Opini
Indonesia Emas 2045: Beruntung atau Buntung?
Oleh: Gadang Satria Permana (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UINSI Samarinda)
Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia telah menjalankan pembangunan ekonominya selama beberapa dekade terakhir. Namun, dengan target Indonesia Emas 2045 yang diumumkan oleh pemerintah, apakah Indonesia akan menjadi negara maju yang beruntung atau justru akan buntung?
Menurut data dari Bank Dunia, pada tahun 2020, Indonesia berada di urutan ke-56 dalam hal Gross Domestic Product (GDP) per capita. Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki jarak yang cukup jauh untuk mengejar negara-negara maju lainnya. Namun, bukan berarti tidak ada potensi untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
Seiring dengan berjalannya waktu, Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pada 2019, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02%. Selain itu, Indonesia memiliki populasi yang besar dan termasuk dalam kelompok negara-negara berkembang, sehingga masih terdapat banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang.
Namun, untuk mencapai Indonesia Emas 2045, Indonesia perlu menyelesaikan beberapa masalah yang masih menjadi hambatan. Salah satu masalah tersebut adalah tingkat kemiskinan yang masih tinggi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2021, tingkat kemiskinan di Indonesia masih sekitar 9,7%, atau sekitar 26 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Selain itu, sektor pendidikan dan sumber daya manusia di Indonesia juga masih perlu diperhatikan. Menurut laporan World Economic Forum pada tahun 2020, Indonesia berada di urutan ke-85 dari 137 negara dalam hal kualitas pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, perlu juga diperhatikan faktor lingkungan dan keberlanjutan. Menurut laporan Bank Dunia pada tahun 2019, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan emisi karbon terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu memperhatikan faktor lingkungan dalam pembangunan ekonominya agar tidak merusak lingkungan dan keberlangsungan hidup manusia di masa depan.
Dalam menghadapi tantangan untuk mencapai Indonesia Emas 2045, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo bahwa, Indonesia Emas 2045 tidak bisa dicapai oleh pemerintah sendirian, perlu kerja sama dari semua pihak untuk mencapai cita-cita besar ini.
Dalam rangka mencapai Indonesia Emas 2045, perlu dilakukan reformasi struktural dalam segala aspek kehidupan. Perlu juga adanya investasi yang besar dan konsisten dalam sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, sumber daya manusia, dan teknologi.
Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat sektor industri dan meningkatkan daya saingnya di pasar global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendorong pengembangan industri 4.0 dan meningkatkan akses pasar melalui kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain.
Dalam menghadapi tantangan untuk mencapai Indonesia Emas 2045, Indonesia juga dapat belajar dari negara-negara maju lainnya yang telah berhasil mencapai tujuan serupa. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, "Kita bisa belajar dari Korea Selatan yang berhasil mencapai status negara maju dalam waktu 25 tahun, atau dari Jepang yang berhasil dalam waktu 35 tahun."
Dalam hal ini, Indonesia juga dapat memanfaatkan potensi teknologi dan inovasi untuk mempercepat pembangunan ekonominya. Seperti yang dikatakan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, "Perkembangan teknologi keuangan seperti blockchain dan fintech dapat dimanfaatkan untuk mempercepat inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia."
Namun, perlu diingat bahwa dalam mencapai Indonesia Emas 2045, Indonesia tidak boleh hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata. Indonesia juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti kesejahteraan masyarakat, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial.
Sebagaimana dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, "Indonesia Emas 2045 harus menjadi Indonesia yang sejahtera, adil, dan berkelanjutan." Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan akses dan pemerataan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial.
Dalam kesimpulan saya, mengenai apakah Indonesia Emas 2045: beruntung atau buntung, bukanlah hal yang mudah untuk dicapai dalam perkembangannya, kita perlu bersinergi bersama. Perlu adanya kerja sama yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
Selain itu, perlu dilakukan reformasi struktural dan investasi yang besar dalam sektor-sektor strategis untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Namun, Indonesia juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti kesejahteraan masyarakat, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial dalam mencapai Indonesia Emas 2045 yang benar-benar beruntung bagi semua orang di Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Soedradjat Djiwandono, "Kita perlu membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, namun tetap menjaga keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial".(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna di Kaltim Perkuat Ekonomi Daerah
- BRI Dorong Ekonomi Hijau, Portofolio Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp764,8 Triliun
- Ekonomi Kalimantan Timur Tumbuh 5,52 Persen di Triwulan III 2024
- J Trust Bank Mampu Melanjutkan Kinerja Positif di Kuartal III 2024
- Transisi Energi Bisa Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen di Masa Pemerintahan Prabowo