Advertorial

Gelar Rembuk Stunting 2023, Pemda PPU Minta Kerja Kolaboratif Antar Sektor

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 31 Mei 2023 15:48
Gelar Rembuk Stunting 2023, Pemda PPU Minta Kerja Kolaboratif Antar Sektor
Sekda PPU, Tohar saat menghadiri kegiatan Rembuk Stunting Tahun 2023. (Humas Setda PPU)

Kaltimtoday.co, Penajam - Pemerintah Daerah (Pemda) Penajam Paser Utara (PPU) mengadakan pertemuan bertajuk Rembuk Stunting tahun 2023 demi mengeliminasi kasus stunting di Benuo Taka.

Pertemuan ini dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) PPU, Tohar dan juga dihadiri oleh perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) hingga kelurahan dan desa di lingkungan Pemda PPU.

Sekda PPU menyebut, penyebab dari stunting salah satunya ialah rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni sejak janin hingga bayi berumur dua tahun. 

Buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi indikator hadirnya stunting. Bahkan, faktor genetik dan keturunan turut menyumbang 10 persen sebagai penyebab stunting.

"Fokus kegiatan hari ini adalah rembuk atau musyawarah, paling tidak mengeliminasi jumlah stunting yang ada dan pencegahannya. Mudah-mudahan tindakan preventife yang kami lakukan tidak menjadi bertambahnya potensi stunting di PPU," ucapnya.

Berdasarkan data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), katanya, prevalensi kasus stunting di PPU di 2021 sebesar 17,22 persen dan mengalami penurunan sebesar 5,25 persen.

Sementara Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kemenkes RI memaparkan, prevalensi stunting di PPU tahun 2021 sebesar 27,3 persen dan terjadi penurunan sebesar 5,5 persen sehingga menjadi 21,8 persen.

“Pencapaian tersebut tentunya hampir sejalan dengan target pemerintah pusat di tahun 2024, di mana prevalensi stunting ditargetkan 14 persen, sehingga perlu ada percepatan langkah untuk lebih menurunkannya,” terangnya. 

Merujuk pada Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI), terdapat tiga pendekatan dalam pelaksanaannya. Salah satunya dengan pendekatan keluarga berisiko stunting yang dilakukan dengan intervensi hulu, yaitu pencegahan lahirnya bayi stunting dan penanganan balita stunting. 

Selanjutnya menggunakan pendekatan multi sektor dan multi pihak melalui pentahelix, berupa wadah kerja sama antara pemerintah dan unsur pemangku kepentingan.

Terakhir, melalui pendekatan intervensi gizi terpadu dengan melakukan intervensi spesifik dan sensitif yang berfokus pada kesehatan dan kecukupan gizi tiga bulan calon pengantin, ibu hamil, ibu masa interval, balita, didukung dengan penyediaan sanitasi, akses air bersih serta bantuan sosial. 

“Perlu saya sampaikan, faktor penting yang wajib diperhatikan agar upaya penurunan stunting dapat tepat sasaran, adalah kualitas data. Perbaikan data stunting yang akan menjadi rujukan untuk perencanaan monitoring dan evaluasi intervensi stunting, hendaknya dilakukan dengan memperhatikan validitas dan akurasi data,” imbuhnya. 

Tohar juga meminta agar pemerintah bersama-sama dengan kader di masing-masing desa/kelurahan untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting. 

“Masalah stunting di PPU masih perlu mendapatkan perhatian. Melalui rembuk stunting ini, saya harap masing-masing stakeholder dapat mengambil perannya masing-masing, untuk bekerja sama melakukan percepatan penurunan stunting di PPU," sahutnya.

"Saya minta kolaborasi dalam intervensi dapat berjalan antar sektor, yakni sektor kesehatan dan non kesehatan, karena keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh dukungan kolaborasi antar sektor ini,” tutupnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya