Kaltim
Jokowi Minta Izin Tokoh Kaltim Pindahkan Ibu Kota Negara, Begini Isi Percakapannya
Kaltimtoday.co, Balikpapan - Presiden Joko Widodo alias Jokowi bertemu dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama di Balikpapan, Kaltim, Selasa (17/12). Dalam kesempatan tersebut, Jokowi meminta izin terkait dengan pembangunan ibu kota baru. Jokowi juga meminta dukungan para tokoh agar pembangunan ibu kota baru berjalan lancar.
Berikut isi percakapan lengkap Presiden Jokowi dengan tokoh Kaltim:
Presiden:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, Bapak Gubernur, Bapak Ketua DPRD, Bapak Wali Kota Balikpapan;
Bapak-Ibu sekalian seluruh tokoh di Kalimantan Timur yang hadir pada siang hari ini.
Yang pertama, saya ingin mengetuk pintu, ingin permisi, kalau di Jawa ingin kulo nuwun kepada seluruh tokoh yang hadir di sini atas keputusan yang telah kita ambil untuk memindahkan ibu kota kita, ibu kota negara ke Kalimantan Timur. Lebih khusus lagi di Penajam Paser Utara dan juga Kutai Kartanegara. Kita tahu ini sudah melalui studi yang cukup lama, sudah lima tahun yang lalu dimulai. Meskipun kita juga tahu, studi mengenai perpindahan ibu kota itu sudah dimulai sejak Presiden Pertama kita, Bung Karno dulu sebetulnya sudah ingin memindahkan ibu kota tapi dulu memang di Kalimantan, tetapi (lokasinya) di Palangka Raya. Kemudian Presiden berikut juga ingin memindahkan dari Jakarta tetapi tetap masih di Jawa. Kemudian terakhir, Pak Presiden sebelum saya juga ingin memindahkan ibu kota baik dalam studi-studi juga.
Artinya memang ini sudah sebuah perjalanan panjang, keinginan kita untuk memindahkan ibu kota. Karena memang kalau saya lihat dari sisi penduduk, penduduk kita sekarang ini 267 juta, 56 persen itu ada di Jawa, di Jawa itu kurang lebih 149 juta itu ada di Jawa. PDB ekonomi itu 58 persen ada di Jawa, khususnya di Jakarta. Semua orang kalau urusan ekonomi berbondong-bondongnya pasti semuanya ke Jawa, lebih khusus lagi ke Jakarta. Sehingga Jakarta semakin hari tidak semakin longgar tetapi semakin padat karena memang penduduknya datang, datang, datang dari seluruh penjuru Tanah Air.
Oleh sebab itu, proses pemilihan ini sudah melalui sebuah kalkulasi, sebuah perhitungan yang panjang dan setelah data-data disampaikan kepada saya kemudian kita putuskan pindahnya ke Kalimantan Timur, khususnya di Penajam Paser Utara dan di Kutai Kartanegara. Sampai kemarin memang yang sudah diputuskan mencakup kurang lebih 193 ribu hektare, tetapi tadi ketemu Pak Gubernur lagi, Pak Gubernur malah menyampaikan yang disiapkan dalam jangka yang sangat panjang adalah 410 ribu hektare yang itu memang sudah konsesi-konsesi HTI (hutan tanaman industri) yang sudah diberikan kepada perusahaan dan kita minta kembali karena memang itu adalah milik negara.
Yang kedua, ingin saya sampaikan bahwa kita ini tidak hanya ingin memindahkan fisik kantor atau fisik gedung dari Jakarta ke sini. Tapi yang kita inginkan nanti pindahnya ibu kota ini juga ada sebuah transformasi. Pindahnya budaya kerja, pindahnya sistem kerja kita, pindahnya pola pikir kita sehingga semuanya nanti dengan kepindahan ini, saya sudah sampaikan kepada menteri agar kita install sistemnya. Sehingga waktu masuk birokrasi kita, sistem itulah yang nanti akan memberikan panduan sehingga bekerja kita lebih cepat dalam merespons setiap perubahan-perubahan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi kami sangat menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh tokoh di Kalimantan Timur yang, saya mendapatkan informasi dari Pak Gubernur, dukungan penuh terhadap kepindahan ibu kota ini. Tapi kalau ada hal yang ingin disampaikan kepada saya pada hari ini, saya persilakan kepada Bapak-Ibu sekalian.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sekretaris Kabinet:
Bapak Presiden yang kami hormati, Bapak-Bapak sekalian monggo kalau ada yang ingin mengetahui lebih lanjut dari apa yang disampaikan Bapak Presiden, kami persilakan. Mungkin dua (penanya), monggo. Silakan.
Bapak Muhammad Basuri:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak Presiden yang kami hormati beserta Bapak-Bapak Menteri, Bapak Gubernur, Bapak Wali Kota, perkenalkan nama saya Muhammad Basuri, Bapak, dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK), sebuah perguruan tinggi di bidang teknologi yang relatif baru dan alhamdulillah dosen kami masih muda semua, Pak. Saya yang paling tua di sana. Jadi dosen kami rata-rata usianya 30 tahun, jadi kira-kira kompatibel dengan Pak Menteri Dikbud yang sekarang.
Kami tentu sangat senang ketika mendengar IKN (ibu kota negara) kemudian jatuh di Penajam Paser Utara dan Kutai. Itu artinya ITK ini yang paling dekat dengan ibu kota negara. Oleh karena itu, kami bertekad memang untuk menyiapkan SDM Kaltim ini sehingga nanti tidak sekadar jadi penonton tetapi sekaligus juga berkontribusi.
Nah, dalam rangkaian itu, kami mohon yang pertama kaitannya dengan barangkali informasi rencana pengembangan pendidikan yang ada di Kalimantan Timur khususnya atau IKN nantinya. Tentunya kami sangat senang apabila ITK nanti dijadikan salah satu ikonnya begitu, Pak, dalam rangka untuk men-support pembangunan IKN ke depan.
Saya kira itu, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak Sumadi:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terlebih dahulu saya memperkenalkan (diri). Saya atas nama Sumadi, penduduk Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Terima kasih yang terhormat Bapak Presiden, Bapak para Menteri, Bapak Gubernur, dan Wali Kota Balikpapan yang berbahagia, dan para undangan yang hadir pada kesempatan ini.
Pertama-tama, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena saya bisa berhadapan langsung dengan Bapak Presiden. Tentunya ini merupakan salah satu kebanggaan saya pribadi dan utamanya warga kami.
Bapak Presiden yang saya hormati, mendengarkan paparan Bapak Presiden, kami sangat mendukung dan setuju sekali. Hanya saja perlu hal-hal yang Bapak Presiden ketahui bahwa pertama, untuk IKN kelihatannya sudah di ambang pintu. Kemudian pembangunan tol itu juga sudah alhamdulillah di samping kami dan insyaallah nanti Bapak Presiden beserta para menteri mungkin bisa ke sana.
Kemudian daripada itu, kami warga Sungai Merdeka khususnya, itu masih dalam kawasan Tahura (taman hutan raya) dan ini kami mohon solusinya nanti seandainya nanti kami atau Kalimantan Timur dan khususnya Kutai Kartanegara itu menjadi dekat dari ibu kota, bagaimana nanti warga kami yang saat ini untuk Sungai Merdeka sendiri 60 persen itu Pak, Tahura. Sementara, warga kami itu mulai tahun 1970-1971 sudah ada di situ.
Jadi untuk ini kami mohon bantuan dari Bapak Presiden, mudah-mudahan warga kami punya tempat lah yang benar-benar “punya”. Karena sementara ini masih bimbang. (Pak) Lurah sendiri dengan warga juga perang, kenapa? Wilayah sini dibangun, wilayah sana tidak. Kenapa? Karena wilayah sana adalah Tahura. Padahal untuk enklave itu kami sudah usulkan dari kelurahan itu tapi sampai detik ini belum ada realisasinya. Mohon kiranya nanti Bapak Presiden bisa menindaklanjuti atau mengabulkan daripada permohonan kami.
Kemudian yang kedua Pak, kami itu betul-betul dekat jalan tol. Kalau jalan tol tujuannya untuk menyejahterakan rakyat namun pada kenyataannya kami warga khususnya di areal tol 38, kurang lebih 51 warga lah itu tanamannya. Kami enggak menuntut tanah harus dibayar, cuma tanamannya tidak dibayar sampai detik ini. Mohon kiranya nanti Bapak Presiden itu menyampaikan atau mengabulkan lah apa yang menjadi kemauan masyarakat kami.
Kemudian daripada itu Pak, itu sudah kami usulkan Pak kepada Bapak Gubernur, ini kami sudah pernah ke DPR namun sampai detik ini juga belum ada realisasi. Mohon kiranya nanti diselesaikan dengan baik lah dengan masyarakat kami yang notabene itu, Pak, petani. Sementara karetnya yang sudah 10 tahun itu digusur dan tidak ada pembayaran sama sekali. Total itu 5 orang yang enggak pernah (dibayar), sementara yang kemarin itu 60 meter itu APL (areal penggunaan lain/areal bukan kawasan hutan) dibayar tanamannya. Tapi sisanya juga enggak terbayar kiri kanannya, akhirnya 60 meter itu saja yang di-APL-kan sementara sisa kami, tanaman karet, itu belum terbayarkan. Mudah-mudahan dengan adanya pertemuan ini, nanti warga kami mendapat angin segar lah dari Bapak Presiden, amin.
Ya, saya rasa itu, ya mudah-mudahan bisa ditanggapi. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Ya. Tadi saya belum bercerita mengenai keluasan ya. Tadi keluasan yang saya sampaikan 193 ribu (hektare) tapi Pak Gubernur tadi malah menambahkan jadi 410 ribu hektare. Padahal nanti yang mau kita pakai untuk ibu kota itu dalam areal kurang lebih hanya 4 ribu hektare. Dari 410 ribu hektare yang kita pakai untuk ibu kota, intinya itu hanya kurang lebih 4 ribu. Yang lainnya apa? Memang yang lainnya akan tetap dikonservasi dalam bentuk hutan-hutan.
Kemudian yang kedua, selain ada klaster pemerintahan, nanti juga ada klaster besarnya adalah: klaster pemerintahan, klaster pendidikan, klaster kesehatan, artinya ini rumah sakit, dan klaster riset dan inovasi. Jadi tidak ada yang namanya pindah ibu kota nanti di ibu kota ada pabriknya seperti kanan kiri Jakarta, itu enggak ada. Mungkin ada tambahan satu, mungkin nanti financial center, pusat keuangan. Mungkin, itu kemarin masih kita hitung.
Kemudian yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Basuri tadi dari ITK, memang nanti klaster pendidikan ini kita harapkan nanti ada sebuah kerja sama universitas, atau institut, atau perguruan tinggi di lokal yang akan kita nanti carikan partner karena memang yang ingin kita bangun di sini nanti adalah memang universitas yang kelasnya dunia dan tidak hanya satu. Mohon maaf tidak hanya satu. Bisa dua, bisa tiga, bisa empat, bisa lima.
Yang kedua, klaster rumah sakit juga tidak rumah sakit biasa. Rumah sakit yang juga kelasnya kelas dunia. Jadi ini memang pembangunan yang tidak nanggung, bukan hanya…yang belum memang untuk riset dan teknologi nanti juga sama. Kira-kira kalau bayangan kita sekarang itu kurang lebih kayak kalau di Amerika ada Sillicon Valley, ya kurang lebih kayak itu kira-kira. Tapi tidak ada yang namanya klaster industri itu enggak ada, industri pabrik maksudnya, enggak ada. Dan kemudian tambah, tadi pagi kita sudah hitung-hitung tapi belum diputuskan adalah klaster untuk keuangan perbankan. Sehingga memang ini kawasan ibu kota negara ini memang sebuah kawasan yang kita inginkan kawasan yang bersih.
Yang pertama memang di situ nanti tidak banyak mobil tapi yang banyak adalah orang berjalan kaki. Kalau yang kedua, orang tidak suka berjalan kaki, yang kedua adalah orang yang naik sepeda. Kalau tidak naik sepeda, orang harus mau yang namanya naik transportasi umum. Itu yang mau kita bangun di sini. Kalau tidak naik sepeda, orang harus mau yang namanya naik transportasi umum. Ini yang mau kita bangun di sini ada sebuah rail bus. Ada rail bus keliling kota, mungkin ini juga sampai ke Balikpapan, mungkin juga akan sampai ke Samarinda. Tapi, gambar itu memang masih dalam…, masih kita lombakan, jadi saya belum bisa menyampaikan gambarnya. Tapi nanti kalau suatu saat sudah selesai gambar-gambarnya, akan saya paparkan kembali kepada Bapak/Ibu semuanya sehingga gamblang apa yang…mana, ya? Memang ini adalah ibu kota yang melompat, kira-kira keinginan kita insyaallah melompat, pada 100 tahun, 200 tahun yang akan datang, ibu kota ini adalah ibu kota yang…jadi kita tidak niru ibu kota negara lain yang banyak mobilnya, tapi juga artinya banyak polusinya, enggak, enggak seperti itu. Ini adalah kota yang ramah lingkungan, kota yang smart city, kota yang compact, tetapi tidak banyak mobil seperti yang ada di Jakarta. Karena kata orang, kata arsitek, kata urban planner, banyak negara memindahkan ibu kota tapi gagal. Ibu kotanya yang baru ramai sekali, mobilnya banyak. Tapi mereka mengatakan, kalau orang urban planning, itu kota yang gagal. Karena apa? Memindahkan polusi. Karena memindahkan mobil. Karena kota yang sehat ke depan adalah kota yang banyak pejalan kakinya, kota yang banyak orang bersepedanya. Kira-kira bayangan kita itu.
Yang kedua, tadi Pak Sumadi, ya tadi kan lahannya memang banyak tapi nanti untuk…, saya mohon nanti Pak Gubernur, apa…, mulai menginventarisir apa tadi yang disampaikan oleh Pak Sumadi agar kita nanti bisa membuat enklave-enklave dari apa, penduduk asli yang sudah tinggal di situ lama. Karena kita juga ingin memperbaiki nanti, misalnya apa, Bukit Soeharto mau kita, karena yang kita bangun pertama, sekarang ini nanti adalah membangun nursery, membangun kebun bibit, untuk menghutankan kembali. Karena memang sudah saya lihat lingkungan di titik itu sudah rusak. Bukan kita merusak, ini kita justru ingin (menghutankan kembali). Tadi saya sudah lahannya, saya suruh, saya perintah 10 hektare, ternyata yang disiapin ada 100 hektare, untuk khusus hanya untuk kebun bibit, seluruh tanaman yang ada.
Jadi semangatnya ke situ. Karena yang kita pakai ini bukan hutan, apa, tropical rain forest kita. Bukan hutan alam kita, tetapi ini adalah HTI, yang nanti juga akan kita perbaiki, agar kembali kepada sebuah kota yang ramah lingkungan. Kemudian yang kedua, juga nanti akan saya sampaikan ke Menteri PU, urusan yang tanaman tadi, Pak, bisa minta alamatnya? Biar bisa segera diselesaikan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih, sekali lagi atas kehadiran Bapak Ibu sekalian. Saya tutup.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nanti kalau sudah, kira-kira kami memiliki gambar yang sudah komplet, akan saya presentasikan dalam forum yang, enggak tahu sepuluh ribu atau lima ribu orang sehingga memiliki gambaran mengenai ibu kota kita yang baru.
Sekretaris Kabinet:
Saya izin Bapak Presiden, wajah-wajah yang ada, Pak, pengin difoto. Tapi kalau Bapak berkenan difoto satu-satu, Bapak. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
[TOS]