DPRD Kaltim Tekankan Labor Supply Harus Profesional dan Miliki Fasilitas Pelatihan Sendiri







