Politik

Isran Unggul Jauh dari Rudy Mas'ud, Eko Tantang PIC Buka Hasil Survei di Depan Wartawan, Ragukan Kredibilitas Temuan

Kaltim Today
01 Oktober 2024 19:13
Isran Unggul Jauh dari Rudy Mas'ud, Eko Tantang PIC Buka Hasil Survei di Depan Wartawan, Ragukan Kredibilitas Temuan
Praktisi Political Branding, Eko Satiya Hushada.

JAKARTA, Kaltimtoday.co - Praktisi Political Branding, Eko Satiya Hushada, mengajukan tantangan terbuka kepada Direktur Eksekutif Prisma Insight Center (PIC), Arif Maulana, terkait hasil survei yang dirilis pada Jumat (27/9/2024). Eko mengungkapkan keraguannya atas temuan survei tersebut karena perbedaan signifikan dengan hasil lembaga survei lain yang menunjukkan pasangan Rudy Mas'ud - Seno Aji unggul dibandingkan pasangan Isran Noor - Hadi Mulyadi. Dalam survei PIC, sebaliknya, pasangan Isran Noor - Hadi Mulyadi disebut jauh lebih unggul dengan perbedaan elektabilitas yang signifikan.

"Prinsipnya, jika survei dilakukan dalam periode yang sama atau dengan jeda waktu yang tidak terlalu lama, hasilnya seharusnya relatif serupa. Jika pun berbeda, biasanya masih dalam ambang batas Margin of Error (MoE)," kata Eko dalam pernyataan yang disampaikannya kepada media, Selasa (1/10/2024).

PIC merilis survei yang dilaksanakan pada 18-26 September 2024, dengan hasil mengejutkan: pasangan Isran Noor - Hadi Mulyadi unggul dengan 63,2 persen, jauh di atas pasangan Rudy Mas'ud - Seno Aji yang hanya memperoleh 26,3 persen suara. Selain itu, 10,5 persen pemilih dilaporkan belum menentukan pilihan. 

Eko mengaku terkejut dengan perbedaan elektabilitas yang begitu mencolok dibandingkan dengan survei-survei lain. “Kalau menurut pepatah Jawa, ‘ngono yo ojo ngono,’” ujarnya. Ia juga mempertanyakan data survei lain yang sebelumnya dikatakan akan diukur oleh PIC, tetapi tidak disertakan dalam press release yang mereka bagikan ke media. 

Survei tersebut seharusnya mengukur beberapa aspek penting dalam dinamika politik di Kalimantan Timur, seperti partisipasi politik pemilih, kepercayaan terhadap lembaga negara, dan preferensi politik dalam Pilkada 2024. Namun, temuan tersebut tidak dipublikasikan, dan hanya menonjolkan elektabilitas pasangan calon. "Kenapa hanya elektabilitas yang disampaikan? Press releasenya terlalu dangkal," ungkap Eko.

Selain itu, Eko juga menyoroti proses survei PIC yang menurutnya terlalu cepat. “Periode survei dari 18-26 September, tetapi pada 27 September hasil sudah dirilis. Biasanya, setelah survei selesai, ada proses pembersihan data, verifikasi, input data ke software seperti SPSS, hingga analisis sebelum merilis laporan. Ini kok sehari kemudian langsung rilis hasil?” tanyanya.

Ketidakjelasan ini membuat Eko berusaha mencari informasi tentang PIC, namun ia tidak berhasil menemukan alamat kantor maupun website lembaga tersebut. Bahkan, menurutnya, PIC tidak terdaftar di Persepi (Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia), tempat Eko menjadi anggota. "Saya tanya Sekjen Persepi, apakah PIC anggota, dan ternyata tidak. Saya cari informasi lain tentang PIC di internet, tapi tidak ketemu,” kata Eko.

Sebagai mantan wartawan, Eko mengingatkan media untuk lebih berhati-hati dalam mempublikasikan hasil survei, terutama di masa Pilkada. Menurutnya, ada potensi lembaga survei fiktif yang muncul untuk mendukung kepentingan salah satu pasangan calon. "Saya selalu ajak wartawan untuk belajar memahami hasil survei dan mengkritisinya, agar tidak terjebak oleh lembaga survei yang fiktif dan hanya muncul mendadak," tegasnya.

Sebagai penutup, Eko menantang direktur PIC untuk buka-bukaan mengenai hasil surveinya di depan wartawan, baik di Jakarta maupun Kalimantan Timur. "Ayo, kapan kita buka-bukaan hasil survei PIC?" tantangnya.

[TOS]



Berita Lainnya