Daerah
Kolam Retensi Pampang Ditarget Rampung Desember, Progres Baru Capai 38 Persen

Kaltimtoday.co, Samarinda - Banjir masih menjadi momok yang belum bisa dilepaskan dari wajah Samarinda. Proyek kolam retensi Pampang pun kini jadi taruhan besar pemerintah kota untuk membuktikan keseriusannya mengatasi genangan tahunan.
Namun, di balik progres 38 persen yang dilaporkan konsultan, pekerjaan rumah masih menumpuk: efektivitas kerja, keterbatasan alat, hingga ancaman target Desember yang bisa molor jika tak diawasi ketat.
Konsultan Pembangunan Kolam Retensi Pampang, Iwan Sukendro, menyebut progres pekerjaan di lapangan lebih cepat dari rencana meski progresnya belum mencapai 50 persen. Saat ini tim masih fokus pada penggalian serta pembuangan tanah hasil galian.
“Kedalaman kolam mencapai 3 meter dengan luas 1,5 hektare. Dari kapasitas total 2,1 juta meter kubik, tahap pertama bisa menampung 1,8 juta meter kubik air. Target kami Desember harus 100 persen selesai untuk tahap 1,5 hektare ini,” ujarnya.
Meski begitu, Iwan menegaskan pembangunan tidak berhenti hanya di tahap awal. Dari 70 hektare lahan yang disiapkan, baru sekitar 7,7 hektare yang akan digarap termasuk tahap pertama.
Proses itu akan dilakukan secara bertahap menyesuaikan kemampuan anggaran Pemkot Samarinda. “Kami optimistis dengan tambahan alat, target Desember bisa tercapai,” tegasnya.
Saat ini terdapat dua unit ekskavator amfibi dan satu unit ekskavator biasa yang beroperasi di lapangan. Namun, pihaknya berencana menambah satu unit ekskavator amfibi lagi agar pekerjaan bisa dipercepat. Pasalnya, kondisi tanah lumpur di kawasan Pampang kerap menyulitkan proses penggalian.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, ikut menyoroti efektivitas pelaksanaan proyek. Ia bersama jajaran dewan meninjau langsung lokasi pembangunan dan mengingatkan kontraktor agar menjaga kualitas sekaligus ketepatan waktu pekerjaan.
“Target untuk tahap pertama hingga Desember harus tuntas. Kami juga minta jangan ada sistem kerja yang menimbulkan biaya ganda. Kalau tanah galian tidak langsung diangkut, hanya dipindahkan di sekitar lokasi, itu artinya dua kali kerja,” ujarnya.
Deni menekankan percepatan pembangunan hanya bisa dicapai jika ditopang dengan peralatan memadai. “Kami dorong penambahan ekskavator amfibi supaya penyelesaian lebih maksimal. Karena kalau hanya mengandalkan alat yang ada, khawatirnya tidak terkejar target,” tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa kolam retensi Pampang punya fungsi vital. Bukan hanya untuk menahan limpasan air dari Sungai Siring, kawasan Bandara APT Pranoto, hingga perbukitan Pampang, tetapi juga menjadi garda terdepan menghadapi air kiriman dari Kutai Kartanegara dan pasang Sungai Mahakam.
“Pemerintah kota membangun kolam retensi itu sebagai upaya nyata mencegah banjir. Jangan sampai nanti pembangunannya tidak maksimal,” ucapnya.
Dengan pengawasan ketat dan penyelesaian tepat waktu, Deni berharap proyek ini bisa memberi manfaat nyata bagi masyarakat Samarinda. “Kalau selesai dengan baik, tentu akan memberi manfaat besar. Bukan hanya untuk penanganan banjir, tapi juga sebagai bagian dari penataan ruang kota,” tutup Deni.
[NKH | RWT]
Related Posts
- Hindari Asumsi Liar, Pelaksana Program MBG Dituntut Terbuka dan Transparan
- RDP Kebijakan Satu Arah Jalan Abul Hasan Berujung Buntu, Warga Minta Solusi Konkret
- Beri Sejumlah Catatan, Warga Jalan Niaga Utara Kawasan Citra Niaga Dukung Penerapan Satu Arah
- Revitalisasi Jadi Prioritas, Pemerintah Targetkan Perbaikan 15 Ribu Sekolah Tahun Ini
- Populasi Pesut Mahakam Kritis, Peneliti Soroti Ancaman Jaring hingga Kapal Tongkang